Pangkalan Brandan adalah ibu kota Kecamatan Babalan, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara.
Letaknya berada di pesisir pantai timur pulau Sumatra, sekitar 60 kilometer di sebelah utara kota Binjai.
Kota ini letaknya strategis karena dilalui Jalan Raya Lintas Sumatra dan merupakan pintu gerbang provinsi Sumatra Utara dari arah Aceh.
Hanyalah sebuah kota kecil, tetapi Pangkalan Brandan menyimpan sejarah yang besar bagi bangsa Indonesia.
Di tempat ini berdiri sebuah kilang minyak yang merupakan kilang kedua tertua yang dibangun Belanda.
Kilang minyak pertama ada di Wonokromo, Surabaya, sejak 1890, tetapi kilang minyak Pangkalan Brandan disebut sebagai yang paling populer karena produksinya lebih besar.
Kilang tersebut memiliki dua nilai sejarah, pertama menjadi tonggak sejarah ekspor minyak Indonesia dan yang kedua menjadi bukti adanya nilai perjuangan melawan penjajahan.
Dalam usahanya mengusai lagi Indonesia, Belanda melancarkan Agresi Militer I pada Juli 1947.
Agresi Militer I berakhir pada 4 Agustus 1947, tetapi gejolak peperangan masih terjadi di sejumlah daerah.
Belanda pun membidik kilang minyak Pangkalan Brandan untuk mereka kuasai.
Akhirnya, pimpinan Tentara Republik Indonesia (TRI) yang berada di Kabupaten Langkat berencana membumihanguskan seluruh instalasi industri perminyakan berikut objek-objek vital lainnya.
Pada pukul 03.00 tanggal 13 Agustus 1947, terjadi pembumihangusan seluruh instalasi dan fasilitas industri perminyakan di Pangkalan Brandan.
Peristiwa ini diawali dengan meledakkan tanki-tanki besar, pondasi penyulingan, dan gedung-gedung perusahaan tambang minyak, dan selanjutnya Pangkalan Brandan.
Amran Zamzami, pejuang asal Kuto Buloh, Aceh Selatan, yang ikut berjuang menceritakan kembali peristiwa pembakaran kilang minyak Pangkalan Brandan lewat bukunya, Jihad Akbar di Medan Area.
"Pelabuhan, kilang minyak dan kota menjadi pesta amuk si jago merah yang marah laksana raksasa dari dunia antah berantah. Pangkalan Brandan dan Pangkalan Susu tidak mengalami nasib berdua saja. Komplek perumahan karyawan perkebunan kelapa sawit Sungai Liput juga menyusul. Dari kota Kuala Simpang terlihat kobaran api yang dahsyat," tulis Amran yang kala itu belum genap berusia 20 tahun.
"Ada secercah kemasygulan menyaksikan panorama Brandan yang sengaja kita ledakkan. Kita poran-porandakkan. Kota yang tadinya ramai mendadak jadi mati. Tapi, semua itu kita lakukan bersebab oleh perjuangan. Bukan lantaran perasaan benci yang memenuhi dada. Bukan pula karena dendam yang membara. Tapi, Brandan kita hanguskan lantaran cinta yang teramat dalam pada kemerdekaan Indonesia. Kami membakar Brandan, lantaran terpaksa guna memadamkan ambisi musuh untuk menghancurkan kami. Itu pun termasuk bagian dari taktik pertahanan kami terakhir..."
"...itu kami laksanakan untuk mencegah kehadiran Belanda yang sudah sejak lama mengincarnya. Kami harus melakukannya, tidak boleh tidak...Salah satu taktik perang rakyat semesta, perang gerilya, adalah pembumihangusan. Rakyat pun memahaminya...," jelasnya.
Amran juga menyertakan puisi yang dibuat salah seorang pejuang yang ikut dalam perjuangan tersebut.
Brandan Lautan Api
oleh Hasan Saleh
Tanggal tiga belas bulan delapan,
Tahun empat puluh tujuh, sayang...
Terjadi dalam kota Brandan
Tambang-tambang hancur luluh
Tambang minyak dibumihanguskan
Dengan letusan terjadi-jadi
Tambang minyak di waktu malam
Kota jaya jadi sepi
Kobaran api kelihatan asap mengepul
Asap mengepul di angkasa
Brandan pada waktu malam
Kota jadi suram!
Brandan lautan api
Penduduknya mengungsikan diri
Brandan di waktu malam
Kota jaya jadi sepi...
Belanda tetap mencoba berani menguasai Pangkalan Brandan yang sudah porak-poranda, tetapi mereka memilih mundur ketika ada serangan dari pihak TRI di Gebang.
"Kali ini Belanda tidak berkutik. Mau tidak mau mereka harus mundur. Kembali ke posnya di Tanjung Pura," kenang Amran.
Ini merupakan kali kedua Pangkalan Brandan dibumihanguskan.
Sebelumnya, strategi bumi hangus sudah pernah dilancarkan ketika Jepang menginvasi Pangkalan Brandan pada 1942, tetapi itu dilakukan oleh Belanda.
Tidak cuma dua kali, tetapi tiga kali Pangkalan Brandan menjadi lautan api!
Setahun kemudian, pada 19 Desember 1948, Pangkalan Brandan kembali dibakar seiring Agresi Militer II.
Lain daripada itu, demi mengingat perjuangan para pejuang mengusir Belanda, tanggal 13 Agustus setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Peringatan Pangkalan Bandar.
---
Referensi: Kompas.com | Dunia-energi.com | Amran Zamzami, "Jihad Akbar di Medan Area"
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News