Strategi Pemerintah dan Pelaku Transportasi dalam Menghadapi Era ''New Normal''

Strategi Pemerintah dan Pelaku Transportasi dalam Menghadapi Era ''New Normal''
info gambar utama

Hingga saat ini memang tak ada yang tahu kapan pandemi akan berakhir. Meski begitu, berbagai sektor ekonomi dan industri mulai memikirkan fase era normal baru (new normal) pasca pandemi. Tak terkecuali sektor transportasi yang cukup terdampak dengan kondisi ini.

New normal merupakan salah satu upaya pemerintah untuk kembali menggerakkan perekonomian nasional di tengah pandemi.

Tak bisa dimungkiri jika pandemi Covid-19 memaksa dan menciptakan era normal baru di berbagai sektor. Perubahan perilaku konsumen juga menuntut proses adaptasi dan transformasi sistem yang lebih cepat dan efisien.

Vice President Asian Development Bank (ADB), Bambang Susantono, mengatakan bahwa fenomena yang benar-benar baru akan memengaruhi iklim perekonomian dunia.

”Era normal baru akan terbagi dalam dua fase, yaitu sebelum dan setelah vaksin Covid-19 ditemukan. Fenomena global ini akan memengaruhi perekonomian,” kata Bambang dalam diskusi virtual ''Era Normal Baru: Memajukan Transportasi Setelah Krisis'', Minggu (17/5/2020).

Sementara era normal baru di sektor transportasi, sambung Bambang, bakal dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dipicu pandemi Covid-19. Seperti perlambatan perdagangan global, penurunan harga minyak global, dan peningkatan biaya operasional terkait kesehatan.

Selain faktor eksternal, pandemi Covid-19 juga nyata mengubah perilaku konsumen bagi kalangan industri.

Lebih jauh Bambang menyoroti soal era normal baru sektor transportasi pada negara-negara berkembang yang tentunya akan sangat berbeda dengan negara-negara negara maju.

Dampak pendemi, disinyalir berpengaruh pada peningkatan kemiskinan dan kemampuan secara ekonomi. Akibatnya, masyarakat di negara berkembang akan sangat mengandalkan transportasi publik, ketimbang menggunakan kendaraan pribadi, karena dinilai lebih ekonomis.

Sementara masyarakat di negara maju terdampak, sambung Bambang, penggunaan transportasi umum justru bukan merupakan rujukan. Mereka akan lebih senang berjalan kaki atau bersepeda untuk melakukan aktivitasnya.

Lihat saja kota Milan, bagaimana pemerintah mengubah 35 km jalan menjadi area bersepeda dan pejalan kaki. Lain itu, Paris juga membuat 350 km jalur sepeda baru.

new normal
info gambar

Bagaimana dengan Indonesia?

Di negara berkembang, termasuk Indonesia, diprediksi ongkos operasional transportasi umum akan meningkat seiring penerapan teknologi digital, serta protokol tes Covid-19 yang bakal menjadi standar baru.

Biaya operasional juga bakal semakin membengkak, karena ada pembatasan jumlah penumpang yang diangkut. Sehingga jumlah armada akan bertambah untuk memenuhi demand.

Bambang pun mengingatkan kepada pemerintah dan pelaku usaha transportasi untuk siap menghadapi era normal baru sektor transportasi.

Jika transportasi—khususnya transportasi publik—tak melakukan pembenahan terkait protokol kesehatan Covid-19, bukan tak mungkin kepercayaan masyarakat akan hilang, sehingga lonjakan kendaraan pribadi akan terjadi.

Kepala Balitbang Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Umiyatun Hayati Triastuti, menegaskan bahwa penerapan era normal baru sudah diakomodasi dalam Peraturan Menteri Perhubungan (Permenhub) Nomor 18 Tahun 2020, tentang pengendalian transportasi dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19, serta surat edaran tentang petunjuk operasi pelaksanaan pembatasan perjalanan orang.

''Pemerintah akan membuat strategi merespons era normal baru, karena pandemi diperkirakan berlangsung lama,'' jelasnya, Minggu (17/5), pada kesempatan yang sama.

Salah satu terapan atas respons era normal baru yang bakal dilakukan pemerintah adalah dengan membangun pelabuhan pintar (smart port), serta pengembangan aplikasi digital di bandara untuk penumpang (e-pass).

Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengatakan terkait skenario normal baru, pemerintah masih mempersiapkan langkah-langkahnya, baik strategi maupun kriteria khusus.

Lalu seperti apa skenario tersebut? Airlangga menyebut bahwa pemerintah akan mengembangkan sistem penilaian dari sisi epidemologi maupun kesiapan sejumlah daerah dalam kesiapan era normal baru.

"Kami siapkan mekanisme scoring yang sama, maupun kesiapan daerah terkait perkembangan penyakit, kapasitas kesehatan, kesiapan sektor publik, tingkat kedisiplinan masyarakat, maupun respons publik, cara bekerja, cara bersosial di normal baru," katanya dalam konferensi pers melalui tele-konferensi, Senin (18/5).

Nantinya, sejumlah daerah akan diminta untuk mengukur level kesiapan masing-masing, mulai dari dari level satu hingga lima untuk menetapkan, apakah daerah tersebut bisa menjalankan sistem normal baru atau tidak.

Menangkap Pola Perilaku Konsumen

Menanggapi era normal baru, CEO Blue Bird Noni Sri Ayati Purnomo, mengatakan bahwa perubahan kebutuhan dan perilaku konsumen memaksa para pelaku usaha harus beradaptasi dengan era normal baru.

Adaptasi dan transformasi yang fleksibel, menurut Noni, harus dilakukan lebih cepat untuk mencegah dampak ekonomi yang lebih massif.

”Saat ini banyak industri yang sudah merasakan resesi, jika tidak diantisipasi bisa masuk ke depresi,” katanya, Minggu (17/5).

Di sektor transportasi, adaptasi era normal baru bisa dilakukan dengan mengacu pada pengamatan perubahan profil pelanggan. Perubahan itu bisa dipantau dalam empat hal, yakni pola interaksi, kebersihan, komunikasi, dan segmentasi.

Ke depan, pola-pola itulah yang harus direspons secara cepat dan tepat oleh para pelaku transportasi, agar roda ekonomi bisnisnya tetap berjalan. Lain itu, konsumennya juga merasa nyaman dan higienis.

Noni juga menambahkan bahwa investasi di bidang teknologi informasi dan kesehatan akan menjadi sangat penting.

Noni yang juga merupakan Presiden Intelligent Transport System (ITS) Indonesia, juga berbicara soal People Traffic Management.

Ia menyebut ITS Indonesia siap berkontribusi terhadap social engineering, serta penataan pola pergerakan dalam smart city.

Baca juga;

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman.

Terima kasih telah membaca sampai di sini