Middle Earth, Selandia Baru, dan Promosi Wisata

Middle Earth, Selandia Baru, dan Promosi Wisata
info gambar utama

Apa yang terlindas dalam benak anda jika mendengar nama Selandia Baru? Daerah bergunung-gunung, tempat adventure, orangnya sopan-sopan, negerinya dingin dan Indah, dan hal-hal positif lain. Kan?

Saya sendiri, ketika mendengar Selandia Baru , yang terlintas adalah negeri yang jauh di selatan, indah, penduduknya jarang, dan sempurna untuk traveling. Pemerintah dan rakyat Selandia Baru amat menyadari bahwa reputasi negaranya sangat baik. Dunia pun mengakui hal tersebut. Dalam FutureBrand Country Index 2019, Selandia Baru berada di peringkat 11 dunia negara dengan reputasi terbaik. Negara tersebut hanya ‘kalah’ dari Jepang, negara-negara Eropa utara, dan Eropa tengah. Berikut daftar peringkatnya:

1. Japan -
2. Norway +4
3. Switzerland -1
4. Sweden -
5. Finland +8
6. Germany -3
7. Denmark +2
8. Canada -3
9. Austria +1
10. Luxembourg -
11. Selandia Baru -
12. United States -5
13. Netherlands +3
14. Italy +4
15. Australia -7

Di Asia Tenggara, Singapura, negara yang dianggap bereputasi terbaik di kawasan ini, ‘hanya’ berada di peringkat 18 dunia. Sementara, Indonesia sendiri berada cukup jauh di bawah.

Apa yang membuat Selandia Baru mampu berada di posisi tinggi? Good governance, quality of life, seberapa di’hormati’ produk-produknya di mancanegara, dan yang tak kalah penting adalah keindahan alamnya. Yang terakhir inilah yang akan kita bicarakan pada tulisan ini.

Selandia Baru memang tergolong unik secara geografis. Dikelilingi oleh Samudra Pasifik dan Laut Tasman, dengan populasi lebih dari 4,5 juta, Selandia Baru menyediakan alam yang sempurna, otentik dan nyata. Cocok sekali untuk film-film kolosal seperti Hobbits atau LOTR. Selain itu, hal ini dilengkapi dengan fasilitas produksi kelas dunia dan para pekerja-pekerja kreatif terbaik. Selandia Baru benar-benar sadar akan 'keunggulan' ini.

Dalam sebuah riset, film ternyata memberi pengaruh yang kuat terhadap begitu banyak orang untuk memilih ke mana mereka ingin bepergian / traveling. Selandia Baru sendiri adalah lokasi syuting film-film legendaris seperti Lord of the Rings dan The Hobbit. Dan lokasi syutingnya memang nyata adanya. Berjuta penggemar film-film tersebut selalu bermimpi dapat berkunjung ke Selandia Baru suatu hari. Banyak yang memasukkan negara tersebut dalam bucket list mereka.

Dalam berbagai survey:

  • Selandia Baru terpilih sebagai tujuan wisata film nomor satu di dunia versi pemirsa HBO, di atas New York (Sex and the City) dan Irlandia Utara (Game of Thrones).
  • Survei yang sama menemukan satu dari empat orang dewasa sekarang memilih ke mana harus pergi pada liburan berikutnya berdasarkan lokasi pembuatan film yang digunakan dalam acara TV atau film favorit mereka.
  • Daily Mail mengutip sebuah survei oleh 'Travelation' yang menemukan bahwa di Inggris 27% pelancong mengatakan film dan buku menginspirasi mereka untuk pergi berlibur. Dalam hal ini, Mamma Mia (lokasi film di Yunani) 17% di peringkat 1, diikuti Selandia Baru di tempat kedua sebesar 16%.

Film kolosal terakhir yang berlokasi di Selandia Baru adalah Hobbit. Hingga kini, film trilogi tersebut terus memiliki dampak besar pada pariwisata di Selandia Baru . Kira-kira 18% wisman ke Selandia Baru mengatakan bahwa film The Hobbit Trilogy menjadi alasan minat awal mereka bepergian ke negara tersebut. Sementara 94% wisman juga mengetahui bahwa lokasi syuting film trilogi The Hobbit ada di Selandia Baru .
Sementara 29% wisman mengatakan bahwa selama di Selandia Baru , mereka mengunjungi lokasi-lokasi syuting 'Hobbit’.

Sebenarnya, tak hanya Hobbit dan LOTR, banyak film-film box office dunia yang beberapa lokasi syutingnya dilakukan di Selandia Baru .
Selandia Baru ’s Top 10 film locations:
1. Cathedral Cove (Chronicles of Narnia)
2. Hobbiton Movie Set (The Lord of The Rings & The Hobbit trilogies)
3. Mount Taranaki (The Last Samurai)
4. Paradise (Wolverine & The Hobbit Trilogy)
5. Aoraki, Mount Cook (Vertical Limit)
6. Flock Hill (Chronicles of Narnia)
7. Kaitoke Regional Park (The Lord of The Rings & The Hobbit trilogies)
8. Karekare beach (The Piano)
9. Oreti Beach (The World's Fastest Indian)
10. Lyall Bay (King Kong)

Film-film terbaru yang pengambilan gambarnya dilakukan di Selandia Baru adalah “M:I 6 – Mission Impossible: (2018), “Murder on the Orient Express” (2017), “Alien: Covenant” (2017), “The Shannara Chronicles” (TV Series 2016 – ), “Pete’s Dragon” (2016), “Crouching Tiger, Hidden Dragon: Sword of Destiny” (2016), “Krampus” (2015).

Mengapa begitu banyak film internasional yang tertarik syuting di Selandia Baru? Selain keindahan alamnya, Selandia Baru juga menawarkan berbagai kemudahan dalam produksi film-film internasional. Bahkan pemerintah negara tersebut juga memberikan insentif berupa cash grant kepada para produser film internasional yang mengambil gambar di Selandia Baru.

Indonesia memang beberapa kali menjadi lokasi syuting film-film internasional. Memang belum sehebat LOTR maupun Hobbit dampaknya, namun setidaknya, sudah ada dampak bagi pariwisata. Eat, Love, and Pray adalah salah satu yang cukup berhasil mengangkat nama Ubud (yang sebenarnya sudah popular) di Bali. Indonesia harus bekerja lebih keras dalam mempromosikan destinasi-destinasi baru di Indonesia melalui film / acara-acara TV populer. Baik itu film-film produksi Internasional (tak hanya Hollywood), juga memproduksi sendiri film-film populer yang menampilkan keindahan alam dan budaya Indonesia.

Salah satu negara yang dinilai telah sukses mendongkrak promosi pariwisata melalui film adalah Korea Selatan. Banyak film-film Korea memang kerap menyisipkan promosi destinasi wisata yang ada di sana. Dan Korea puh mendapatkan berjuta kunjungan wisman dari promosi-promosi tersebut. Amerika Serikat, dan Inggris adalah beberapa pemain lain yang begitu sukses meneguk untung besar dari wisman yang datang karena film-film mereka. Di Asia Tenggara, Thailand adalah tempat yang paling sering mendapatkan ‘nama’ dari produksi film-film internasional di sana.

Film-film Indonesia pun, pada titik tertentu, cukup mendongkrak kunjungan wisman ke sini. Laskar Pelangi, Ada Apa Dengan Cinta, 5 cm adalah beberapa film yang berdampak langsung pada pariwisata. Memang lebih banyak wisatawan domestik yang datang ke tempat lokasi film-film tersebut masih di buat, paling jauh wisman dari Malaysia.

We need to do more. Tentu alam kita punya kelebihan tersendiri dibandingkan Selandia Baru . Rasanya, biaya produksi film internasional di Indonesia pun, bisa jadi lebih murah daripada di Selandia Baru . Tak ada salahnya Indonesia terus mencoba menggalakkan sektor ini, mungkin mengundang sineas-sineas dunia untuk membuat film di sini, dan memberikan insentif, misalnya. Di sisi lain, kreatifitas dan expertise para sineas Indonesia juga bisa terus ditingkatkan untuk mengikuti standar-standar global.

Namun itu saja tak cukup. Semua pihak perlu mengangkat reputasi Indonesia di ranah global. Dan ini bukanlah kerja setahun dua tahun. Tapi, memang harus dimulai.

(bersambung)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini