Bandar Udara (Bandara) Juanda (ejaan lama: Djoeanda) terletak di Sedati, Sidoarjo, 20 kilometer sebelah selatan kota Surabaya.
Sebagai catatan, dulu sebutannya bukanlah bandara, melainkan pangkalan udara atau lapangan udara.
Sebelum menjadi bandara maskapai penerbangan komersil, Bandara Juanda adalah pangkalan udara yang digunakan oleh Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).
Pembangunan pangkalan udara ini dipicu peristiwa pembebasan Irian Barat yang tengah diperjuangan pada pertengahan tahun 1950-an.
Demi membantu kinerja TNI, pemerintah Indonesia merasa butuh membangun lapangan udara di wilayah Surabaya, Jawa Timur.
Ada tiga tempat yang dijadikan pilihan, yaitu Gresik, Raci (Pasuruan), dan Sedati (Sidoarjo).

Desa Sedati di Sidoarjo akhirnya dipilih karena kontur tanahnya datar dan luas sehingga cocok menjadi tempat mendarat pesawat-pesawat militer RI.
Proyek pembangunan ini disebut Proyek Waru dan merupakan pembangunan lapangan udara pertama sejak Indonesia meraih kemerdekaan.
Memang sudah ada lapangan udara yang dimiliki Indonesia sejak merdeka, tetapi seluruhnya adalah peninggalan Belanda yang kemudian diperbaiki dan disempurnakan.
Pelaksanaan Proyek Waru melibatkan tiga pihak, yakni pemerintah Indonesia selaku pengawas tim pengawas proyek (Tim Pengawas Proyek Waru/TPPW), Compagnie d'Ingenieurs et Techniciens (CITE) sebagai konsultan, dan Societe de Construction des Batinolles (Batignolles) yang berperan menjadi kontraktor. Dua yang disebutkan terakhir merupakan perusahaan asing asal Prancis.
Dalam kontrak antara ketiga pihak tersebut, proyek pembangunan pangkalan udara harus kelar dalam waktu empat tahun (1960-1964).
Nyatanya Proyek Waru sudah mampu digunakan lebih cepat dari perkiraan yakni dalam tempo tiga tahun saja.
Hal ini tidak terlepas berkat bantuan berbagai pihak seperti Pemkot Surabaya, Komando Militer Surabaya, Otoritas Pelabuhan dan masyarakat yang bekerja siang dan malam.
Empat pesawat Fairey Gannet ALRI di bawah pimpinan Mayor AL (Pnb) Kunto Wibisono melakukan uji coba pendaratan untuk pertama kalinya.

Namun bukan berarti tidak menemui kendala, karena pada pertengahan pembangunan pemerintah mengalami krisis keuangan sampai-sampai Batignoles mengancam mundur dari proyek.
Presiden RI pertama Sukarno akhirnya menugaskan mantan Perdana Menteri Indonesia, Ir Juanda, yang langsung terbang dengan pesawat Convair 990 dan mendarat di Lapangan Udara Waru.
Sesampainya di Lapangan Udara Waru pada 15 Oktober 1963, Juanda mencoba berkoordinasi dengan pelakasana proyek pembangunan.
Sayangnya tidak lama setelah itu Juanda wafat pada 7 November 1963 dan dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.
Penandatanganan dimulainya pembangunan Proyek Waru #50ThnJuanda ll @sub_ap1@e100ss@GNFIpic.twitter.com/348Rzqvh0o
— Surabaya Punya Cerita (@ceritasby) August 12, 2014
Tanpa campur tangan Juanda, mungkin Proyek Lapangan Udara Waru bakalan mangkrak.
Demi mengenang jasanya, lapangan udara tersebut diberi nama "Lapangan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Djuanda" dan diresmikan oleh Sukarno pada 12 Agustus 1964.
Menurut buku Surabaya Punya Cerita: Vol 1 karya Dhahana Adi, muncul masalah setelah pangkalan udara itu dibuka, yakni ada keinginan Garuda mengalihkan operasi pesawatnya (Convair 240, 340, dan 440) dari Lapangan Terbang Tanjung Perak, Surabaya, yang kurang memadai ke Lanudal Djuanda.
Sayangnya Lanudal Djuanda dari awal tidak dirancang sebagai tempat penerbangan sipil, terlebih lagi tempat itu tidak dilengkapi fasilitas menampung penumpang.
Karena kebutuhan Garuda semakin mendesak, maka pihak yang berwenang merenovasi gudang bekas Batignolles untuk dijadikan terminal sementara.
Sejak saat itu, orang-orang yang hendak berkunjung ke Surabaya mendarat di Djuanda.
Waktu demi waktu ketika frekuensi penerbangan bertambah, Juanda berubah menjadi bandara yang menerima penerbangan sipil.
lokasi tersebut adalah anjungan yang letaknya berada di tengah-tengah antara Terminal 1 A dan B. Anjungan menjadi salah satu tempat yang sering kali digunakan sebagai meeting point.
— Bandara Juanda (@sub_ap1) December 17, 2019
Tentunya banyak memori perjumpaan atau perpisahan yang terjadi di anjungan @sub_ap1pic.twitter.com/hTQIMavTGQ
Kini, Bandara Juanda menjadi bandara kelas internasional yang dijalankan oleh PT Angkasa Pura 1 (Persero).
Pada 2019, Bandara Juanda bersama sembilan bandara lain di Indonesia memperoleh akreditasi Customer Experience Accreditation Program dari Airports Council International (ACI) sebagai bandara yang memiliki layanan penumpang tingkat dunia.
Referensi: Liputan6.com | Tugupahlawan.com | Twitter.com/@ceritasby | Dhahana Adi, "Surabaya Punya Cerita: Vol 1 karya"
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News