Ventilator Alternatif Karya Anak Bangsa Siap Hadapi Korona

Ventilator Alternatif Karya Anak Bangsa Siap Hadapi Korona
info gambar utama

Selain alat pelindung diri (APD), perlengkapan lain yang saat ini ketersediaannya sangat terbatas di berbagai rumah sakit yang menangani Covid-19 adalah ventilator. Ventilator adalah alat bantu pernapasan bagi orang-orang yang terinfeksi virus korona. Alat itu sangat krusial untuk saat ini, mengingat virus tersebut menyerang sistem pernapasan dan paru-paru penderitanya.

Namun, di tengah sangat dibutuhkannya alat bantu pernapasan tersebut, tidak semua rumah sakit memiliki jumlah ventilator yang cukup bagi para pasiennya.

Bila menilik data Kementerian Kesehatan pada 2018 lalu, rasio ruangan intensive care unit (ICU) per penduduk Indonesia adalah 2:100.000. Artinya, hanya ada dua tempat tidur di ruang ICU yang dilengkapi ventilator --alat bantu pernapasan-- untuk tiap 100.000 penduduk Indonesia. Kelangkaan itu terutama disebabkan oleh harga ventilator yang relatif mahal.

Demi mengatasi kesulitan tersebut, Institut Teknologi Bandung (ITB) berkolaborasi dengan Yayasan Pembina Masjid (YPM) Salman dan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), semuanya berada di Bandung, Jawa Barat, mengembangkan ventilator alternatif yang dapat memudahkan tenaga medis.

Ventilator itu diberi nama Vent-I, yang merupakan akronim dari Ventilator Portable Indonesia. Vent-I adalah bentuk sederhana dari ventilator pada umumnya. Bahan yang digunakannya pun bukan menggunakan bahan baku yang biasa untuk membuat peralatan medis. Selain itu, karena bersifat portabel, jadi penggunaannya bisa dipindah-pindah.

Vent-I atau ventilator alternatif yang dikembangkan ITB | ITB.ac.id
info gambar

External Relations tim Vent-I Hari Tjahjono menyebutkan, eksperimen ini telah dimulai sejak sekitar dua pekan lalu. Ketua tim Dr. Syarief Hidayat, Dosen Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB, yang menggagas ide tersebut. Awalnya, ide itu bermula dari perbincangan pihaknya dengan para dokter yang menyebutkan bahwa ventilator sangat dibutuhkan.

"Sudah banyak yang menyumbang APD dan masker, tapi kami lihat ada kebutuhan lain yang sangat penting yaitu ventilator. Covid-19 ini kan menyerang pernapasan," ujarnya, dikutip dari Ayobandung.com (7/4).

Di sisi lain, Syarif yang menjadi ketua tim kolaborasi itu mengatakan bahwa dia tergerak menggagas konsep dan rancangan Vent-I karena, “alat ini sudah banyak di dunia tapi jumlahnya sekarang tidak cukup, termasuk di Indonesia, dan harganya mahal.”

Dia menggunakan Masjid Salman ITB sebagai laboratorium dadakannya, selagi kampus masih ditutup karena pandemi Covid-19. “Sudah dua minggu ini saya tidak pulang. Siang malam mengerjakan rancangan ventilator ini,” kata Syarief, dikutip dari laman Disway.id, blog pribadi Dahlan Iskan, mantan Direktur Utama surat kabar Jawa Pos.

Syarif menerangkan, ventilator rancangannya merupakan alat bantu pernapasan bagi pasien yang terinfeksi virus corona di tingkat menengah, belum masuk ruang ICU. “Rumah sakit Hasan Sadikin dan para dokter juga membantu sehingga secara medik alat ini bisa cocok,” ujar Syarif, dikutip dari Tempo.co (7/4/2020).

Syarief sedang ventilator rancangannya |Disway.id
info gambar

Manajer Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Salman yang juga turut serta dalam pengembangan Vent-I, Jam’ah Halid, juga mengatakan hal yang senada dengan Syarief. “Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri (jika pasien Covid-19 pada gejala klinis tahap 2), bukan diperuntukkan bagi pasien ICU,” katanya.

Dana dan Komponen

Berkaitan dengan pembuatan purwarupa ventilator rancangannya, Syarief menuturkan, pada tahap awal didanai oleh YPM Salman dan selanjutnya akan diteruskan melalui penghimpunan dana publik. “Kami tidak memakai dana pemerintah, ITB, atau dana penelitian, tapi kerja sama semua pihak yang peduli kemanusiaan,” terang Dosen yang pernah menjadi ketua takmir Masjid Salman itu.

Vent-I akan berfungsi sebagai Continous Positive Airway Pressure (CPAP) yang mengalirkan udara ke paru-paru, sehingga pasien memiliki cukup oksigen dan meminimalisir terjadinya kegagalan bernapas.

Sementara untuk bahan yang digunakan memproduksinya. Dia menggunakan bahan yang tersedia di pasaran, tanpa harus memesan khusus ke produsen alat kesehatan. Syarief menambahkan, dirinya memang sengaja tidak menggunakan bahan-bahan yang biasa digunakan untuk alat-alat medis. Alasannya, sekarang, bahan-bahan itu sangat sulit dicari.

Disway.id
info gambar

Kendati tidak dirancang seperti ventilator pada umumnya, Syarief memastikan bahwa rancangannya itu sudah mendekati ventilator yang dipakai rumah sakit dan bisa dibuktikan fungsinya.

"Secara fungsional Vent-I type 01 CPAP telah memenuhi standar minimal yang dapat digunakan dalam situasi krisis seperti sekarang," terang Hari.

Berat ventilator portabel ini kurang dari 5 kg. Cara menggunakannya pun diklaim tidak sekompleks ventilator yang biasa dipakai di rumah sakit. Dengan begitu, semua tenaga kesehatan dapat menggunakannya, tanpa perlu operator khusus yang sudah terlatih. Tambah lagi, dengan sifatnya yang portabel sehingga bisa dipakai di mana saja.

Saat ini, Vent-I yang Syarief dan timnya rancang sedang diuji oleh Badan Pengujian Fasilitas Kesehatan Kementerian Kesehatan, setelah uji fungsi dan kalibrasi, kemudian diuji keselamatan penggunaannya. “Sudah itu didaftarkan baru bisa diedarkan, targetnya minggu depan izin edar sudah keluar,” tutur Syarief.

Syarief mengatakan, diawal Vent-I ditargetkan akan diproduksi sebanyak 100 unit. Kemudian langsung disalurkan ke Kementerian Kesehatan. Rencananya, 100 unit itu akan dibagikan secara gratis ke rumah sakit yang menangani pasien Covid-19.

“Nomor satu diproduksi dulu, soal paten bisa dikejar atau enggak itu sekunder yang penting bisa dipakai dulu,” tambahnya.

Disway.id
info gambar

Sejauh ini biaya yang dihabiskan untuk memproduksi Vent-I adalah lebih dari Rp100juta. Nantinya, setelah 100 unit Vent-I terwujud, produksi akan dilanjutkan oleh industri terkait dengan standar dan bahan yang disesuaikan.

Dalam kondisi darurat seperti sekarang, Syarief menjelaskan, bahwa komponen yang dipakai untuk ventilator buatannya, seperti pompa udara (blower) berasal dari masker debu industri yang dimodifikasi dengan memberi sensor tekanan dan pengontrol bukaan katup.

Ia juga menggunakan komponen utama lainnya seperti reservoir udara memakai kantung plastik dan pipa fleksibel menggunakan selang buangan mesin cuci. Harapannya, ventilator ciptaannya itu, mampu meringankan tugas tenaga medis yang saat ini sedang berjibaku menangani pandemi Covid-19.


Sumber: Disway.id | Tempo.co | Ayobandung.com | ITB.ac.id

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini