Masjid Gedhe Kauman yang terletak di barat laut Keraton Yogyakarta merupakan masjid tertua yang dibangun Sri Sultan Hamengkubuwono I.
Setelah 18 tahun Hamengkubuwono diangkat menjadi raja Kesultanan Yogyakarta, konstruksi Masjid Gedhe selesai pada Ahad Wage, 29 Mei 1773 atau 6 Rabiul Akhir 1187 Hijriah.
Dalam pembangunannya, Hamengkubuwono I dibantu seorang penghulu keraton, Kyai Fakih Ibrahim Diponingrat, dan seorang arsitektur handal, Kyai Wiryokusumo.

Ciri khas bangunannya terlihat lewat atap tumpang tiga serta mustika bergambar daun keluih dan senjata gada yang memiliki arti masing-masing.
Atap tumpang tiga melambangkan tingkat kehidupan manusia dari tahapan hakikat, syariat, sampai makrifat.

Daun keluih merupakan simbol dari daya linuwih, atau memiliki kelebihan yang sempurna.
Sedangkan gada bermakna pengakuan atas kekuatan tunggal yang hanya dimiliki Allah SWT, pengakuan atas keesaan Tuhan pencipta alam semesta.

Selain nama Masjid Gedhe, masjid tersebut juga dikenal dengan nama Masjid Agung, Masjid Besar, atau Masjid Raya Daerah Istimewa Yogyakarta.
Komplek Masjid Gedhe kini berdiri di lahan seluas 16.000 m2 dengan ruang utama salat yang sanggup menampung sekitar 900 jamaah dan bagian halaman 1.500 jamaah.
Selain ruang salat, tersedia juga perpustakaan, ruang perawatan jenazah, dan yatihun atau ruang ulama berkumpul dan berdiskusi.
Baca Juga:
- Sejarah Hari Ini (27 April 1923) - Pembangunan Masjid Al-Makmur Cikini
- Sejarah Hari Ini (8 Mei 1994) - Masjid Al-Markaz Al-Islami Makassar Memulai Pembangunan
Referensi: Dmi.or.id | Mesjidgedhe.or.id | Akmal Nasery Basral, "Sang Pencerah: Novelisasi Kehidupan K.H. Ahmad Dahlan dan Perjuangannya Mendirikan Muhammadiyah" | Gagas Ulung, "WisataZiarah: 90 Destinasi Wisata Ziarah & Sejarah di Jogja, Solo, Magelang, Semarang,Cirebon"
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News