Tesla Akan Bangun Pabrik Baru di Asia, dan Bukan di China. Lalu di Mana?

Tesla Akan Bangun Pabrik Baru di Asia, dan Bukan di China. Lalu di Mana?
info gambar utama

Tesla Motors, produsen mobil (listrik) pintar Tesla, terus membangun pabrik-pabrik (dinamakan Gigafactory) perakitan maupun memproduksi baterai. Pabrikan mobil yang valuasi sahamnya paling besar di dunia tersebut, saat ini sedang membangun pabrik baru di dekat Berlin (Jerman) dan pabrik baru di Austin (Texas, AS).

Selain proyek-proyek besar ini, Tesla juga memperluas Gigafactory Shanghai dan menambah kapasitas produksi di Gigafactory Nevada dan California. Pembangunan gigafactory-gigafactory baru ini diharapkan dapar memuluskan rencana ambisius Tesla untuk segera dapat mengirimkan 1 juta kendaraan listrik per tahun kepada konsumen.

Tak berhenti sampai di situ, setelah pabrik di Texas dan Jerman selesai dibangun, Elon Musk menyatakan akan membangun pabrik baru lagi, salah satunya sebagai bagian dari misinya untuk mempercepat kemajuan transportasi berbasis listrik dan penggunaan energi terbarukan.

Akhir pekan lalu, Elon Musk, sang pendiri Tesla, mengisyaratkan di mana pabrik berikutnya akan 'berlabuh'.

Musk memang tidak menyebutkan secara spesifik, negara Asia mana yang akan dituju. Hal ini kemudian 'memicu' perbincangan di media-media di seluruh dunia, tentang negara mana yang dimaksud Elon Musk. Banyak yang menunjuk Jepang dan Korea sebagai frontrunner, negara yang dinilai paling siap secara teknologi, infrastruktur dan SDM. Bahkan Korea (Selatan) juga sudah menjadi penyuplai baterai untuk Tesla. Baterai adalah komponen utama dalam mobil listrik, dan Tesla sangat bergantung pada hal tersebut. Jepang, tentu saja mempunyai semua yang dibutuhkan Tesla, salah satunya adalah jaringan pemasaran otomotif Jepang yang telah mengakar di seluruh dunia.

Meski begitu, Jepang dan Korea adalah negara yang secara geografis begitu dekat dengan China yang sudah mempunyai Gigafactory (pabrik mobil Tesla) di Shanghai. Apalagi, membangun pabrik di Jepang dan Korea tentu saja bukanlah sesuatu yang murah.

Kemudian ada yang menduga, India. India juga mempunyai kemampuan di bidang industri otomotif, dan tenaga kerja yang melimpah, serta pasar yang besar. Namun banyak yang skeptis jika India adalah pasar yang siap untuk mobil-mobil listrik, karena keterbatasan pasokan listrik di negara tersebut. Apalagi, pada pertengahan tahun lalu, Elon Musk menyatakan bahwa Tesla tak akan membuka dealer resmi di India, karena pajak impor otomotif yang begitu tinggi, yakni 125%.

Ada juga yang kemudian berharap, bahwa Gigafactory baru Tesla nanti akan dibangun di negara Asia Tenggara. Lalu di mana tepatnya? Thailand adalah negara Asia Tenggara yang dijuluki "The Detroit of Asia". Dalam setahun, Thailand mampu memproduksi 2.4 juta unit mobil, dan mengekspor lebih dari separuh produksi mobilnya ke luar negeri. Tapi, Thailand sedang dilanda krisis politik dan ekonomi yang cukup parah. Rasanya, jikalau Tesla benar 'buru-buru' membangun pabrik mobil baru di Asia Tenggara, mungkin Thailand akan 'dihindari' dulu.

Apakah Vietnam? Vietnam dengan pertumbuhan ekonomi yang fantastis sejak 2 dekade lalu, terus menerus berlari cepat dalam pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara. Warganya yang dikenal produktif, dan rajin, membuat banyak perusahaan global membangun pabriknya di sana. Meski begitu, industri otomotif Vietnam belum bisa dikatakan matang. Pengalaman, supply-chain komponen-komponen mobil, dan juga jaringan ekspor otomotifnya belum mumpuni. Selain itu, lagi-lagi Vietnam secara geografis terlalu dekat dengan China yang sudah di mana Tesla sudah punya Gigafactory di Shanghai.

Apakah Malaysia? Mungkin. Malaysia mempunyai kemampuan SDM, teknologi, dan jaringan komponen yang luas. Dua mobnasnya, Proton dan Perodua, merajai jalanan di negeri jiran tersebut. Pemerintah Malaysia pun sudah mencanangkan program pembuatan baterai lithium ion, dan diharapkan menjadi negara pembuat lithium ion battery di Asia Tenggara. Malaysia telah melihat bahwa mobil listrik adalah masa depan. Dan mereka menyambutnya dengan menjadi battery hub di kawasan ini. Tapi meski begitu, pasar Malaysia tergolong kecil, dan bisa jadi belum masuk dalam skala ekonomi-nya Tesla. Namun hal ini tentu tak akan menjadi masalah jika sebagian besar produksinya nanti adalah untuk pasar ekspor.

Lalu bagaimana dengan Indonesia? Pemerintah Indonesia sejak tahun lalu sudah berusaha membujuk Tesla untuk membangun pabrik di Indonesia. Indonesia adalah produsen bahan baku baterai lithium yang sangat dibutuhkan oleh Tesla, yakni nikel dan kobalt. Indonesia juga adalah salah satu negara yang berpengalaman dalam industri otomotif. Dalam satu tahun, 1.2 juta mobil diproduksi di dalam negerim dan sekitar 300,000-nya diperuntukkan untuk pasar ekspor. Meski begitu, perlu usaha lebih untuk membawa Gigafactory ke Indonesia. Infrasktur, mempersiapkan pasar, dan bagaimana mengolah bahan baku menjadi baterai siap pakai, adalah hal-hal penting yang bisa dimulai.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini