Nauru, Singapura, dan Pelajaran Bagi Kita

Nauru, Singapura, dan Pelajaran Bagi Kita
info gambar utama

Kalau kita disebutkan sebuah kata "Nauru", apa yang terlintas di benak kita? Ketika penulis beberapa kali mencoba menanyakan kepada beberapa mahasiswa atau pelajar di Indonesia, banyak yang mengira bahwa Nauru adalah nama spesies burung, atau nama pohon. Hanya sedikit sekali yang tahu, bahwa Nauru adalah nama sebuah negara.

Memang tidak banyak orang yang mengenal Nauru, sebuah negara kepulauan yang kecil yang terletak tengah Samudera Pasifik. Jika kita melihat ke peta dunia, negara ini begitu kecil sehingga tak kelihatan di peta. Negara ini hanya seluas 21 km2. Bandingkan, misalnya dengan kota Batu, di Jawa Timur...yang kecil, dan seluas lebih dari 200 km2, atau pulau Samosir di tengah Danau Toba yang seluas 640 km2. Negara berpenduduk sekitar 10 ribu jiwa ini adalah negara berbentuk republik dengan luas terkecil di dunia.

Caption (Sumber Gambar)

Apa istimewanya negara Nauru ini?

Di tahun 60-an hingga 80-an, Nauru pernah menjadi negara yang paling makmur di masanya. Pendapatan per kapita penduduk Nauru adalah salah satu yang tertinggi di dunia. Pada sebuah artikel pada majalah New York Times Magazine yang terbit pada 7 Maret 1982, Nauru disebut sebagai "WORLD'S RICHEST LITTLE ISLE" atau pulau kecil terkaya di dunia. Pada artikel tersebut ditulis bahwa pendapatan per kapita setiap orang Nauru pada era itu (80an) sekitar $27,000, atau tertinggi ke-3 di dunia setelah Uni Emirat Arab ($36,000) dan Qatar ($27,000). Bandingkan dengan pendapatan per kapita Indonesia tahun 2019, yang sekitar $4,000.

Namun, lambat laun, pelan tapi pasti, Nauru kehilangan statusnya menjadi negara kaya raya, dan kemudian menjelma menjadi negara yang bangkrut dan kini miskin, dan berharap banyak dari bantuan pihak luar.

Apa yang terjadi?

Kemakmuran Nauru bermula ketika ditemukan fosfat yang berasal dari 'fosil' kotoran burung pada awal abad ke-20. Fosfat adalah bahan penting dalam industri pupuk. Lebih dari 70% tanah Nauru terdiri atas endapan tahi burung Guano yang menumpuk selama ribuan tahun lalu. Hal ini dikarenakan dulunya Nauru merupakan tempat bagi koloni besar burung Guano.

Nauru dari angkasa | wikipedia
info gambar

Pulau ini adalah eksportir utama fosfat sejak 1907, saat Pacific Phosphate Company memulai pertambangan di sana, hingga pembentukan British Phosphate Commisision pada 1919, dan berlanjut hingga kemerdekaan Nauru pada 1968. Nauru adalah pulau fosfat berkualitas tinggi. Cadangan yang dekat dengan permukaan membuat penambangan zat ini mudah dilangsungkan.Pertambangan dilakukan secara besar-besaran dibawah kontrol pemerintah melalui Nauru Phosphate Corporation.

Sejak saat itulah, seketika Nauru menjadi negara kecil yang kaya raya daan mengangkat pendapatan rakyatnya secara drastis. Dan untuk periode waktu yang singkat, menikmati pendapatan perkapita tertinggi dibandingkan dengan negara lain di dunia pada akhir 1960-an dan awal 1970-an.

Namun, bencana besar itu dimulai di periode ini.

Menjadi negara kaya baru membuat warga Nauru banyak meninggalkan pekerjaan mereka, dan memilih berlibur melanglang buana untuk berfoya-foya. Mereka juga mulai gemar mengonsumsi alkohol dan merokok. Negara mensubsidi kehidupan seluruh rakyatnya. Lebih dari 80% angkatan kerja diangkat sebagai pegawai negeri, bahkan mereka yang tidak bekerja pun disubsidi oleh negara. Pajak dihapuskan, pendidikan dan layanan kesehatan tersedia gratis, pangan disubsidi, dan mereka yang ingin sekolah ke luar negeri dibiayai oleh negara. Angkatan kerja menjadi sangat terbatas karena tak ada lagi yang mau bekerja keras yang membuat lelah. Mereka terpaksa mengimpor tenaga kerja dari negara-negara tetangganya seperti Tuvalu atau Kiribati.

Eksplorasi berlebihan kekayaan membuat Nauru terlena. Mereka mengeksplorasi sesuatu yang menjadi satu-satunya sandaran hidup negara itu secara besar-besaran, tanpa memikirkan dan berinvestasi untuk masa depan. Eksploitasi pertambangan Fosfat di kepulauan Nauru pun kini telah berubah menjadi bencana karena daerah-daerah yang telah selesai dieksploitasi mengalami kerusakan parah, dan terjadi kerusakan lingkungannya hingga mencapai 75 persen dari seluruh wilayahnya.

Bekas tambang Fosfat yang menganga lebar, membuat Nauru seperti permukaan bulan yang tandus | Photo by Lorrie Graham CC BY 2.0
info gambar

Di sisi lain, saat fosfat benar-benar habis di awal tahun 2000, ekonomi negara langsung anjlok. Kekayaaan negara pun sudah hilang oleh gaya hidup foya-foya penduduknya, sedangkan investasi ke luar negeri yang diupayakan pemerintah tidak membuahkan hasil. Nauru menjadi yang bangkrut, dan jatuh miskin, serta tak memiliki industri sebagai penopang ekonomi. Semuanya sudah habis, satu-satunya bekas nyata tersisa dari era kemakmuran Nauru ialah kegemukan (obesitas) dan penyakit diabetes yang diderita sebagian besar penduduknya. Inilah negara dengan tingkat obesitas tertinggi di dunia.

Untuk mengumpulkan uang, pemerintah mengeluarkan kebijakan tidak biasa. Pada tahun 1990-an, Nauru menjadi surga pajak dan pusat praktik pencucian uang. Sejak 2001 hingga 2008, Nauru mendapat bantuan dari pemerintah Australia, sementara Australia mendapat hak untuk mendirikan pusat penahanan bagi orang-orang yang mencoba untuk memasuki Australia tanpa dokumen di Nauru.

Dan itupun belum cukup menyelamatkan mereka.

Penduduk
info gambar

Sejak Desember 2005 hingga September 2006, Nauru menjadi terisolasi dari dunia luar, karena "Air Nauru" yang sebelumnya menjadi satu-satunya maskapai penerbangan yang melayani penerbangan ke Nauru, memutuskan untuk berhenti beroperasi. Satu-satunya jalan keluar dari Nauru adalah kapal laut. Maskapai penerbangan tersebut akhirnya kembali dapat beroperasi dengan nama "Our Airline" dibawah bantuan dana dari China.

Singapura

Cerita berbeda datang dari tetangga dekat kita, Singapura. Negara yang tak punya sumber daya alam ini dulunya juga merupakan negara yang cukup miskin. Sebelum 'dilepas' oleh Malaysia pada tahun 1965, Singapura bukanlah negara kaya, pun hampir hampir tak memiliki modal untuk menjadi negara kaya dan makmur. Dulunya, negara ini juga korup, kotor, hukum yang bisa dibengkokkan, dan lain-lain.

Negara yang bahkan mengimpor air dari tetangga-tetangga ini, kemudian melakukan langkah radikal untuk mengimbangi ketiadaan sumber daya alamnya yang...amat minim. Yakni mengembangkan sumber daya yang mereka punya, yakni Sumber Daya Manusia. Sang pendiri Singapura modern, sekaligus perdana menteri (alm) Lee Kuan Yew mengatakan " Sumber daya manusia suatu negara adalah faktor tunggal terpenting yang menentukan kemampuan kompetitif suatu negara. Kemampuan inovasi rakyatnya, kewirausahaan, kerja sama tim, dan etos kerja memberikan ketajaman level kompetitif yang sangat baik.”

Lee Kuan Yew yang mengubah Singapura | Gintong.me
Lee Kuan Yew yang mengubah Singapura | Gintong.me

Menurutnya, pendidikan adalah hal teramat penting dan harus menjadi fokus bagi negara-negara berkembang yang ingin mendapatkan perubahan radikal. Lee Kuan Yew meyakini bahwa demografi (bukan demokrasi) adalah penentu kemajuan dan supremasi sebuah negara. Supremasi kualitas SDM Singapura adalah yang menjadikan negara tersebut begitu menonjol saat ini.

Negara yang luasnya hanya 1/5 luas kabupaten Malang ini tak hanya makmur, rakyatnya juga terkenal well-educated dan well-informed, juga negara ini mampu menjadi yang "paling" ini dan itu , mengalahkan negara-negara lain. Negara paling bersih, paling teratur, paling mudah berinvestasi, airport dan pelabuhan terbaik di dunia, infrastruktur terbaik dunia, dan banyak lagi.

Indonesia

Indonesia adalah Nauru raksasa. Inilah negeri yang dilimpahi kekayaan alam begitu luar biasa. Sangat luar biasa. Dari minyak bumi, gas, nikel, hingga kekayaan hutan, flora dan fauna yang begitu beragam. Di bidang ini, Indonesia adalah negara adi daya.

Di sisi lain, Indonesia juga dilimpahi sumber daya manusia yang begitu berlimpah. Terlebih lagi, hingga setidaknya 20-30 tahun ke depan, bangsa ini dilimpagi bonus demografi yang tak datang tiap 500 tahun sekali.

Seharusnya, keduanya adalah kombinasi dahsyat menjadikan Indonesia, dan rakyatnya, menjadi sejahtera.

Kita harus lebih bijaksana dalam memanfaatkan kekayaan alam yang dianugerahkan oleh Tuhan YME. Sangat sedikit negeri yang dilimpagi kekayaan begitu beragam dan berlimpah seperti Indonesia. Di sisi lain, berlimpahnya jumlah SDM Indonesia juga harus dibekali dengan kekuatan inovasi, kemampuan bersaing, berkarya, dan melek informasi.

Dua tantangan besar yang harus kita hadapi dan selesaikan, agar kita tak menjadi seperti Nauru.

==

Sumber :
Economist.com | TheAustralian.com.au
Kompas.com | Abc.net.au
Gintong.me | bbc.co.uk

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini