Bumi Pertiwi, Kamu Tidak Sendiri

Bumi Pertiwi, Kamu Tidak Sendiri
info gambar utama

Manusia jatuh sakit. Bumi ikut bersedih.

Siapa yang tak ingin lekas terbebas dari tragedi ini? Not a singlebody. Guncangan yang ditimbulkannya tak tanggung-tanggung, hampir semua sektor kehidupan manusia ikut tersandung. Mulai dari sistem pernafasan individu sampai kisruh politik yang tidak perlu, dari bisnis perhotelan dan maskapai penerbangan hingga perdagangan dan keuangan, dan masih banyak lagi.

Ketika virus Covid-19 melanda negeri tirai bambu untuk pertama kali, saya berada di sini, namun pada saat itu, saya masih tidak terlalu peduli terhadap kehadiran virus ini. Tapi, seiring waktu berlalu, dampaknya semakin nyata dan kentara. Kekacauan dan kepanikan pun tidak bisa dipungkiri, apalagi setiap hari melihat data dan statistik orang yang terinfeksi virus Corona terus melambung tinggi. Saya menyaksikan semuanya dengan mata kepala saya sendiri. Semua orang menaruh harapan yang besar kepada pemerintah Tiongkok. Dengan adanya kehadiran mereka pada momen yang krusial itu bagaikan bintang yang bersinar, semakin lama semakin terang, di kala malam buta. Dengan sigap mereka menerapkan sejumlah kebijakan, salah satunya adalah physical distancing, guna menekan jumlah yang terinfeksi dan mengembalikan stabilitas di masyarakat. Adanya sinergi antara pemerintah dan masyarakat Tiongkok menjadi salah satu aspek mengapa Tiongkok bisa cepat bangkit dan pulih. Kita semua juga tahu, setaktis-taktisnya sebuah strategi, tak akan lebih dari sekadar hitam di atas putih, jikalau tidak ada koordinasi dan kolaborasi.

Teman-teman sebangsa dan setanah air, hidup ini tidak ada yang pasti, alangkah baiknya mencegah daripada mengobati. Saya sangat mengerti semua kegetiran dan kekhawatiran kalian, karena saya sendiri pernah berada di posisi dan kondisi yang sama. Wahai kawan, dalam situasi seperti apapun, hendaknya kita menyelesaikan segala sesuatu dengan kepala dingin agar semua dapat terselesaikan sesuai dengan apa yang kita ingin.

When life gives you a lemon, make lemonade!

Setiap orang tentu memiliki pandangan dan asumsi yang bervariasi mengenai solusi yang terbaik, di kala itu saya pribadi berinisiatif untuk mengurungkan niat saya untuk kembali ke Tanah Air. Saya selalu awali hari-hari dengan senyum di pipi dan saya optimis bahwa semua pasti bisa diatasi dan disiasati. Tapi, lagi-lagi, semua dimulai dari kesadaran diri sendiri.

Harus diingat selalu, kita tidak boleh parno olehnya, tapi tidak juga meremehkannya. Riset mengatakan, apabila virus ini menginfeksi orang yang memiliki daya tahan tubuh yang bagus, level kefatalannya tidak terlalu tinggi dan dapat sembuh sendiri. Tapi, apakah itu menjadi alasan bagi yang sehat atau merasa sehat boleh bebas berkeliaran? Mari kita melirik ke kanan-kiri terlebih dulu sebelum bertindak, lihat lah di sekeliling kita, masih banyak sekali kaum yang lebih rentan sehingga melindungi mereka adalah tugas dan kewajiban kita semua.

Berpergian hanya ketika diperlukan, mari implementasikan gerakan Work from Home. Virus ini tidak pandang bulu, semua orang memiliki kemungkinan akan terinfeksi olehnya. Bahayanya lagi, seseorang bisa saja terpapar virus ini tanpa ada gejala sedikit pun sehingga berpotensi menjadi pembawa malapetaka bagi orang-orang di sekelilingnya. Ketika nasi telah menjadi bubur dan arang telah menjadi abu, semua sudah terlambat dan yang tersisa hanyalah satu kata yaitu penyesalan.

Bagi engkau yang menjadi tulang punggung keluarga, yang tidak mempunyai pilihan lain tapi harus tetap beraktivitas di luar, demi sesuap nasi dan keberlangsungan hidup keluarga, pastikan jaga selalu kesehatan diri, kehigienisan lingkungan, dan tentunya menghindari keramaian sebisa mungkin. Karena dengan menjaga diri sendiri, secara tidak langsung juga menjaga orang di sekitar yang engkau sayangi dan cintai.

Pergeseran besar-besaran terjadi dalam hidup kita, tapi fenomena ini tidak hanya terjadi di satu, dua negara, melainkan hampir seluruh dunia mengalami hal yang serupa. Tapi, percayalah, dengan adanya kehadiran si Corona, kita mundur satu langkah ke belakang untuk maju dua langkah ke depan.

Para saintis dan dokter beserta tim paramedis, dengan waktu mereka berlomba lari, untuk menyelamatkan lebih banyak insan di bumi pertiwi. Saya hanya seorang pelajar berbudi, tidak ada pengalaman di dunia medis, bagaimana bisa menghentikan semua ini. Sini, saya bisikin, dengan physical distancing, kita bisa menghentikan rantai penyebaran infeksi. Akhir kata, bumi pertiwi, jangan engkau bersedih, kamu tidak sendiri, kita selalu ada di sini, bersama kita menghadapi badai ini, bersama kita menanti indahnya warna-warni pelangi di esok hari.

“Merah darahku,

Putih tulangku,

Garuda di dadaku.

Mari kita bersatu,

Indonesia sehat selalu.

Semua dimulai dari dirimu,

Oleh dirimu,

Untuk dirimu.

Di dalam hati kecilmu,

Engkau selalu tahu,

Kalau,

Badai pasti berlalu.”


Penulis: Ketrin Jow, PPI Tiongkok

Editor: Mufida Afiya, Mass Media, Pusat Media dan Komunikasi PPI Dunia

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini