Masker Eksentrik Karya Desainer Indonesia Laris di AS

Masker Eksentrik Karya Desainer Indonesia Laris di AS
info gambar utama

Siapa sangka, keisengan keterampilan tangan dan ide kreatif Pheren Soepadhi, ternyata menghasilkan cuan dan mampu mendapat ruang khusus di hati para penggemar karyanya.

Di tengah isu pandemi Covid-19 ini, masker kain dengan sentuhan haute couture miliknya laris manis hanya dalam waktu singkat di AS.

Saking banyaknya pesanan, Pheren kini tengah disibukkan dengan membuat masker kain eksentrik hasil karyanya itu. Di tengah batalnya beberapa agenda pameran fesyen yang seharusnya ia ikuti.

Pheren Soepadhi adalah desainer asal Indonesia yang sudah memiliki merek pakaian dan aksesori dengan label Pheren Couture. Masker kain yang dibuatnya memang tergolong unik dan punya ciri khas tersendiri.

Masker Kain Pheren Couture
info gambar

Dengan memiliki sentuhan haute couture, masker kain hasil karyanya telah menjadi ikon fesyen yang berkualitas tinggi dengan proses pengerjaan yang sangat detail.

Masker kain karya Pheren memang mengedepankan detail sulaman ditambah dengan rangkaian manik-manik yang berwarna-warni.

Tidak heran kalau masker kain ini dijual dengan harga 20-149 dolar AS atau setara dengan Rp295 ribu sampai Rp2,2 juta per buahnya.

Meski tergolong mahal, masker kain karyanya ini kerap langsung ludes terjual dalam 1-2 menit saja setelah ia unggah ke situsnya.

Pheren juga akan meluncurkan koleksi masker terbarunya dua kali dalam sepekan. Peminat masker kain miliknya ini kebanyakan warga lokal AS yang rata-rata musisi atau penampil lainnya. Tak jarang warga Indonesia juga menyukai gaya eksentrik dan membeli masker couture milik Pheren.

Berawal dari Aksesoris Gaun Pengantin

Masker Aksesoris Gaun Pheren Couture
info gambar

Sebenarnya, masker buatan Pheren untuk label fesyen Pheren Couture miliknya merupakan aksesoris ikonik untuk koleksi gaun pengantin karyanya.

Tahun 2019 silam, Pheren memamerkan karyanya ini di panggung New York Fashion Week.

Kala itu aksesori maskernya, yang ia sebut dengan Lacrimosa, dijadikan sebagai pelengkap gaun pengantin yang terinspirasi dari fesyen elegan era 1700-1900 masehi.

Untuk menambah kesan ikonik, Pheren juga memberi sedikit sentuhan fantasi yang melebur dengan gaya musik klasik dan metal.

Sedangkan alasan memilih masker sebagai aksesori, diungkap Pheren, untuk menunjukkan sedikit tentang dirinya yang ia nilai cenderung introvert.

‘’Aku memang dari dulu selalu di style yang sama ya. Victorian campur juga warrior style. Jadi makanya kenapa di sini ada banyak yang tipe-tipenya lebih ke warrior, tapi lumayan feminin-nya Victorian gitu,’’ jelas Pheren kepada VOA Indonesia.

Masker Kain Pheren Coutore
info gambar

Biasanya, Pheren membuat aksesoris maskernya dengan menggunakan kerangka kawat dan renda. Namun, setelah terjadi pandemi Covid-19, akhirnya ia melakukan modifikasi pada masker buatannya sebagai masker pelindung diri dengan menggunakan kali berlapis berbahan katun.

‘’Yang sekarang ini aku bikin memang harus pakai untuk benar-benar protect. Jadinya aku pakai bahan katun lace (renda) dan manik-manik gitu. Bukan pakai kawat lagi, nih. Udah bisa yang langsung di attached ke kuping,’’ ungkap desainer yang sudah berkarir di Los Angeles sejak tahun 2012 itu.

Sejak saat itu aksesori miliknya ini sudah mendapat perhatian dari para pegiat fesyen dunia.

Mengenal Konsep Fesyen Bergengsi ‘’Haute Couture’’

Fashion Haute Couture
info gambar

Perlu Kawan GNFI ketahui kalau konsep fesyen haute couture merupakan konsep high fashion yang tidak bisa diklaim sembarangan oleh para desainer, lho.

Hanya orang-orang yang mendapat pengesahan dari Le Chambre Syndicale de la Haute Couture di Paris yang mampu menyandang konsep ini di label fesyen milik desainer tersebut.

Melansir Thread Zalora, para desainer ini akan melewati pengawasan dari badan federasi fesyen tersebut untuk bisa menyandang predikat fesyen berkonsep haute couture. Salah satu syarat untuk mendapatkannya adalah harus menghasilkan karya unik dan desain yang sangat berkualitas.

Semua itu akan terlihat dari tingkat kerumitan proses pembuatannya dan kematangan konsep serta inovasi yang diberikan oleh sang desainer. Bahkan mereka tak jarang harus membuatnya dengan cara manual dengan tangan sendiri dari setiap pembuatan rangkaian payet, sulaman, dan untaian mutiara pada karyanya.

Makanya konsep ini sangat berbeda jika dibandingkan dengan peragaan busana ready-to-wear yang banyak diselenggarakan pada banyak pagelaran Fashion Week pada umumnya. Sederhananya, konsep haute couture ini merupakan konsep made-to-order.

Hal ini yang membuat Pheren juga tertantang untuk membuat masker couture-nya setiap kali hasil karyanya ludes terjual. Apalagi, diakui Pheren, permintaan masker couture yang eksentrik miliknya jauh lebih banyak ketimbang model sederhana.

Padahal untuk satu masker yang penuh dengan detail dan manik-manik itu harus memakan waktu sekitar 3-5 jam.

‘’Jadi aku nggak bisa produksi banyak juga sebetulnya. Jadi dalam satu minggu, maksimum delapan atau sembilan couture mask (yang dihasilkan),’’ aku Pheren pada VOA Indonesia.

Masker Kain Pheren Couture
info gambar

Tantangan lebih besar dihadapi Pheren kala banyaknya permintaan akan tipe masker yang sudah habis terjual sebelumnya. Menurutnya, sulit untuk dibuat ulang karena biasanya ia menjahit sesuka hati dengan ide dan inspirasi yang datang seketika.

Konsep haute couture –atau disebut sebagai adibusana dalam bahasa Indonesia-- juga kerap didefinisikan sebagai high sewing quality dan high craftsmanship. Ini karena material yang digunakan juga merupakan yang terbaik yang dibuat langsung dari tangan para atelier atau seniman profesional.

Oleh karena itu, tidak heran kalau busana couture terkesan lebih megah dan bercitra seni. Tak heran juga banyak para pesohor dunia rela merogoh kocek kantong lebih dalam, karena biasanya busana fesyen yang dikenakannya hanya ada satu di dunia.

Bagaimana kawan GNFI, tertarik untuk beli?

--

Sumber: VOA Indonesia | Thread Zalora | CNN Indonesia | Federation De La Haute Couture et de La Mode | Pheren Couture | Tatler Thailand

--

Baca Juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini