Indonesia Ternyata Punya 26 Milyar Lobster Bertelur yang Siap Jadi Cuan

Indonesia Ternyata Punya 26 Milyar Lobster Bertelur yang Siap Jadi Cuan
info gambar utama

Di tengah polemik perizinan ekspor benih lobster yang disahkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan, Eddy Prabowo, tahukah Kawan GNFI ternyata Indonesia punya jumlah lobster bertelur yang melimpah. Angkanya mencapai 26 miliar yang tersebar di seluruh Indonesia.

Setiap indukan itu diketahui juga bisa bertelur hingga 1 juta benih.

Sejak era Menteri Susi Pudjiastuti, lobster memang diketahui sebagai komoditas laut yang sangat menjanjikan dan berpotensi untuk Indonesia. Alih-alih dikenal agak sulit untuk dibudidayakan, namun ternyata roda perekonomian para nelayan kita juga bergantung pada makanan laut yang mahal ini.

Rawan Eksploitasi, Budidaya Jadi Satu-Satunya Cara

Benih Lobster Indonesia
info gambar

Jumlah potensi lobster indukan itu merupakan hasil dari penelitan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang sudah diperhitungkan sangat rawan eksploitasi sumber daya alam di laut.

Pasalnya dari 1 juta benih tersebut, 50 persennya dibiarkan hidup di alam. Itu berarti sedikitnya ada 500 ribu ekor benih lobster yang hidup di alam lepas. Hal inilah yang akan memicu eksploitasi dan ‘’keributan’’ di masyarakat.

Pasalnya, bagi masyarakat dan para nelayan di Nusa Tenggara Barat (NTB) khususnya, dari lobster lah mereka bisa menyambung hidup mereka. Mengingat bahwa kawasan selatan NTB merupakan salah satu titik utama di Indonesia yang memiliki benih lobster dengan jumlah yang melimpah.

Selain NTB, jumlah benih lobster yang melimpah lainnya juga ditemukan di perairan selatan Jawa dan perairan barat Sumatera. Setiap tahunnya, diketahui ada ratusan juta benih lobster yang ditemukan pada tiga titik perairan tersebut.

Untuk itulah budidaya benih lobster, tidak hanya akan memberikan manfaat secara ekonomi saja, melainkan akan memicu peningkatan stok benih lobster di alam.

Seperti yang dilakukan di kawasan Teluk Elong sampai Dusun Gilire di Lombok Timur. Benih lobster di sana sudah dilakukan pembesaran secara konvensional sejak 2007 silam. Sedangkan di Teluk Ekas, sudah mulai menggunakan teknologi yang lebih modern.

Dari dua daerah tersebut, baik secara konvensional maupun secara modern, membuktikan bahwa Indonesia mampu melakukan pemanfaatan benih lobster secara bijak hingga menghasilkan komoditas laut yang bernilai jual tinggi.

Tidak heran dua daerah tersebut menjadi acuan bagi KKP dalam pembudidayaan benih lobster.

Ekspor Lobster Indonesia yang Terus Meningkat

Salah satu lobster andalan Indonesia adalah lobster jenis Panulirus. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, pernah mengungkap data mengenai ekspor lobster Panulirus Indonesia yang dari tahun ke tahun terlihat sangat membaik.

Data tersebut Susi dapatkan dari Trademap, sebuah situs statistik yang terafiliasi dengan World Trade Organization (WTO) yang rutin mencatat data ekspor impor di beberapa komoditas dunia.

Saat dirinya menjabat, memang terbit Peraturan Menteri (Permen) Nomor 56 Tahun 2016 tentang Larangan Penangkapan dan atau Pengeluaran Lobster, Kepiting, dan Rajungan dari Indonesia.

Dalam grafik tersebut, ekspor lobster Panulirus Indonesia pada 2016 tercatat sebesar 14,84 juta dolar AS. Angka itu dinilai naik cukup drastis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya senilai 7,09 juta dolar AS.

Volume ekspor tersebut terus naik secara berturut-turut, bahkan terjadi lonjakan. Pada 2017 nilai ekspor membukukan 17,31 juta dolar AS, lalu pada 2018 naik menjadi 28,45 juta dolar AS.

Indonesia Bisa Budidaya Lobster Sampai 10 Kali Lipat

Potensi Ekspor Lobster Indonesia
info gambar

Indonesia adalah salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia. Potensinya tentu sangat besar. Bahkan Ketua Himpunan Pembubidaya Ikan Laut Indonesia (Hipilindo), Effendy Wong, berani mengatakan bahwa budidaya lobster di Indonesia bisa unggul hingga 10 kali lipat dari Vietnam.

Vietnam memang dikenal sebagai salah satu eksportir lobster terbesar di dunia. Bahkan diketahui bahwa Vietnam sangat bergantung pada benih lobster dari Indonesia untuk mendorong ekspornya tersebut.

Hal ini juga dibuktikan oleh data yang pernah disampaikan Mantan Menteri KKP Susi. Masih melalui akun Twitternya, Susi perlihatkan data ketimpangan ekspor lobster Indonesia dan Vietnam setelah bibit lobster dilarang ekspor atau diperdagangkan sejak 2016 lalu.

‘’Kita punya sepuluh kali garis pantai dari Vietnam, (sepanjang) 95 ribu kilometer. Sedangkan Vietnam hanya 9 ribu kilometer,’’ ungkap Effendy pada acara focus group discussion (FGD) bertajuk ‘’Potensi Budidaya Lobster di Indonesia’’ di Kementerian KKP, Jakarta, 19 Desember 2019 silam, dikutip KBR.

Salah satu upaya untuk meningkatkan potensi tersebut, Effendy menyarankan diberlakukan metode restocking yang dianggap sebagai salah satu cara pembudidayaan yang efektif.

Restocking di sini artinya upaya penambahan stok lobster tangkapan untuk ditebarkan di perairan umum. Perairan yang dipilih pun harus yang sudah mengalami penurunan stok akibat tingkat pemanfaatan yang berlebihan.

Jika metode tersebut dijalankan, maka bukan hanya lobster Panulirus saja yang bisa menghasilkan cuan. Melainkan bisa pada pemasaran lobster mutiara dan lobster pasir, yang masing-masing memiliki nilai jual Rp1 juta dan Rp400 ribu per kilogram.

--

Sumber: Kompas.com | Ekonomi.Bisnis.com | Katadata.co.id | Mongabay.co.id | KBR.id

--

Baca Juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini