Menilik Rapid Test di Korea Selatan, Perlukah Rapid Test COVID-19 dilakukan di Indonesia?

Menilik Rapid Test di Korea Selatan, Perlukah Rapid Test COVID-19 dilakukan di Indonesia?
info gambar utama

COVID-19 saat ini telah menyerang banyak negara di dunia, salah satunya Indonesia. Kasus confirmed pertama di Indonesia diumumkan pada 2 Maret 2020 dan kini terus meningkat. Hingga kini (21/03), terdapat 450 kasus confirmed, 38 orang meninggal dan 20 orang sembuh dengan case fatality rate (CFR) 8,44%, lebih tinggi dibandingkan angka kematian global 4%. Sementara tingkat kesembuhan berada di angka 4,44%, di bawah tingkat kesembuhan global yang berada di angka 39,95%.

Upaya edukasi pada masyarakat untuk hidup bersih dan sehat dengan sosialisasi cuci tangan dengan sabun, etika batuk, membuat kebijakan work from home, membuat peraturan untuk tidak masuk sekolah, pembatasan transportasi umum, pembatasan pertemuan yang melibatkan >15 orang dan membuat protokol untuk COVID-19 telah dilakukan, namun upaya ini belum berhasil menekan angka COVID-19 di Indonesia, bahkan angkanya semakin naik semakin hari.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Indonesia telah melakukan pengkajian penggunaan Rapid test di Korea Selatan. Korea Selatan telah melakukan upaya social distancing dan kemudian mengembangkan Rapid test untuk mencegah angka peningkatan COVID-19.

Saat ini, CFR di Korea Selatan sebanyak 0,01% dengan kematian 91 kasus dari 8565 kasus terkonfirmasi. Metode ini telah digunakan di Korea Selatan sejak 7 Februari 2020 saat jumlah kasus masih sangat sedikit, sebelum terungkapnya kasus ke 31 yang berkaitan dengan cluster gereja Schincheonji tepat 11 hari setelah diterapkannya Rapid Test.

Korea Selatan menemukan 2900 kasus baru dengan pemeriksaan ini, faktanya 55% kasus confirmed di Korea Selatan berhubungan dengan gereja Schincheonji. Jumlah penduduk yang mengikuti tes ini hingga 250,000 orang, cukup tinggi dibanding negara tetangga seperti Jepang dan Amerika Serikat. Tes ini diberikan gratis, hanya memerlukan waktu <10 menit dengan pengambilan sampel dari jari tangan dengan menggunakan rapid test antibody kit, dan dilakukan dalam kendaraan pribadi secara drive thru, kemudian hasil pemeriksaan dikirimkan dengan pesan singkat esok harinya.

Rapid Test COVID-19 adalah salah satu uji serologi yang digunakan cepat, kualitatif untuk deteksi IgG dan IgM dari 2019 Novel Coronavirus dengan menggunakan sampel serum/plasma. Tes ini pertama dikembangan oleh Guangzhou Medical University oleh dr Zhong Nanshan dan telah mendapat izin Emergency Use Authorization, kemudian mulai dikomersialisasi oleh Zhejiang Orient Gene Biotech, SD Biosensor dan beberapa perusahaan lain dengan memproduksi antibody kit test kemudian disebarluaskan ke berbagai negara.

Seluruh rangkaian proses dalam tes ini membutuhkan waktu 15-20 menit, lebih cepat dibanding RT PCR yang membutuhkan waktu 4-5 hari. Mengingat tingginya CFR di Indonesia, pemberlakuan Rapid Test menjadi penting untuk melakukan pemeriksaan pada masyarakat, karena lockdown sulit diterapkan di Indonesia.

Pemerintah Indonesia mulai mengimpor alat rapid tes pada 19/03 dari China. Rapid Test IgM dan IgG antibody immunoassay dari Zhejiang Orient Gene Biotech memiliki sensitivitas 87,9% dan 97,2 %, spesifisitas IgG dan IgM 100%. Menurut surat edaran Persatuan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan Kedokteran Laboratorium (PDS PatKlin) tes ini masih memungkinkan hasil positif palsu, sehingga jika hasil rapid test positif maka harus dilakukan pemeriksaan PCR untuk konfirmasi dan dapat menimbulkan negatif palsu, maka jika hasil negatif pemeriksaan harus diulang kembali 7-14 hari setelahnya.

Menurut Gugus Tugas Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Indonesia, mengingat penduduk indonesia 270 juta jiwa, maka pemeriksaan hanya diindikasikan untuk orang yang pernah kontak dengan pasien COVID-19 dan pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan.*

Sumber: Cnbcindonesia.com | www.npr.org | www.accesswire.com | CNNIndonesia | cdc.go.kr | Science Report COVI-19, National University of Singapore

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini