Indonesia Kuasai Pemain Bulutangkis Ganda Putra Terbaik Sepanjang Masa (2)

Indonesia Kuasai Pemain Bulutangkis Ganda Putra Terbaik Sepanjang Masa (2)
info gambar utama

Kawan GNFI bisa mengklik artikel ini Indonesia Kuasai Pemain Bulutangkis Ganda Putra Terbaik Sepanjang Masa (1) terlebih dahulu ya. Ini adalah artikel berlanjut.

Pada kali ini, tiga pasangan ganda putra terbaik sepanjang sejarah versi pelatih ganda putra Herry Iman Pierngadi di bawah adalah pasangan ganda putra di era 2000-an. Menggantikan masa-masa kejayaan yang sudah ditorehkan oleh senior-seniornya terdahulu.

Dari tiga pasangan yang disebutkan oleh Herry, hanya satu pasangan China yang menarik perhatiannya kala ia melatih pasangan ganda putranya. Yaitu Cia Yun/Fu Haifeng.

  1. Cai Yun/Fu Haifeng
Cai Yun/Fu Haifeng salah ganda putra terbaik sepanjang masa menurut Herry IP
info gambar

Herry memilih ganda putra China ini karena ia menganggap bahwa cara bermainnya cocok dengan apa yang selama ini ia ajarkan kepada pemain didiknya. Yaitu, metode untuk terus menyerang. “Mereka mainnya menyerang. Dan mereka memang fenomenal. Baik itu secara permainan dan prestasi,” katanya kepada Jawa Pos.

Metode menyerang dianggap Herry sebagai permainan yang dianggap harus dimiliki semua ganda putra dunia supaya punya kesempatan untuk mengukir prestasi ajang-ajang besar. Dirinya juga teringat pasangan ganda putra muda yang kini terkenal akan teknik bertahannya yang tidak mudah dipatahkan yaitu Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe. Menurut Herry, tipe-tipe bertahan di ganda putra jarang sekali dapat berprestasi sangat tinggi.

Sepanjang perjalanan karir bulutangkisnya, Cai Yun/Fu Haifeng berhasil menyabet Juara Dunia empat kali. Yaitu tahun 2006, 2009, 2010, dan 2011. Setahun setelahnya, pasangan ini berhasil mendapatkan Emas Olimpiade London 2012.

Melansir Indosport, pasangan ganda putra China ini dianggap pasangan yang mengerikan. Cai Yun memiliki teknik kecepatan yang khas dan Fu Haifeng memiliki kekuatan yang luar biasa. Momen Olimpiade London 2012 merupakan momen termanis bagi keduanya, karena emas itu berhasil mereka raih bertepatan dengan satu dekade Cai Yun/Fu Haifeng dipasangkan menjadi ganda putra.

Cai Yun juga mengatakan kalau dirinya juga sangat segan dengan salah satu pemain ganda putra Indonesia, yaitu Hendra Setiawan. Dirinya juga tidak ragu mengatakan bahwa Hendra sebagai pembunuh berdarah dingin.

  1. Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan
The Daddies atau Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan menjadi ganda putra terbaik sepanjang masa dari Indonesia
info gambar

Pasangan ini kerap disebut The Daddies. Herry memilih mereka menjadi salah satu pasangan ganda putra terbaik sepanjang masa karena karakternya yang unik. Saat pertama kali mereka dipasangkan 2012 lalu, mereka punya kecepatan yang patut dipertimbangkan. “Namun sekarang, keunggulan mereka adalah ketenangan. Dan satu lagi adalah rotasi. Rotasi Henda dan Ahsan ini bagi saya sangat baik. Hendra di belakang bisa, di depan bisa. Begitu juga dengan Ahsan,” jelas Herry kepada Jawa Pos.

Hendra/Ahsan juga punya cerita tersendiri selama mereka berada di Pelatnas. Sebelumnya, Hendra dipasangkan dengan Markis Kido dan berhasil membawa Emas Olimpiade Beijing 2008. Statistik permainan Hendra/Ahsan sempat jeblok di tahun 2016 dan kerap kalah dari lawan yang sama. Pada saat itulah mereka memutuskan untuk berpisah. Hingga tahun 2018, mereka akhirnya kembali bertandem dan menjadi juara di Malaysia International Challenge 2018.

Belum lama kembali berpasangan, awal tahun 2019 keduanya memutuskan untuk keluar dari Pelatnas dan menjadi pemain profesional. Namun siapa sangka keduanya justru berhasil membuat para pecinta bulutangkis berdecak kagum. Terutama setelah menyabet Juara dunia 2019 dan All England 2019.

Hendra/Ahsan bahkan sudah masuk kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 yang seharusnya dihelat pada 24 Juli-9 Agustus mendatang. Wabah Covid-19 merupakan alasan perhelatan akbar itu terpaksa ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan.

  1. Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukomuljo
The Minions atau Marcus Fernaldi Gideon/Kevin Sanjaya Sukomuljopemain ganda putra bulutangkis terbaik sepanjang masa dari Indonesia
info gambar

The Minions kini menjadi pemegang rekor nomor satu dunia terlama dalam sektor ganda putra BWF World Tour dalam satu musim. Mereka berhasil menggeser rekor yang pernah dipegang oleh pasangan ganda putra Korea Selatan Lee Yong-dae/Yoo Yeon-seong.

Tidak hanya itu, Marcus/Kevin juga dianggap menjadi pemain yang merajai pertandingan tur BWF. Puncak prestasinya yaitu saat tahun 2017. Pada pertandingan All England 2017, pasangan ini bahkan tidak menjadi unggulan pertama untuk dapat maju menjadi juara. Namun siapa sangka keduanya berhasil menorehkan prestasi yang dianggap menggemparkan dunia bulutangkis saat itu. Tidak lupa dengan aksi-aksi menarik yang kerap ditunjukan oleh Kevin.

Bagi Herry, Kevin dianggap memiliki skill di atas rata-rata. Setelah dipasangkan oleh Marcus, keduanya menciptakan pasangan yang berbeda dan unik. “Mereka punya kecepatan, antisipasinya bagus, dan yang pasti kemampuannya di atas rata-rata ganda putra lain di dunia saat ini,” kata Herry.

Sepanjang tur BWF tahun 2018, dunia dikejutkan dengan gelar World Tour yang berhasil mereka raih. Keduanya berhasil mengoleksi sembilan gelar. Prestasi itu tentu saja dilengkapi dengan juara All England 2018. Pada tahun 2019 keduanya gagal di babak pertama setelah dikalahkan oleh Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe asal Jepang.

Pada All England 2020, keduanya juga harus puas dengan posisi kedua setelah berhasil dikalahkan oleh lawannya yang sama. Hingga sekarang pasangan Jepang inilah yang kerap menghalangi langkah The Minions.

Itulah enam pasangan ganda putra terbaik sepanjang masa versi Herry IP. Kedepannya Indonesia akan terus menanti bibit-bibit unggul calon pengisi daftar pemain terbaik selanjutnya. Tentu saja prestasi olahraga favorit Indonesia ini akan datang dari sektor lainnya.

Siapa unggulan Kawan GNFI?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini