Addie MS Ceritakan Proses Rekam Ulang Lagu Indonesia Raya

Addie MS Ceritakan Proses Rekam Ulang Lagu Indonesia Raya
info gambar utama

Lagu nasional kita, Indonesia Raya, mengalami perjalanan aransemen panjang sebelum diperdengarkan dengan kualitas yang bagus seperti sekarang. Mungkin kawan GNFI bertanya-tanya, apa yang dimaksud dengan kualitas bagus di sini? Ya, karena pada masa Orde Lama sampai akhir Orde Baru, lagu Indonesia Raya masih diperdengarkan dengan rekaman lama dengan kualitas yang kurang bagus.

Barulah pada 1997, konduktor dan komponis tersohor Indonesia, Addie Muljadi Sumaatmadja - atau lebih dikenal dengan nama Addie MS – merekam ulang lagu Indonesia Raya ke dalam kualitas rekaman yang lebih prima. Rekam ulang Indonesia Raya pun dilakukan Addie MS bersama Twilite Orchestra dan Victorian Philharmonic Orchestra secara digital di Melbourne, Australia. Tak hanya Indonesia Raya, beberapa lagu nasional di antaranya seperti Bagimu Negeri, Syukur, Mengheningkan Cipta, kembali direkam ulang dan itu semua bisa kita temukan di dalam album lagu Simfoni Negeriku yang dirilis pada tahun 1998.

Saat berbincang santai bersama Museum Sumpah Pemuda, Addie MS mengaku ada kegelisahan dengan lagu Indonesia Raya yang tak kunjung diperbarui kualitas rekamannya.

“Setelah Twilite Orchestra didirikan tahun 1991, ada beberapa kali kita membawakan Indonesia Raya karena peristiwa formal pada saat itu. Saya mulai memerhatikan Indonesia Raya di TV, radio, pada tahun 1990-an awal. Saya mengamati, saat itu sudah mulai teknologi digital, suara rekaman lagu pop di radio, di TV, sudah lebih jernih. Sementara, Indonesia Raya rekamannya dibunyikan (diperdengarkan) dengan piringan hitam lama atau turunannya.” Kata Addie MS.

“Zaman lama itu analog, belum digital. Kalau analog setiap kita bikin duplikasinya ada penurunan yang signifikan dalam segi sinyal, noise makin tambah karena pita magnetik, setiap dibunyikan ulang pasti noise-nya makin naik, distorsinya terasa. Saya terganggu, mengapa Indonesia Raya kita nggak ada yang bikin bagus, padahal sudah era digital.”

“Kan kita punya lambang negara garuda, kita punya bendera merah-putih, kita punya lagu Indonesia Raya. Misalnya garuda itu putus sayapnya, kepalanya retak, pasti kita ganti. Bendera kalau sudah kusam, robek, pasti malu untuk dikibarkan. Lalu lagu Indonesia Raya ini sudah kresek, kok dibunyikan terus dan tidak ada upaya menggantikannya.”

Pada tahun 1997, Addie MS diundang oleh Presiden Direktur perusahaan multimedia Yasawirya Tama Cipta (YTC), Youk Tanzil, yang saat itu sedang mencari rekaman lagu Indonesia Raya untuk presentasi Bapepam. Kala itu Youk Tanzil menanyakan Addie MS di mana mesti mencari lagu tersebut. Pertanyaan itu pun menjadi pintu gerbang Addie MS memperbaiki kualitas lagu Indonesia Raya dengan membujuk Youk Tanzil mendanai rekam ulang.

“Akhirnya keluar hampir 600 jutaan (rupiah) tahun 1997,” terangnya. “Seharusnya nggak sampai segitu, tapi karena dolar naik jadi Rp 16 ribu jadi keluarnya jadi 600 jutaan untuk merekam Indonesia Raya. Karena sudah tanggung, saya usulkan kita rekam sekaligus lagu perjuangan Indonesia dengan format digital, dalam bentuk CD,” katanya lagi.

Ada Tangis Saat Proses Rekaman

Proses rekaman lagu Indonesia Raya oleh Addie MS dilakukan secara dua kali. Setelah balik ke Indonesia ada rasa tidak puas setelah mendengarkan hasil rekamannya.

Selaku pemberi dana, Youk Tanzil, keheranan karena Addie MS meminta proses rekam ulang dilakukan lagi di Australia. Menurutnya, rekaman Indonesia Raya yang ia lakukan bisa diterus dimainkan untuk jangka yang lebih panjang.

Saat mastering lagu di Sydney, Youk Tanzil yang menemani Addie MS dalam proses rekaman keluar ruangan sambil menangis. Addie MS berpikir sang pengusaha sedih karena sudah keluar banyak mendanai rekaman.

Namun, ternyata bukan itu alasannya, Youk Tanzil menangis karena terharu sebagai warga negara Indonesia keturunan Tionghoa mampu berkontribusi bagi simbol negara. Memang, saat itu orang-orang keturunan Tionghoa di Indonesia masih terjebak dalam stigmatisasi. 'Aku iki wong cino, tapi aku bisa bikin sesuatu buat Indonesia’,” kenang Addie MS menceritakan ucapan Youk Tanzil yang diliputi rasa haru. Addie MS pun mengingatkan Youk Tanzil bahwa perekam lagu Indonesia Raya yang pertama juga merupakan orang keturunan Tionghoa bernama Yo Kim Tjan.

Setelah rekaman itu jadi, lagu Indonesia Raya diperdengarkan di berbagai tempat dan acara yang ada di Indonesia. Diakui oleh Addie MS, royalti dari lagu Indonesia Raya yang direkam ulang itu bisa dipakai untuk membeli pulau. Hanya saja ia mengaku tidak terpikir keuntungan sejak awal merekam ulang lagu Indonesia Raya.

“Nggak terpikir royalti atau pendapatan, nggak sama sekali. Kebahagiaannya setiap lagu itu rekamannya dibunyikan, ‘alhamdulillah, i did something for my country’. Cuma itu saja,” jelas Addie MS.

Perjalanan Lagu Indonesia Raya

Lagu Indonesia Raya diciptakan oleh Wage Rudolf Supratman dan diperkenalkan langsung di Kongres Pemuda II di Batavia pada 28 Oktober 1928. Namun lagu tersebut sudah direkam pada 1927 atas bantuan sahabat WR Supratman, Yo Kim Tjan, yang memiliki toko rekaman NV Populair.

Pihak Belanda uring-uringan dengan tersebarnya piringan hitam rekaman lagu Indonesia Raya versi keroncong. Selain rekaman tersebut, lirik lagu Indonesia Raya juga dipublikasikan surat kabar Sin Po pada 1928.

WR Supratman lalu meminta Yo Kim Tjan menyelamatkan master lagu Indonesia Raya. Keluarga Yo Kim Tjan pun selalu membawa dan menyelamatkan master lagu tersebut agar tidak diciduk pihak Belanda.

Setelah merdeka, lagu Indonesia Raya diaransemen oleh komponis terkenal asal Belanda, Jos Cleber. Cleber pun diminta menggubah partitur lagu Indonesia Raya untuk orkes filharmoni atas permintaan kepala Radio Republik Indonesia (RRI) studio Jakarta, Jusuf Ronodipuro, pada akhir tahun 1950. Pada awal tahun 1951, rekaman pun dilakukan yang dibantu 140 pemusik gabungan dari ketiga orkes RRI dengan menggunakan mikrofon Westrex dan tape recorder Philips.

Untuk Indonesia Raya versi Addie MS sendiri bukanlah aransemen ulang. Addie MS menegaskan ada Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 1958 yang menyatakan lagu Indonesia Raya tidak boleh diaransemen ulang.

“Indonesia Raya saya itu bukan saya aransemen ulang, itu aransemen asli dari Jos Cleber,” ucap Addie MS. “Di situ (PP no. 44 tahun 58) dinyatakan Indonesia Raya tidak boleh dibawakan selain dengan aransemen yang sudah ditentukan. Jadi saya tidak berhak membuat aransemen. Tapi bersama lagu Indonesia Raya ada lagu perjuangan, nah lagu perjuangan itu saya aransemen dibantu Singgih Sanjaya.” jelasnya.


Referensi: Youtube.com / @Muspada | Indonesione.org

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini