Dari Kunming, Menghidupkan Jalur Sutera dengan Bahasa

Dari Kunming, Menghidupkan Jalur Sutera dengan Bahasa
info gambar utama

Wabah Covid-19 ini, memang menjadi penghambat ambisi besar China untuk merealisasikan mimpinya dalam menghidupkan kembali jalur sutera dan maritim, atau Belt and Road Initiative (BRI). Program raksasa tersebut dicanangkan oleh Xi Jinping Presiden China pada tahun 2013 lalu.

Tak main-main, China menggelontorkan dana super besar untuk mendanai proyek, yakni sekitar US$150 miliar atau setara Rp 2.137,6 triliun per tahun. Jumlah yang sangat fantastis untuk membangun infrastuktur darat, laut, dan udara yang menghubungkan negara-negara di Asia, sebagian Afrika hingga Eropa.

Sekilas tentang sejarah jalur sutera kuno

Jalur sutera kuno dibangun pada Dinasti Han tahun 130 SM, berkembang hingga sekitar tahun 1453 M, dan berakhir setelah diboikot oleh Kesultanan Turki Utsmani. Penamaan “Jalur Sutera” ini merujuk pada istilah yang digunakan oleh Ahli Geografi Jerman bernama Ferdinand Richthofen pada tahun 1870.

Sutera merupakan salah satu barang dagangan dari China kuno yang mempunyai permintaan pasar yang tinggi di berbagai negara. Akan tetapi, itu bukan barang satu-satunya. Selain sutera, pedagang China kuno juga menjual atau membarter porselen, parfum, rempah-rempah, permata, bubuk mesiu, bulu, dan manik-manik kaca. Di sisi lain, pedagang dari Eropa membawa giok, anggur, wool, pecah belah, dan gelas khas Mediterania untuk dijual atau dibarter ke China.

Jalur sutera kuno ini terdiri atas jalur internasional melalui darat dan laut. Jalur darat meliputi rute perdagangan dari ibukota China kuno di Xi’an menuju Romawi melalui Xinjiang, Asia Tengah, Timur Tengah, daratan Hindustan, dan Persia dengan berpusat di kota Samarkand, Uzbekistan.

Samarkand merupakan kota terbesar dan salah satu kota tercanggih di zamannya. Di sana, hidup para ahli astronomi, tukang kayu profesional, dan sastrawan mempunyai saluran air yang sangat besar dengan mampu menyuplai 150 sampai 200 ribu orang.

Kemudian, jalur laut membentang dari Laut China Selatan ke Asia Tenggara, Asia Selatan, Arab, Afrika Timur, Afrika Utara, berakhir di Laut Mediterania. Jalur perdagangan kuno ini merupakan jalur bisnis internasional yang sangat masyhur dan ramai di eranya.

Perdagangan jalur sutera kuno berjalan dengan lancar salah satunya karena didukung dengan kemampuan manajemen bisnis, keterampilan dalam teknologi produksi, serta penguasaan bahasa-bahasa masyarakat setempat oleh para pedagang lintas negara yang terlibat.

Mimpi China dalam pembangunan jalur sutera modern

Mimpi untuk menghidupkan kembali jalur legedaris ini menjadi inspirasi bagi Xi Jinping untuk membangun jalur sutera modern. Dulu, jalur sutera hanya dilalui dengan kuda dan unta, sekarang ditempuh dengan menggunakan kereta cepat, pesawat, dan kapal-kapal logistik.

Jalur sutera modern akan menghubungkan 76 negara-negara di dunia. Mimpi yang sangat besar dari negara adidaya baru. Skema hutang menjadi metode pembiayaan yang diberikan China untuk negara-negara yang bekerja sama.

Menurut perhitungan Xi Jinping, besarnya utang tersebut akan dapat dikembalikan dengan income yang berasal dari investasi tersebut. Banyak pengamat ekonomi barat yang mengkhawatirkan proyek raksasa ini karena dimungkinkan adanya jeratan hutang dari negara-negara yang ber-GDP kecil.

Selain itu, hingga saat ini banyak negara-negara yang meminjam hutang ke China setara dengan GDP mereka, bahkan melebihinya. Hati-hati dalam berhutang ke China jika memang tidak perlu. Butuh perhitungan yang matang untuk mengambil hutang yang besar. Akan tetapi, jika dilihat sisi positifnya, jalur sutera modern menawarkan konektivitas, aksesibilitas, dan produktivitas perdagangan antar negara yang sangat masif.

Menghidupkan jalur sutera modern di Asia Tenggara dengan bahasa

Khusus untuk negara-negara di Asia Tenggara, proyek ini dimulai dari pintu gerbang Provinsi Yunnan yang beribukota di Kunming. Yunnan berbatasan langsung dengan negara-negara tetangga, yaitu Vietnam, Laos, dan Myanmar, serta dekat dengan Thailand, Kamboja, dan Bangladesh di Asia Selatan.

China telah mempersiapkan diri dengan matang untuk segera masuk dan memimpin perdagangan di Asia Tenggara. China sekarang gencar mengirim mahasiswa-mahasiswa terbaiknya ke kawasan Asia Tenggara, menjalin berbagai kerja sama budaya maupun pendidikan, serta membentuk organisasi-organisasi baru yang didanai China untuk menegaskan dominansinya.

Berbagai macam beasiswa pendidikan lanjut pun ditawarkan ke para calon pemimpin baru di Asia Tenggara di masa depan. Tak terlewatkan, di Yunnan sendiri juga membuka berbagai program studi penguasaan bahasa-bahasa di Asia Tenggara untuk pelajar lokal China. Sebagai contoh, program studi bahasa Vietnam, Laos, Myanmar, Thailand, Melayu, hingga bahasa Indonesia.

Pembukaan program-program studi bahasa Asia Tenggara tersebut dilaksanakan di Yunnan University of Nationalities, Yunnan University, Yunnan Agricultural University, dan Qujing Normal University. Di Yunnan University of nationalities, secara khusus melakukan program join degree, student exchange, teacher mobility, dan visiting professor dengan Universitas Negeri Yogyakarta dalam bidang ilmu bahasa Indonesia.

Selain di Yunnan, menurut data KBRI Beijing, ada kampus-kampus di provinsi-provinsi lain yang membuka program bahasa Indonesia, seperti Peking University, Beijing Foreign Studies University, Tianjin Foreign Studies University, Shanghai International Studies University, Guangxi University of Foreign Languages, Guangxi University of Nationalities, Jilin Huaqiao University of Foreign Language.

Dari Kunming, PPIT Kunming memasyarakatkan bahasa Indonesia

China secara matang tengah mempersiapkan generasi mudanya untuk dapat berkiprah lebih banyak secara internasional dalam sektor perdagangan, pendidikan, penelitian, dan politik di masa depan. Penguasaan bahasa dinilai sebagai suatu terobosan strategis untuk dapat membuka dan memperkuat hubungan kerja sama dengan bangsa-bangsa lain.

Menurut China, posisi Yunnan ini adalah pintu gerbang untuk membuka hubungan dagang dan memperkuat proyek jalur sutera modern di Asia Tenggara. Sehingga, penguasaan bahasa-bahasa Asia Tenggara menjadi kebutuhan yang mendesak.

China juga mempunyai banyak rencana proyek infrastuktur jalur sutera modern di Indonesia. Salah satu proyek yang sedang masif digarap adalah pembangunan jalur kereta cepat Jakarta-Bandung. Pada 27 April 2019 lalu, telah dilakukan penandatanganan 23 Memorandum of Understanding (MoU) antara sejumlah pebisnis Indonesia dengan China. Penandatangan MoU ini dilakukan dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) II Belt Road Initiative (BRI) di Beijing, China.

Dengan banyaknya proyek China di tanah air, penguasaan bahasa Indonesia menjadi suatu hal vital untuk memastikan agar rencana tersebut dapat berjalan dengan lancar. Oleh karena itu, sejak Desember 2019, Perhimpunan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT) ranting kota Kunming, Yunnan, juga gencar dalam mengadakan berbagai program yang mendukung kerja sama bilateral ini.

PPIT Kunming memberikan pelatihan bahasa Indonesia untuk pelajar China.
info gambar

PPIT Kunming bersama dengan dosen bahasa Indonesia di Yunnan University of Nationalities asal Yogyakarta, Veronica Christamia Juniarm, mengadakan banyak pelatihan dan lomba bahasa Indonesia untuk mahasiswa China.

Program ini juga diharapkan dapat memperkuat proses komunikasi interkultural, saling bertukar budaya, mempererat persahabatan kedua negara, dan turut memasyarakatkan bahasa Indonesia di mancanegara.*

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini