Mengenal Berbagai Bentuk Rasa Syukur Suku Tengger dalam Upacara Kasada

Mengenal Berbagai Bentuk Rasa Syukur Suku Tengger dalam Upacara Kasada
info gambar utama

Selain memiliki kekayaan yang sangat indah, Bromo juga memiliki tradisi yang menarik setiap tahunnya yaitu Upacara Kasada sebagai persembahan kepada Sang Hyang Widhi dan para leluhur. Setiap bulan Kasada sangat banyak wisatawan yang datang untuk menyaksikan upacara ini. Upacara ini terjadi setiap hari ke- 14, 15, 16 di bulan Kasada dalam penanggalan Jawa yakni saat bulan purnama muncul. Dalam upacara Kasada ini suku Tengger melempar sayuran, buah-buahan hasil panen, ternak dan bahkan uang ke Kawah Bromo.

Asal usul adanya Upacara Kasada ini sangat erat dengan cerita pasangan Roro Anteng dan Joko Seger yang sangat ingin memiliki keturunan. Mereka pun akhirnya memohon kepada Dewata agar bisa memiliki 25 anak. Permohonan mereka dikabulkan namun dengan satu syarat anak ke 25 harus dipersembahkan untuk Dewa Bromo. Saat dewasa Kusuma anak dari Roro Anteng dan Joko Seger menceburkan diri ke Kawah dan meminta saudara-saudaranya memberikan kurban ke Kawah Gunung Bromo pada bulan kasada atau tepat pada bulan purnama muncul. Maka upacara ini kemudian menjadi awal mula dilaksanakannya Upacara Kasada oleh masyarakat suku Tengger.

Suku Tengger ialah salah satu suku yang berada di wilayah Indonesia. Nama tengger berasal dari kata akhiran nama Legenda Roro Anteng dan Joko Seger yakni “-teng” dan “-ger”. Masyarakat ini dikenal dengan religi yang sangat kental walaupun sudah memasuki era globalisasi rakyat tengger masih mempertahankan tradisi-tradisi warisan para leluhur. Sehingga, rasa kekeluargaan mereka sangat terjaga dan erat. Suku Tengger mayoritas adalah pemeluk agama Hindu namun tidak seperti umat Hindu lainnya yang beribadah di candi-candi, Suku Tengger melakukan peribadatannya di punden, dayang dan poten. Poten inilah yang menjadi tempat diselenggarakannya upacara Kasada. Poten yakni sebidang tanah di lautan pasir kaki Gunung Bromo yang terdiri dari beberapa bangunan yang sudah tertata.

pura luhur poten | @tafakur.id

Dalam Upacara Kasada, suku Tengger membawa sesajen berupa hasil panen setiap desa dan ditaruhnya ke dalam ongkek. Peraturannya, dalam satu desa harus membawa satu ongkek, namun jika dalam bulan Kasada di desa tersebut ada warga yang meninggal. Maka, ongkek dari desa tersebut tidak bisa dibuat untuk persembahan karena kematian dianggap sebagai peristiwa yang mengotori Perayaan Kasada. Ongkek tersebut nantinya akan dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo hal ini dimaknai sebagai rasa syukur mereka atas hasil panen yang melimpah kepada Sang Hyang Widhi dan sekaligus meminta berkah dan menjauhkan diri dari malapetaka. Namun, sebelum sesajen dilemparkan ke Kawah Gunung Bromo ada beberapa tradisi juga yang harus dilewati bagi pemeluk agama Hindu yang pertama yaitu, Puja purkawa atau, Manggala upacara, Ngulat umat, Tri sandiya, Muspa, Pembagian Bija, Diksa Widhi dan barulah yang terakhir penyerahan sesaji di Kawah Gunung Bromo.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

PM
MS
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini