Konon, Indonesia Punya Siklus Masa Kejayaan Setiap 7 Abad. Ini Penjelasannya!

Konon, Indonesia Punya Siklus Masa Kejayaan Setiap 7 Abad. Ini Penjelasannya!
info gambar utama

Budayawan, Sudjiwo Tedjo pernah menyinggung mengenai siklus ini. Siklus tujuh abad masa keemasan dan kejayaan Nusantara kala itu. Dari beberapa sumber yang GNFI temukan, siklus masa kejayaan Nusantara ini kerap dikaitkan dengan kemajuan ekonomi.

Jika benar, maka negeri ini punya kesempatan untuk berjaya di era modern. Tidak ada lagi Nusantara, melainkan Indonesia. Berikut bukti siklus kejayaan Nusantara setiap tujuh abad.

Abad ke-7, Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Selain menjadi pusat pembelajaran agama Budda, soal perdagangan diketahui Kerajaan Sriwijaya menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda. Dua tempat ini menjadi hub atau jalur perdagangan pusat antara India, China, dan Arab.

Masa-masa kejayaannya tercatat terjadi pada abad ke-9. Berbagai komoditas unggulan seperti kapur barus, kayu gaharu, kapulaga, gading, emas, sampai timah diperjualbelikan dan menjadi sumber kemakmuran bagi Kerajaan Sriwijaya.

Kekuatan maritim kala itu menjadi alasan Kerajaan Sriwijaya dinobatkan sebagai kerajaan yang mendominasi di Asia Tenggara.

Tidak hanya itu, dari Kerajaan Sriwijaya juga bahwa bahasa Melayu berkembang ke seluruh penjuru Nusantara. Bukti kejayaannya sampai kini masih ada berupa candi-candi peninggalan kerajaan seperti Candi Borobudur, Candi Kalasan, Candi Sewu, Candi Muaro Jambi, Candi Muara Takus, dan Biaro Bahal.

Abad ke-14, Masa Keemasan Kerajaan Majapahit

Tujuh abad kemudian, giliran Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada yang berjaya. Dalam Negarakertagama, wilayah kekuasaan Majapahit kala itu mencakup Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Papua, Semenanjung Malaysia, Singapura, sebagian Thailand dan sebagian Filipina.

Sedikitnya ada 98 kerajaan di seluruh Nusantara yang kala itu bernaung di bawah kuasa Majapahit. Sedangkan secara ekonomi, Kerajaan Majapahit diketahui telah menghidupkan pelabuhan-pelabuhan penting di sepanjang pantai Jawa sebagai pelabuhan transit.

Seperti di Gresik, Tuban, Jepara, Lasem, Bali, Surabaya, dan Jaratan. Semua pelabuhan itu mengambil alih fungsi pelabuhan transit setelah runtuhnya Kerajaan Sriwijaya.

Hasil alamnya pun sangat melimpah dari mulai beras, rempah, dan garam, merupakan komoditas dagang yang sangat dibutuhkan dunia kala itu. Kerajaan Majapahit juga sudah memulai regulasi perdagangan sampai perpajakan. Tak heran jika kala itu Majapahit memberi kemakmuran kepada rakyatnya akan kemajuan sistem ekonominya.

Tak hanya dari sisi ekonomi, Kerajaan Majapahit juga menyebarkan pengaruhnya lewat budaya dan politik. Tentu saja hegemoninya tak melulu lewat kekerasan.

Akankah Benar Terjadi di Abad ke-21?

Tak bisa dipungkiri, salah satu momen kurang membahagiakan telah terjadi dua dekade saat abad ke-21 dimulai. Yaitu kondisi dimana Indonesia harus mengalami krisis akibat Pandemi Covid-19. Memang bukan hanya Indonesia, melainkan seluruh negara di dunia terdampak Covid-19 dan memiliki masa kritis yang cenderung sama.

Meski begitu, katanya Indonesia dikatakan lebih stabil dalam mengelola dampak pandemi Covid-19 ini.

Jika siklus kejayaan tujuh abad ini terjadi, itu artinya Indonesia akan mengalami masa kebangkitan antara tahun 2000-2099. Mari kita telaah apakah Indonesia sudah menampilkan ‘’tanda-tanda’’ kejayaan di abad ke-21 ini?

Tahun 2008, Indonesia tercatat diberi kehormatan untuk bergabung menjadi anggota G-20 dan sebagai satu-satunya negara ASEAN yang menjadi anggota G-20. Tak bisa dianggap remeh, pasalnya negara-negara yang tergabung di G-20 memiliki peran dan pengaruh penting di arena global yang menguasai 89 persen perekonomian dunia.

September 2012, lembaga riset bisnis dan ekonomi dunia, The McKinsey Global Institute, menerbitkan laporannya berjudul The Archipelago Economy: Unleashing Indonesia’s Potential.

McKinsey memperkirakan pada tahun 2030, Indonesia akan menempati peringkat ke-7 negara ekonomi terbesar di dunia sesudah China, Amerika Serikat, India, Jepang, Brazil, dan Rusia. Saat laporan tersebut rilis, Indonesia sedang menempati peringkat ke-16 negara ekonomi terbesar di dunia.

Belakangan, pada Juli 2020, data Produk Domestik Bruto-Paritas Daya Beli Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (International Money Fund/IMF), memprediksi Indonesia bisa saja menjadi negara perekonomian terbesar ke-5 di dunia

Capaian itu bisa jadi lebih cepat, yaitu pada 2024 nanti. Posisi Indonesia nantinya diprediksi akan menggeser Inggris dan Jerman. Ini karena Indonesia termasuk negara jawara perekonomian di Asia. Bonus Demografi yang akan melanda Indonesia menjadi salah satu kebangkitan perekonomian dunia di tengah bertambahkan populasi angkatan tua di negara lain.

Apakah Kawan GNFI percaya akan siklus kejayaan setiap tujuh abad itu? Apakah Indonesia akan menunjukkan masa keemasannya pasca masa keemasan di era Nusantara dulu?

--

Sumber: McKinsey | Tirto | Historia | Kompas | Katadata

--

Baca Juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini