Buku Pintar, "Wikipedia-nya" Orang Indonesia Sebelum Era Internet

Buku Pintar, "Wikipedia-nya" Orang Indonesia Sebelum Era Internet
info gambar utama

Keberadaan internet begitu penting, pastinya Kawan GNFI setuju akan hal itu. Sudah ada di Indonesia sejak 1990-an, tapi internet baru mulai digunakan booming secara massal sekitar 2000-an. Hal yang menggoda dari layanan internet pada saat itu tidak berbeda seperti masa sekarang, yakni bisa bermain video gim sambil berjejaring sosial.

Selain menjadi sarana hiburan, internet juga menjadi pojok edukasi. Berbagai website yang memaparkan informasi untuk pembelajaran tersedia di internet.

Di antaranya banyaknya website internet, Google masih menjadi favorit. Menurut data yang dihimpun Hootsuite dan We Are Social pada Januari 2019, situs Google di Indonesia berada di urutan atas dengan trafik bulanan sebanyak sejuta lebih.

Dari mesin pencari Google, orang Indonesia bisa mencari situs-situs terpercaya untuk menggali informasi. Misalnya Wikipedia, situs satu ini seringkali diandalkan berbagai kalangan khususnya pelajar karena merangkum beragam pembahasan mulai dari sejarah, profil tokoh, dsb.

Namun ketika era internet belum muncul di Indonesia, kemanakah orang-orang mencari dan menggali informasi? Mungkin jawabannya adalah ensiklopedia Buku Pintar. Sama seperti Wikipedia, di Buku Pintar kita bisa menemukan segala macam pengetahuan yang sudah terangkum. Lantas bagaimana sejarah Buku Pintar di Indonesia? Lalu, siapakah penyusun dari banyaknya informasi dalam satu buku itu? Mari tengok ulasannya.

Sekilas Iwan Gayo, Si Penyusun Buku Pintar yang Kerap Bergonta-ganti Nama

Di Takengon, Aceh Tengah, pada 7 November 1951, Iwan Gayo lahir dari rahim ibundanya Hj. Mariamah Bona yang mengandung selama 11 bulan. Tak pelak, Iwan pun dianggap bayi abnormal dan karena kelainannya itu ia mengaku menerima banyak cobaan.

Iwan kecil sempat bergonta-ganti nama. Sempat bernama Esem, lalu Abang Kingkong sebelum ia masuk sekolah, kemudian berubah lagi karena ayahnya Abubakar Bintang memberikan nama Iwan Glaxo.

"Pas saya masuk sekolah, ayah saya membawa saya ke kepala sekolah, di mana ia menanyakan nama saya. Ayah saya menamai saya Iwan Glaxo, saya tidak mengerti artinya saat itu," kata Iwan dikutip GNFI dari The Jakarta Post.

Glaxo sendiri adalah nama tepung susu produksi farmasi Inggris. Susu inilah yang dikonsumsi Iwan ketika masih bayi karena ibunya yang dalam kondisi sakit tidak bisa menyusuinya.

Iwan Gayo dan pesan berbahasa Gayo dalam buku
Iwan Gayo dan pesan berbahasa Gayo dalam buku "Jejak Langkah Jokowi" yang akan disampaikan kepada Presiden Joko Widodo pada 2019. Sumber: Serambinews.com/Fikar W Eda

Nama Glaxo kemudian menjadi ejekan teman sekolahnya. Glaxo dipelesetkan menjadi klakson. Karena inilah Iwan mengubah namanya lagi menjadi Iwan Abu Bakar (AB).

Iwan mengaku tidak nyaman bersekolah karena tidak menyerap ajaran dari gurunya. Ia baru bisa baca saat duduk di kelas tiga sekolah dasar.

Saat berusia remaja, Iwan mengadu nasib ke ibu kota Jakarta pada 1971. Ia memilih profesi menjadi jurnalis di mana ia mengubah lagi namanya. Iwan Gayo, itulah sebagaimana dikenal sampai sekarang.

Pada 1982, Iwan meraih penghargaan Adinegoro, sebuah penghargaan tertinggi bagi karya jurnalistik di Indonesia. Dari penghargaan itu ia membeli motor yang kemudian ia jual untuk modal belajar bahasa Inggris.

Perjalanan Buku Pintar

Dari rasa kagum berubah menjadi ide membuahkan karya. Hasrat Iwan Gayo untuk menulis buku mulai tumbuh ketika melihat buku Pelajaran Bahasa Inggris Sistem 50 Jam karya Sutan Sulaiman. Ia terkagum-kagum membaca buku yang dicetak ulang sampai 19 kali itu.

Pada awal 1970-an, keinginannya menulis buku semakin menguat saat menemukan buku Information Please Almanac di perpustakaan Lembaga Indonesia-Amerika. Dari situ, angan-angannya menjadi cikal bakal Buku Pintar yang dicoba disusunnya.

Iwan Gayo mulai mengumpulkan bahan-bahan untuk bukunya pada 1976. Rampung pada awal 1980-an, tetapi tak ada penerbit yang bersedia menerbitkannya. Penerbit menilai buku Iwan tidak lazim dan terkesan murahan.

Pantang menyerah, pada 1982 akhirnya Iwan Gayo menerbitkan sendiri bukunya lewat perusahaan percetakan dan penerbit bernama Penerbit Upaya Warga Negara. Konon saat menerbitkan karyanya Iwan Gayo sampai harus menjual mobilnya sendiri.

Buku Pintar Seri Junior dan Buku Pintar Seri Senior adalah karya awal Iwan Gayo. Buku yang tebrit pada 1982 dan 1986 itu kemudian laris di pasaran.

Dalam setahun buku tersebut bisa dicetak ulang tiga kali dengan oplah rata-rata 20 ribu eksemplar. Dari hasil inilah Iwan Gayo bisa mengunjungi banyak negara.

Format Buku Pintar yang ringkas, jelas, dan informatif kemudian dijadikan inspirasi penulis buku lain. Dari situ, banyak orang yang memuji Iwan Gayo adalah orang yang berbakat menulis buku.

Setelah Buku Pintar-nya diterima khalayak, Iwan kian produktif membuat buku serupa, di antaranya Buku Pintar Nusantara, Buku Pintar Haji dan Umroh, Buku Pintar Seri Politik dan lain-lain.

Isi Konten Buku Pintar

Ada berbagai informasi di dalam Buku Pintar yang disusun Iwan Gayo. Pada halaman pertama biasanya terdapat pemaparan Presiden RI dari masa ke masa, baik itu profilnya hingga masa jabatannya.

Di luar bahasan politik, juga ada ringkasan peristiwa-peristiwa bersejarah di dalam dan luar negeri. Menarik, karena Iwan Gayo menyusunnya secara kronik atau runut sesuai dari masa ke masa.

Ada juga profil negara-negara baik membahas soal luas wilayah dan populasi pendudukan. Lalu pada bagian belakangnya terdapat daftar nama-nama dan artiannya dari berbagai dunia.

Referensi: Thejakartapost.com | Twitter.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini