Sejarah Hari Ini (13 Juni 1946) - Tentara Indonesia Rebut Bekasi dari Genggaman Belanda

Sejarah Hari Ini (13 Juni 1946) - Tentara Indonesia Rebut Bekasi dari Genggaman Belanda
info gambar utama

Julukan Kota Patriot memang pantas disandang Bekasi melihat adanya peristiwa perjuangan pejuang Indonesia pada masa perang revolusi melawan Belanda.

Bermula dari proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Belanda langsung mengirimkan serdadu Netherland Indies Civil Administration (NICA) yang membonceng sekutu Inggris demi merebut kembali tanah jajahan.

Perlawanan dilakukan Belanda dengan barisan pemuda di Jakarta pada akhir 1945 dan merembet ke timur atau ke arah Bekasi pada 1946.

Kondisi darurat pada awal tahun 1946 itulah yang membuat Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta melakukan pelarian dengan naik kereta api untuk memindahkan ibu kota ke Yogyakarta.

Tentara Belanda dan sekutu menguasai Jakarta, sementara tentara Indonesia berada di luarnya di mana Bekasi menjadi garda terdepan.

Menurut sejarawan Bekasi, Ali Anwar, Belanda pada saat itu membutuhkan waktu lama untuk menaklukkan Bekasi.

"Bayangkan, April 1946, Belanda sudah bisa masuk ke Bandung, dengan sebelumnya lewat Bogor, Cianjur dan Sukabumi. Tapi, bulan Juni 1946, Belanda cuma baru menguasai wilayah yang awalnya dari Kali Cakung, sampai ke Kali Bekasi," jelas Ali dikutip GNFI dari Kompas.com.

Penumpang memenuhi peron di Stasiun Kranji, Bekasi.
info gambar

Sebagai titik yang menghubungkan Jakarta dan wilayah lain di Pulau Jawa, jembatan rel kereta di dekat Stasiun Bekasi yang menyeberangi Kali Bekasi menyimpan beragam peristiwa penting.

Pada 10 Juni 1946, Belanda secara masif melakukan serangan di garis pertahanan Bekasi di Kali Cakung sampai sebelah barat Kali Bekasi.

Demi menghalangi laju pasukan Belanda, para pejuang Bekasi memutus jembatan ini tiga hari kemudian.

"Pada tanggal 13 Juni 1946 jembatan Kali Bekasi kita rusakkan. Keesokan harinya musuh dengan memakai rakit berusaha menyeberangi Kali Bekasi yang airnya pada saat itu mengalir dengan amat deras," kenang Jenderal Besar Abdul Haris Nasution lewat buku Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: Diplomasi Sambil Bertempur.

Belanda kesulitan menguasai Bekasi karena rakyat setempat kerap bergerilya dan bergabung dengan tentara Indonesia.

Warga Bekasi pada saat itu dikenal sebagai kampungnya sebagai jawara silat, jadi mereka tetap berani meskipun maju bermodalkan senjata golok.

Bagi Belanda, menundukkan Bekasi artinya menjebol benteng pertama untuk menguasai titik-titik strategis berikutnya, yakni Karawang, Subang dan Purwakarta.

Nafsu Belanda mengangkangi kota ini begitu tinggi karena wilayah ini juga memegang peran krusial sebagai suplai logistik.

Namun, militansi para pejuang Bekasi membuat prajurit Belanda ketar-ketir, sampai-sampai tercipta "sindrom Bekasi" di antara mereka karena ada perasaan takut bila dikirimkan ke sana.


Referensi: Kompas.com | Republika.co.id | Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer & Ediati Kamil, "Kronik Revolusi Indonesia 2 (1946)" | Abdul Haris Nasution, "Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia: Diplomasi"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini