Sejarah Hari Ini (15 Juni 1958) - Debut Manis Indonesia di Piala Thomas, Jadi Juara Usai Kalahkan Malaysia

Sejarah Hari Ini (15 Juni 1958) - Debut Manis Indonesia di Piala Thomas, Jadi Juara Usai Kalahkan Malaysia
info gambar utama

Kejuaraan bulu tangkis internasional nomor beregu putra, Piala Thomas atau Thomas Cup, adalah kompetisi tertua yang diadakan International Badminton Federation (IBF).

Awalnya, pada periode 1949-1982, kejuaraan prestisius ini digelar setiap tiga tahun sekali.

Pada tiga edisi awal, timnas bulu tangkis Malaysia menjadi rajanya dengan sukses menjuarai tiga kejuaraan Piala Thomas secara beruntun.

Namun pada edisi keempat, tetangga serumpun mereka, Indonesia, berhasil mematahkan tradisi itu.

Wajah Ferry Soneville dkk menjadi headline majalah mingguan Star Weekly terbitan 21 Juni 1958.
info gambar

Berstatus debutan, Indonesia mampu melaju sampai babak penantang (challenge round) dengan mengalahkan Denmark (6-3) dan Thailand (8-1) pada.

Di babak penantang yang berlangsung di Singapore Badminton Stadium, Gullemard Road, Singapura, pada 15 Juni 1958, Indonesia mampu menggebuk juara bertahan Malaysia dengan hasil akhir 6-3.

Pada hari itu pukul 10 malam, atlet bulu tangkis kenamaan Indonesia, Ferry Sonneville, memenangi partai keenam dari sembilan partai yang harus dimainkan.

Pasangan double timnas bulu tangkis Indonesia Tan King Gwan (kiri), Njoo Kiem Bie (kanan), sedang mengembalikan smash pemain Malaysia.
info gambar

Ferry mengalahkan pemain Malaysia, Teh Kew San, dalam rubber set dengan poin akhir 18-16.

Selain Ferry, ganda putra timnas bulu tangkis Indonesia, Tan King Gwan dan Njoo Kiem Bie, juga sukses mengalahkan pasangan Malaysia, Johnny Heah dan Lim Say Hup dengan long-set (7-15, 15-5, 18-15).

Keduanya saat itu dijuluki "Ghost Double" karena backhand service-nya membingungkan pemain lawan.

Tan Joe Hok berpose bersama piala yang ia raih di kejuaran bulu tangis Indonesia pada 1957.
info gambar

Atlet Indonesia lain, Tan Joe Hok, juga mencuri perhatian karena tidak terkalahkan dalam ajang tersebut.

Donasi untuk Ferry Sonneville

Gelar Piala Thomas yang diraih ini bisa dibilang bayaran setimpal bagi rakyat Indonesia yang secara tidak langsung ikut berjuang.

Karena sebelumnya, timnas bulu tangkis Indonesia hampir tidak bisa membawa salah satu kekuatan terbaiknya, Ferry Sonneville, ke Singapura.

Sebelum kejuaraan dimulai, Ferry sedang kuliah di jurusan ekonomi di Nederlandse Economische Hoogenschool (NEH), Rotterdam, Belanda.

Ferry ingin memperkuat timnas, tetapi ia ingin perjalanan pulang-perginya ditanggung Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).

Ada konflik di internal PBSI terkait pemulangan Ferry di mana salah satu alasannya biaya tinggi yang harus dikeluarkan PBSI.

Potret Ferry Sonneville ketika mendapatkan sambutan di Bandar Udara Kemayoran, Jakarta, pada 1955. Saat itu Ferry berhasil menjadi juara Kejuaraan Malaysia dengan mengalahkan atlet bulu tangkis kelas dunia, Wong Peng Soon.
info gambar

Beruntung, seorang pembaca Star Weekly dari Bogor, Tjoa Keng Lin, menginisiasi pengumpulan dana untuk Ferry.

Pada akhir bulan Maret 1958, Star Weekly pun memuat pengumuman donasi agar Ferry bisa pulang dan memperkuat tmnas.

Penggalangan dana mendapatkan respons cukup baik bisa dilihat dari profil donaturnya tidak hanya dari perorangan, tetapi juga dari beberapa perusahaan.

Donasi pun ditutup pada pertengahan bulan Mei di mana dana yang terkumpul sebesar Rp 40.025, sedikit jauh dari target awal yakni Rp 50.000.

Meskipun begitu, Ferry tetap tiba bertepatan ditutupnya donasi untuknya.

Sehari sebelum menuju Singapura, Ferry menulis surat yang berisi ucapan terima kasih kepada redaksi - yang dimuat dalam Star Weekly edisi 7 Juni 1958 - atas penggalangan dana yang telah dilakukan.

Donasi untuk biaya perjalanan Ferry Sonneville.
info gambar

Walaupun sudah ditutup, para donatur tetap menyalurkan uangnya untuk Ferry.

Star Weekly terbitan 21 Juni 1958 mengabarkan donasi yang terkumpul ialah sebesar Rp 40.545 dan langsung diserahkan pada PBSI Jakarta.

Pesona Ferry tidak berhenti sampai di Piala Thomas 1958, karena setahun kemudian ia kembali mengukir prestasi di ajang All England.

Ferry saat itu mengukuhkan dirinya sebagai orang Indonesia pertama yang menjuarai turnamen tersebut.

Baca Juga:

Referensi: Broto Happy Wondomisnowo, "Baktiku Bagi Indonesia: 60 Tahun Tiada Henti Mencetak Juara Dunia" | Yunus Yahya, "Peranakan Idealis, dari Lie Eng Hok sampai Teguh Karya" | Penerbit Buku Kompas, "Rindu Pancasila: Merajut Nusantara" | Star Weekly

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini