Menelusuri Perbedaan Keraton Solo dan Yogyakarta

Menelusuri Perbedaan Keraton Solo dan Yogyakarta
info gambar utama

Sering kali Kawan GNFI mendengar atau bahkan mengunjungi berbagai tempat-tempat bersejarah. Tempat bersejarah ini memang menyuguhkan sisi lain dari tempat itu sendiri, bahkan menjadi ikon kota untuk destinasi wisata. Salah satunya ialah keraton. Suatu tempat yang banyak dibicarakan masyarakat, karena kebudayaanya masih kental.

Saat berkunjung ke keraton, Kawan GNFI akan dipandu oleh pemandu keraton atau orang lokal yang memang sudah kenal dengan keraton tersebut. Solo dan Yogyakarta, merupakan kota budaya yang saat ini menjadi daya tarik masyarakat.

Kalau berkunjung ke dua kota tersebut, Kawan GNFI pasti akan menyempatkan waktu untuk berkunjung ke keraton. Ada beberapa ritual-ritual khusus jika ingin memasuki kawasan ini. Misalnya tidak boleh berkata sembarangan, melepas alas kaki di beberapa ruangan, bahkan ada ruangan yang tidak oleh dimasuki oleh masyarakat umum.

Kawan GNFI pasti bertanya-tanya, apa perbedaan dan persamaan dari kedua keraton tersebut. Sekilas, kedua keraton terlihat sama dari segi arsitektur, bahasa, dan penamaan yang berbau bahasa Jawa kuno.

Sejak perjanjian Giyanti telah disepakati antara VOC, pihak Kesultanan Mataram yang diwakili oleh Sunan Pakubuwanan III dan kelompok Pangeran Sambernyawa, menyepakati untuk memecah kekuasaan Mataram menjadi dua, yakni Keraton Surakarta Hadiningrat atau Surakarta dan Ngayogyakarta Hadiningrat atau Yogyakarta.

Sultan Hamengkubuwono VI | Sumber: Tirto
info gambar

Kala itu, Pakubowono III menjadi penguasa Mataram dengan memberikan semua warisan budaya Mataram lama ke adiknya, Pangeran Mangkubumi, yang berkuasa di Jogja dan akan bergelar Hamengkubuwono I.

Sejak saat itu, semua budaya Mataram Islam Jawa klasik diteruskan oleh pangeran Mangkubumi, sedangkan Pakubuwono mendirikan budaya Mataram Islam Jawa baru yang lebih banyak dipengaruhi kebudayaan Eropa. Itulah penyebab mengapa sekitar kawasan Keraton Surakarta terdapat peninggalan patung bergaya Eropa.

Perbedaan pertama dari kedua keraton, yakni dari bangunan. Jika diperhatikan secara detail, Keraton Yogyakarta terlihat simbol-simbol Hindu yang klasik. Saat memasuki area ini, terlihat banyak ornamen-ornamen Jawa yang kental.

Kemudian untuk Keraton Surakarta, terlihat ornamen dan patung-patung gaya ala Eropa dan lebih cenderung bangunan kuno peninggalan Belanda.

Abdi Dalem | source : YouTube
info gambar

Selanjutnya ada perbedaan dari abdi dalem. Ia merupakan orang yang mengabdikan dirinya kepada keraton dan raja dengan segala aturan yang telah ditetapkan. Saat berada di Keraton Yogyakarta, para pengunjung bisa melihat aktivitas abdi dalem yang sibuk dengan perannya masing-masing. Tidak dengan Keraton Surakarta yang sepi dan tidak terlihat adanya aktivitas keraton.

Namun tidak hanya itu, masih ada pula beberapa perbedaan budaya antara Solo dan Yogyakarta. Apa saja? Berikut perbedaannya.

Mondolan pada Blangkon Yogyakarta | Sumber: Informasi Budaya Jawa
info gambar

Blangkon

Blangkon merupakan penutup kepala khas masyarakat Jawa. Bagi Masyarakat Jawa, blangkon dipakai sebagai pakaian khusus untuk kepala, karena kepala merupakan bagian yang paling terhormat.

Ciri khas blangkon Yogyakarta, yakni terdapat mondolan atau benjolan sebagai tempat gelungan rambut, karena saat itu para pria mempunyai tradisi memanjangkan rambut. Sedangkan Keraton Surakarta tidak, karena mengikuti budaya cukur rambut seperti orang Eropa.

Surjan dan beskap

Surjan merupakan baju adat khas Jawa untuk laki-laki yang lebih cenderung bermotif, seperti bunga-bunga yang dipakai Sri Sultan Hamengkubuwono. Sedangkan beskap merupakan gaya ala Keraton Surakarta dengan warna cenderung gelap dan tidak bermotif.

Pewayangan

Wayang Surakarta | source : wayangku.id
info gambar

Secara fisik, bentuk karakter wayang untuk Yogyakarta lebih berisi daripada wayang Surakarta yang lebih kecil dan ramping. Perbedaan juga terdapat dari pementasan antara kedua kota.

Batik

Batik Tulis | Sumber: infobatik.id
info gambar

Batik dari Surakarta lebih cenderung berwarna coklat sogan. Sedangkan Yogyakarta berwarna dasar putih. Untuk motif, batik Yogyakarta cenderung lebih besar, dan motif Surakarta lebih kecil.

Gamelan

Perbedaan itu terlihat dari bentuk fisik. Untuk Yogyakarta, susunannya lebih renggang dan lebar dengan warna lebih cerah. Sedangkan Surakarta, lebih rapat dengan warna coklat kayu dengan paduan emas.

Adat pernikahan

Pernikahan di keraton | Sumber: Suara Gratia FM
info gambar

Dari kedua adat ini, tidak terlihat perbedaan yang mencolok. Namun jika diperhatikan, adat pernikahan Surakarta menggunakan riasan dahi berwarna hijau atau hitam. Sedangkan Yogyakarta menggunakan hiasan emas.

Keris

Keris merupakan senjata yang diletakkan di bagian belakang busana sebagai penanda kematangan bagi seseorang. Filosofi peletakan keris ini memiliki maksud orang Jawa tidak mengedepankan amarah, bahkan melukai seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah.

Perbedaan dari Yogyakarta dan Surakarta terlihat dari sarung penyimpanannya yang disebut warangka. Pangkal keris dari Surakarta cenderung lancip dan sebaliknya Yogyakarta lebih tumpul.

Itulah beberapa perbedaan antara Solo dan Yogyakarta, baik dari keraton, hingga budaya. Sudah seharusnya kita sebagai masyarakat Indonesia untuk bisa terus melestarikan kebudayaan yang ada.

Sumber: achihartoyo.com | roda2blog.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

KN
AI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini