Our Trashes, Bisnis Unik Baju Daur Ulang Beromzet Rp60 Juta Sebulan

Our Trashes, Bisnis Unik Baju Daur Ulang Beromzet Rp60 Juta Sebulan
info gambar utama

Punya pakaian bekas seperti kaus dan hoodie yang belel atau tidak digunakan lagi?

Daripada menumpuk di lemari, cobalah mendaur ulangnya seperti yang dilakukan Putri Nabila (18) dan Qasyah Rahmani Febiyan (19).

Berkat baju yang didaur ulang, kedua mahasiswi Binus University tersebut kini mengantongi omzet Rp60 juta/bulan.

Padahal, bisnis dengan label Our Trashes ini, baru dimulai tahun 2019.

Keunikan dari Our Trashes ada pada sentuhan desain dan warna. Mereka mengubah baju bekas menjadi lebih cantik dan bernilai seni dengan sentuhan teknik tie dye.

Tye die adalah teknik mewarnai kain dengan cara mengikat sebelum dilakukan pencelupan. Di Indonesia, teknik ini dikenal dengan nama jumputan.

Teknik pewarnaan kain ini terkenal di Jepang sejak zaman Nara atau sekitar 552-794 sebelum masehi.

Di Amerika Serikat, tie dye populer di tahun 1969 pada era hippie, dan kini kembali booming.

Dok OUR TRASHES Produk Our Trashes memiliki keunikan dari desain. Baju bekas yang didaur ulang tersebut diminati pasar dalam dan luar negeri.

Penggunaan teknik ini membuat warna dan corak kain lebih beragam. Pola garis pada desain pun berbeda di setiap kainnya.

Beberapa tahun ke belakang, teknik ini kembali digandrungi. Bahkan, sejumlah brand ternama seperti Prada, memproduksi pakaian abstrak dan penuh warna ini.

“Pakaian kami diburu anak muda. Setiap kami lepas produk baru, langsung diburu. Banyak yang enggak kebagian,” ucap Putri saat dihubungi Kompas.com, Rabu (7/5/2020).

Our Trashes melepas produknya setiap pekan secara online. Sekali produksi mencapai 80 potong dengan harga Rp200 ribu.

Tak hanya itu, mereka kini mengembangkan desain baru. Selain menggunakan pakaian bekas, untuk mengejar permintaan, mereka menggabungkan pakaian baru dengan bekas.

Ada pula pakaian yang menggabungkan empat kaus menjadi satu. Hasilnya, kaus tersebut terkesan unik. Seperti pada kaus Iron Maiden Legacy Multicolor.

Produk Our Trashes memiliki keunikan dari desain. Baju bekas yang didaur ulang tersebut diminati pasar dalam dan luar negeri. Foto: Our Thrashes
info gambar

Baju sebelah kanan, berwarna hitam polos. Kemudian di sebelah kiri, beragam warna hasil jumputan, dan di tengah terdapat sablon ciamik dengan tulisan Iron Maiden.

Iron Maiden adalah kelompok musik heavy metal yang didirikan pada 1975 di London. Produk dengan desain tersebut, masuk ke dalam kategori exclusive collection.

Harganya tentu berbeda. Untuk koleksi eksklusif dijual dari Rp280 ribu. Sedangkan baju dengan merek ternama ia jual Rp500-600 ribu.

“Untuk sablon, kami percayakan langsung pada tukang sablon. Kami ingin ini dan itu, misalnya,” tutur Putri Nabila.

Selain menggunakan bahan baku lokal, mereka tengah mencoba mendatangkan bahan baku impor. Meski impor, harga yang mereka jual tidak akan lebih dari Rp300 ribu.

“Karena pasar kami kebanyakan mahasiswa dan anak muda. Jadi jangan terlalu mahal,” ucap dia.

Kini, selain diminati pasar dalam negeri, produk ini diminati pasar luar negeri dari Malaysia hingga Amerika Serikat. Namun sayangnya, potensi luar negeri ini belum digarap karena terkendala shipping.

Sumber: Kompas

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Indah Gilang Pusparani lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Indah Gilang Pusparani.

Terima kasih telah membaca sampai di sini