Apakah Perlu Menerjukan TNI?

Apakah Perlu Menerjukan TNI?
info gambar utama

*Penulis senior GNFI

Kalau kita melihat perkembangan Covid 19 didunia maupun di Indonesia hati kita menjadi miris karena di beberapa negara didunia ini, jumlah orang terpapar dan meninggal dunia akibat virus mematikan ini semakin naik. Dunia juga sekarang melihat perkembangan yang tragis di Amerika Serikat dimana (ketika artikel ini ditulis 10 Juli 2020) jumlah orang meninggal dunia karena covid 19 sudah mencapai lebih dari 130.000 orang dan baru-baru ini di negara adidaya ini jumlah orang yang terpapar virus corona mencapai lebih kurang 50.000 orang dalam sehari.

Perkembangan di Indonesia pun juga memprihatinkan, karena seperti juga di Amerika Serikat, jumlah orang yang terpapar dan meninggal dunia juga meningkat, muncul klaster baru dimana- mana, meskipun jumlah orang yang sembuh juga meningkat. Hati kita juga miris bahwa Jawa Timur menjadi propinsi nomor satu di negeri ini dalam julah orang yang terpapar covid-19. Ketika saya mengikuti diskusi zoom yang diselenggarakan IKA UA yang menampilkan beberapa guru besar, dosen dan mahasiswa Unair hatisaya semakin mirin, salah satu pembicara yaitu Dr. Joni Wahyuadi Ketua Rumpun Kuratif Gugus Tugas Penanganan Covid 19 Jawa Timur dalam presentasi perkembangan Covid 19 di Jatim menunjukkan bahwa angka yang tinggi di Jatim penyebaran virus corona ini paling banyak disumbang oleh Kota Surabaya Raya, yaitu Surabaya sendiri, kabupaten Sidoarjo dan Gresik, yaitu (kalau tidak salah) lebih dari 70%. Sehingga propinsi Jatim (dan Surabaya Eaya) ini tidak bisa memenuhi target perintah presiden Jokowi (dalam rapat di gedung Grahadi Surabaya) agar dalam waktu dua minggu sejak acara rapat itu Jatim (Surabaya) bisa menekan angka penyebaran virus mematikan ini.

Seluruh guru besar terutama dibidang kedokteran, danilmu sosial dalam acara zoom itu menyimpulkan bahwa peningkatan penyebaran virus corona di Jatim/Surabaya ini dikarenakan oleh situasi sebelum di Rumah Sakit yaitu rendahnya kedisiplinan masyarakat yang tidak mematuhi protocol kesehatan yang sudah disepakati, jalan-jalan masih macet, banyak orang sampai larut malam cangkruk di warung, restoran dan kerumunan masa tanpa menggunakan masker, cuci tangan dan jaga jarak. Kalau di nasihati agar menuruti protocol kesehatan – malah marah.

Akhirnya diskusi itu tidak membahas banyak soal vaccine, soal proses penyembuhan di RS dsb, tapi banyak membahas perlunya ada ketegasan pemerintah daerah untuk menegakkan hukum, memberi “punishment” bagi orang yang melanggar. Dalam salah satu Ppt nya dr. Joni menampilkan kalimat yang menarik: “We Are Fighting Two Pandemics, Coronavirus and Stupidity” – ya Stupidity secara halus saya terjemahkan sebagai “Kebandelan” atau “Kengeyelan” itu yang menyebabkan penyebaran virus ini meningkat terus. Perlu ada ketegasan hukum dalam menghadapi Kebandelan ini.

Di beberapa negara yang pernah melakukan kebijakan Lockdown penuh seperti di Italia dan Spanyol, negara menerjunkan polisi dan tentara ke kota-kota untuk menegakkan hukum, bagi yang masih ngeyel maka mereka ditangkap. Di India bahkan polisinya memukul tubuh orang-orang yang bandel ini dengan tongkat kayu. Saya lihat di Inggris pun sampai saat ini, tentara juga diturunkan – tidak tanggung-tanggung tentara-tentara ini pakai seragam “jungle fatigue” atau pakaian doreng untuk perang. Ini menunjukkan betapa pentingnya menegakkan hukum dalam rangka menekan penyebaran corona. Tentara-tentara ini menyetop mobil-mobil yang lewat dan memastkan apakah warga mematuhi protocol kesehatan pemerintah.

Menurut Undang-Undang yang berlaku di Indonesia ini – kalau saya tidak salah TNI berfungsi sebagai alat pertahanan negara; TNI akan maju di garis terdepan kalau ada negara lain menyerang Indonesia. Namun bila melihat kasus corona di Jatim dan Surabaya ini yang angka penyebaranya tidak menurun, dan kondisinya bahaya, kondisi masyarakat banyak yang tidak disiplin mengikuti protocol kesehatan, tambahan pula banyak orang yang kelihatannya sehat namun ternyata sebagai “Carrier” atau pembawa virus yang menurut CNN Amerika menyebutnya bisa mengakibatkan bahaya yang tidak kelihatan “Silent Spreaders Pose Unseen Danger”; maka apa perlu TNI terpaksa harus diterjunkan?

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

Terima kasih telah membaca sampai di sini