Selama era perang dunia kedua, Belanda yang menduduki Indonesia memiliki selera sendiri tentang makanan penutup dan makanan ringan yang berbeda dengan penduduk pribumi.
Makanan ringan dapat dikonsumsi kapan saja, tapi makanan penutup dikonsumsi setelah makan dan disajikan selama acara-acara khusus. Oleh karena itu, makanan penutup dianggap lebih simbolis daripada makanan ringan bagi mereka.
Makanan penutup memiliki persiapan yang lama, metode yang rumit, dan lebih mahal. Salah satu makanan penutup hasil pengaruh saat zaman Belanda di Manado, Sulawesi Utara ialah klappertaart.

Meskipun memiliki bahan-bahan langka dan mahal pada saat itu, namun di era pasca Perang Dunia II, makanan penutup mulai disajikan lebih sering. Saat ini, klappertaart telah menjadi hidangan penutup favorit orang Indonesia, khususnya masyarakat Manado untuk disajikan pada acara-acara khusus, seperti pertemuan keluarga atau pesta ulang tahun.
Lantas, apa saja komposisi dalam pembuatan klappertaart, makanan khas Manado ini? Berikut ulasannya.
Daging Kelapa

Bahan utama klapertart adalah daging kelapa muda. Hal ini berhubungan dengan banyaknya pohon kelapa yang tumbuh di Sulawesi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Manado, Sulawesi Utara memproduksi 28.433.027 ton kelapa pada tahun 2014.
Tak heran bila Indonesia paling banyak mengekspor komoditas kelapa ke Belanda. Hal ini juga menjadikan kelapa sebagai komoditas terbanyak yang diimpor oleh Belanda dari Indonesia.
Tepung Gandum

Selanjutnya, salah satu bahan utama klappertaart adalah tepung yang terbuat dari gandum. Gandum pertama kali diperkenalkan di Indonesia sekitar awal abad ke-18 selama masa penjajahan Belanda.
Pada saat itu, gandum dibudidayakan di tanah 900 meter di atas permukaan laut dengan suhu optimum rata-rata 72-75 °F (20-23 °C). Sehingga, warga Eropa di Indonesia dapat memiliki persediaan makanan yang cukup.
Mengonsumsi tepung gandunm bagi Belanda adalah kebiasaan yang sangat umum. Pada akhirnya, Indonesia mulai beradaptasi dengan kebiasaan semacam ini. Maka dari itu, tepung dimasukkan sebagai bahan untuk mengembangkan tekstur klappertaart.
Beberapa jenis tepung, seperti tepung jagung dan custard, juga bisa digunakan sebagai salah satu bahan klapertart. Tujuan menggabungkan beberapa jenis tepung adalah menciptakan tekstur lembab dan lembut di klappertaart.
Susu Sapi
Susu juga diperlukan untuk bahan pembuatan Klappertaart. Jenis produk susu yang cocok untuk Klappertaart adalah susu sapi. Kendati demikian, konsumsi produk susu tidak diadaptasi dari budaya Indonesia. Orang Indonesia mengonsumsi lebih sedikit susu dibandingkan dengan negara-negara ASEAN.
Menurut Morey, 90% dari produksi susu terletak di Jawa Barat. Daerah lain dari produksi susu adalah Malang, Pasuruan, Boyolali, Semarang, dan Bandung. Sayangnya, produksi susu dengan kualitas yang sama tidak ada di Sulawesi Utara. Menurut data yang diterbitkan oleh Direktorat Peternakan, Kasus ini menunjukkan bahwa produk susu sangat langka di Sulawesi Utara, terutama pada masa ketika orang Belanda menetap di Manado.
Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dimasukkannya susu sapi dalam bahan-bahan Klappertaart mungkin berasal dari pengaruh orang-orang Belanda atau beberapa orang yang mungkin sudah tahu tentang konsumsi produk susu dan bagaimana cara memeliharanya.
Ini dibuktikan oleh fakta bahwa orang Belanda sering menambahkan susu ke dalam makanan mereka. Maka dari itu, susu kental digunakan dalam Klappertaart untuk menambah rasa.
Rum

Rum juga ditambahkan sebagai salah satu bahan klappertaart. Rum adalah produk yang terbuat dari tebu. Selama perang, Belanda mengekspor rum ke koloninya di seluruh dunia. Sebagai contoh, konsumsi rum Albany adalah pengaruh kolonisasi Belanda di Albany.
Demikian pula penjajahan Belanda yang mempengaruhi konsumsi rum di Indonesia. Pada awalnya, rum hanya dikonsumsi sebagai minuman, tapi karena orang-orang Belanda menyukai rasa rum, akhirnya rum menjadi salah satu bahan pembuatan klappertaart.
Telur
Sebagian besar tart menggunakan telur sebagai bahannya, termasuk dalam pembuatan klappertaart. Kuning telur digunakan sebagai pengemulsi untuk menjaga stabilitas campuran, sehingga pemisahan air dan lemak (mentega) dapat dicegah. Sedangkan putih telur digunakan sebagai toppingnya.
Putih telur dikocok sampai diperoleh konsistensi yang kaku, kemudian akan membuat klappertaart menjadi renyah begitu dipanggang.
Kismis

Kismis menjadi terkenal di Indonesia selama penjajahan Belanda. Kismis adalah produk dari anggur yang dikeringkan. Pada tahun 1828, penanaman anggur dimulai di Kupang, Manado, Besuki, dan Banyuwangi.
Orang-orang Belanda suka mengonsumsi kismis dan ini dapat terlihat melalui kebiasaan mereka memilih kismis sebagai makanan ringan, topping roti, atau bersama dengan nasi mentega.
Tak hanya kismis, kacang kenari dan almond juga terkadang ditambahkan sebagai topping pada klappertaart. Almond sebagian besar dapat ditemukan di bagian timur Indonesia, seperti Sulawesi Utara, Maluku, dan Pulau Seram. Di Manado khusunya Manado Utara, almond dianggap sebagai camilan favorit wisatawan.*
Sumber: gonutify
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News