Jenis Tikus Raksasa Ini Masih Ada dan Hidup di Rimba Flores

Jenis Tikus Raksasa Ini Masih Ada dan Hidup di Rimba Flores
info gambar utama

Siapa kawan GNFI yang tak jijik dengan mamalia pengerat, tikus? Mungkin hampir semuanya jijik ya.

Jika tikus ukuran kecil saja membuat jijik, bagaimana dengan tikus raksasa.

Nah, hutan Indonesia yang kaya akan ragam faunanya, tentunya memiliki banyak sekali hewan eksotis yang dapat membuat terperangah ketika kita mengetahuinya.

Salah satunya adalah tikus raksasa Flores (Papagomys armandvillei). Betul kawan, itu bukan mitos maupun gurauan. Nyatanya, habitat tikus raksasa Flores hingga kini masih ada di balik ribunnya hutan lindung yang berada di kawasan Ruteng, Manggarai, NTT.

Hewan pengerat yang merupakan famili dari mamalia kecil (Muridae) ini hidup di hutan primer dan sekunder. Tikus raksasa Flores memiliki ukuran kepala dan tubuh sepanjang 41–45 cm dan ekor sepanjang 33–70 cm. Jika di gabung, maka panjangnya bisa mencapai 74-117 cm.

Dengan ukurannya yang besar itu, maka boleh jadi lebih besar tiga kali lipat dari tikus paling besar yang sering kita lihat di comberan, atau delapan kali lebih besar dari tikus biasa. Bahkan bobotnya bisa mencapai 2,5 kg.

tikus raksasa flores
info gambar

Baca juga;

Populasi Tikus Raksasa Flores Kian Menyusut

Papagomys armandvillei adalah satu-satunya spesies yang masih hidup dalam genus Papagomys. Soal pemberian nama spesies ini (armandvillei), diberikan untuk menghormati misionaris Yesuit Belanda yang bernama Kornelis J. F. le Cocq d'Armandville.

Guy Musser, seorang ahli zoologi AS, menggambarkan tikus raksasa Flores memiliki telinga kecil, bulat, tubuh gempal, dan ekor kecil.

Seperti tikus kebanyakan, bentuk tubuh hewan itu seolah-olah beradaptasi untuk hidup di dalam tanah yang membutuhkan perlindungan di dalam liang-liang.

Hewan ini berbulu hitam kecoklatan, dan memiliki gigi yang menunjukkan pola makanan berupa dedaunan, kuncup, buah, dan beberapa jenis serangga tertentu.

Dalam daftar Merah IUCN spesies ini masuk dalam daftar yang mendekati ancaman kepunahan. Ancaman ini merupakan dampak dari perburuan subsisten dan pemangsaan oleh hewan karnivora, seperti anjing dan kucing.

tikus raksasa flores
info gambar

Temuan Tikus-Tikus Raksasa di Indonesia

Merujuk pada penemuan tulang belulang tikus pada gua-gua purba di tanah Flores, peneliti yang berasal dari Emony University dan Pusat Penelitian dan Arkeologi Nasional (Arkenas) dibuat tercengang.

Pasalnya, dari 10 ribu tulang tikus yang ditemukan, seperti dikabarkan HiTekno Maret 2019, diperoleh kesimpulan bahwa ada sekira lima spesies tikus dengan ukuran yang berbeda. Mulai dari tikus kecil (Rattus hainaldi) hingga tikus raksasa Flores.

Berbagai kelimpahan dari spesies tikus yang berbeda ini menunjukkan bagaimana ekologi Pulau Flores cenderung berubah dari waktu ke waktu.

Tikus raksasa Flores pun nyatanya masih berkerabat dengan tikus raksasa Timor yang fosilnya pernah ditemukan di Fatukanutu, Kecamatan Amabi Oefeto, Kabupaten Kupang, NTT.

Penemunya merupakan tim peneliti dari Universitas Wolonggong Australia yang bekerjasama dengan Pusat Penelitian dan Arkeologi Nasional juga Dinas Kebudayaan NTT.

Temuan lain disebutkan populasi tikus raksasa juga ada di Timor Leste. Dalam pengembangannya, penelitian itu menduga bahwa manusia gua Timor selain hidup berdampingan dengan tikus raksasa ini, juga menjadikan hewan pengerat ini sebagai santapan.

Ditemukannya peralatan dari logam disinyalir yang menjadi biang kerok punahnya tikus raksasa Timor Leste. Namun penelitian juga menyebutkan penggundulan hutan dan pembakaran lahan menjadi penyebab lain tikus ini punah.

"Ini adalah hewan raksasa. Ukurannya sekitar lima kilogram, sama dengan ukuran seekor anjing kecil. Sebagai perbandingan, seekor tikus modern ukurannya sekitar setengah kilogram saja," kata Julien Louys dari School of Culture, History & Language di Australian National University (ANU).

Selain di tanah Flores dan Pulau Timor, dari beberapa literatur menyebut tikus-tikus raksasa di Indonesia juga tersebar di beberapa pulau. Salah satunya Pulau Sumba.

Temuan fosil tikus raksasa pada ekspedisi para ilmuwan dari Zoological Society of London (ZSL) di tahun 2011 dan 2014, yang kemudian dimuat dalam laporan jurnal Proceedings of the Royal Society B, menyebut bahwa spesies ini diperkirakan pernah mendiami Sumba sekira 12.000 tahun yang lalu.

''Prioritas penelitian keanekaragaman hayati di seluruh Indonesia sangat banyak. Para ilmuwan berharap penelitian tambahan tentang Sumba dapat memberikan wawasan lebih jauh mengenai evolusi di kawasan ini, dan menginformasikan keputusan tentang pengelolaan dan konservasi lingkungan,” kata penulis utama ekspedisi, Samuel Turvey.

Dalam laman BBC Indonesia (April 2016) juga disebut bahwa tikus-tikus raksasa juga pernah hidup di dataran Sumatra. Adalah tikus bambu Sumatra (Rhizomys sumatrensis) yang panjangnya bisa 50 cm dari hidung sampai ujung buntut. Bobotnya bahkan bia mencapai 4 kg.

Lain itu ada juga tikus gunung raksasa Sunda (Sundamys infraluteus), digambarkan sebagai spesies pemakan segala berukuran besar yang hidup di hutan-hutan pegunungan.

''Sundamys infraluteus bisa mencapai 60 cm, tapi beratnya tak sampai 500 gram karena morfologi tubuh yang berbeda,'' kata Raquel López Antoñanzas dari University of Bristol, Inggris, yang mempelajari evolusi hewan pengerat.

Lain itu, jenis tikus raksasa lain yang higga kini masih hidup diyakini juga berada di rimba Papua. Gabungan peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan Conservation International (CI) menemukan hewan pengerat itu saat mengunungi wilayah Pegunungan Foja pada Juni 2007.

Baca juga;

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman. Artikel ini dilengkapi fitur Wikipedia Preview, kerjasama Wikimedia Foundation dan Good News From Indonesia.

Terima kasih telah membaca sampai di sini