Kapan Kita Bisa Traveling Lagi?

Kapan Kita Bisa Traveling Lagi?
info gambar utama

Wabah Corona telah meluluhlantakkan berbagai sektor. Hasil analisa dari DCode, lembaga konsultan ekonomi dan keuangan dunia yang berkantor di Kairo, Mesir, sektor pariwisata adalah yang paling terdampak dari mewabahnya Coronavirus yang memaksa banyak orang untuk tinggal di rumah, tidak kemana-mana, apalagi jalan-jalan di keramaian tempat wisata.

Sumber : Dcodefc.com
info gambar

Mereka yang bekerja di sektor ini, mulai dari para guide, warung makanan, penjual souvenir, ojol, taksi online, mereka yang berkecimpung di perhotelan, maskapai udara, bandara, dan lainnya pun terdampak sangat parah. Sebabnya satu, sangat sedikit atau hampir tak ada orang yang traveling, apalagi destinasi-destinasi jauh.

Betul. Saat ini, mungkin belum ada orang yang 'berani' merencanakan jalan-jalan pada kondisi yang serba berat ini. Kapan akan pergi virus ini? Kapan mulai aman untuk keluar rumah dan bertemu banyak orang? Kapan kita bisa aman jalan-jalan lagi? Kalaupun sudah aman, mana saja yang aman, mana yang belum? Lalu, traveling pakai apa yang aman? Pesawat, kereta api, atau mobil saja? Berbagai pertanyaan menggelayut di benak kita, tanpa ada jawabnya. Tak ada yang bisa memberi kepastikan dan jawaban akan pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Ilustrasi bandara | pixabay.com
info gambar

Banyak yang harus dibangkitkan kembali, banyak yang harus digerakkan kembali. Ada banyak hal yang harus dilakukan oleh perusahaan, hotel, biro travel, maskapai penerbangan, rental mobil, dan pemerintah di seluruh dunia untuk kembali membuat sektor pariwisata menjadi sektor yang dinamis dan mampu menghidupi banyak orang. Seperti sebelumnya

Dunia pariwisata akan mulai menunjukkan kehidupan lagi tergantung pada beberapa hal;

  1. Aturan lockdown / karantina dicabut, dan tentu saja sudah ada pengumuman resmi dari pemerintah (Kementrian Kesehatan) bahwa Covid-19 sudah berhasil teratasi. Entah itu karena vaksin sudah ditemukan, ataupun karena sebab-sebab lain. Saat ini, Indonesia masih dalam periode bencana nasional, dan kita masih disarankan tetap di rumah, maupun melakukan social / physical distancing.
  2. WHO sudah memberikan lampu hijau untuk kembali traveling. Sekarang, WHO telah secara jelas menyatakan 'stay home. Belum ada tanda-tanda bahwa dalam waktu dekat WHO akan mengubah kebijakannya.
  3. Negara-negara lain juga sudah mencabut travel warning, travel restriction, dan sebagainya. Hal ini bisa menjadi salah satu tolok ukur Indonesia untuk melakukan hal yang sama. Kini, belum ada negara yang melakukannya.
  4. Sekolah-sekolah, kampus, dan bisnis sudah kembali seperti sedia kala. Ketika para siswa dan mahasiswa sudah kembali belajar di sekolah/kampusnya, dan restoran-restoran tak lagi menerapkan aturan social / physical distancing, ini pun bisa menjadi salah satu tolok ukur bahwa traveling bisa dilakukan kembali.

Yang paling aman adalah menunggu keempat poin di atas terjadi secara paralel, maka benar jika bisa jalan-jalan lagi.

Selain itu, kita perlu berhati-hati juga terhadap beberapa hal di bawah ini yang BUKAN tanda kita aman traveling lagi.

  1. Tempat-tempat wisata yang dibuka kembali. Tentu ini bukan tanda bahwa virus sudah pergi, namun bisa jadi karena alasan ekonomi yang berat karena tak adanya pemasukan dari pengunjung.
  2. Tak ada lagi kasus Covid-19 baru. Sekali lagi, inipun bukan tanda bahwa virus telah pergi. Untuk mengetahui ada kasus positif baru atau tidak, testing harus terus dilakukan. Dan semua negara punya keterbatasan untuk melakukannya.
  3. Ketika politisi bilang 'Covid-19 sudah pergi'. Untuk hal ini, biarlah ahli kesehatan, kementerian kesehatan, WHO, dan pihak-pihak yang mempunyai kompetensi untuk memastikannya.

Namun memang, perlu kita sadari bahwa dunia pariwisata akan menjadi sektor yang paling lama dan terakhir kembali ke normal setelah pandemi ini selesai. Mari kita lihat secara realistis. Meskipun nanti banyak travel restriction yang dicabut, bisa jadi kita belum akan segera bisa keluar rumah dan traveling dan merasa benar-benar aman. Banyak dari kita yang masih akan was was dan penuh pertimbangan. Bisa jadi, beberapa negara masih akan 'menutup diri' selama beberapa waktu meski pandemi telah dinyatakan selesai. Ini akan mengurangi jumlah negara transit, jumlah negara tujuan, dan jumlah wisatawan. Selain itu, berjuta-juta orang terdampak secara finansial selama musim pandemi. Pendapatan berkurang, tabungan berkurang. Ketika Covid-19 sudah pergi, prioritas pertama dalam penggunaan dana yang 'tersisa' tentu bukanlah traveling.

(bersambung)

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini