Warak Kayu Kota Semarang, Perpustakaan dengan Arsitektur Apik yang Diakui Dunia Internasional

Warak Kayu Kota Semarang, Perpustakaan dengan Arsitektur Apik yang Diakui Dunia Internasional
info gambar utama

Ibu kota provinsi Jawa Tengah, kota Semarang, mempunyai destinasi wisata teranyar nih Kawan GNFI. Bukan sekadar tempat wisata hiburan semata, tetapi juga sarat edukasi.

Namanya Warak Kayu yang fungsinya menjadi perpustakaan mikro atau sebutan bahasa asingnya microlibrary. Perpustakaan ini terletak di tepi Jalan Dr Sutomo, kota Semarang.

Warak Kayu bukanlah perpustakaan biasa karena desain gedungnya sangatlah menonjol. Dan dari situ, pada awal Agustus 2020, perpustakaan ini mendapat perhatian dunia internasional karena desainnya tersebut.

Menyerupai Kulit Hewan Mitologi Khas Semarang

Warak Ngendog (kerap ditulis juga: Ngendhog) adalah hewan mitologi yang menjadi ikon kota Semarang. Makna kata 'Warak' berasal dari bahasa Arab yang berarti suci, sedangkan 'Ngendog' berasal dari bahasa Jawa berarti bertelur.

Bagian-bagian tubuhnya merupakan perpaduan dari hewan yang mewakili tiga etnis yang berbeda, yakni naga (Cina), burung (arab) dan kambing (jawa). Biasanya Warak Ngendog dijadikan maskot dalam acara Dugderan yang dilaksanakan beberapa hari sebelum bulan Ramadan.

Warak Ngendog
info gambar

Sisik naga pada hewan mitologi Warak Ngendog inilah yang menjadi sumber inspirasi dari bangunan Warak Kayu. Memang, sekilas sistem konstruksi Zollinger yang dipakai menjadikan bentuknya menyerupai sisik sehingga tidak heran nama bangunannya dinamai Warak Kayu.

Upaya Tingkatkan Minat Baca Anak di Lingkungan Berpenghasilan Rendah

Perpustakaan Mikro Warak Kayu merupakan inisiasi SHAU (Suryawinata Haizelman Architecture Urbanism) Indonesia yang berkolaborasi dengan berbagai stakeholder, di mana ada pemerintah, CSR, foundation, dan komunitas.

''SHAU Indonesia merancang arsitektur bangunan, sementara PT Kayu Lapis Indonesia memasok kayu-kayu hasil olahan limbah pabrik yang sudah tidak terpakai. Lalu, Pemerintah Daerah Semarang menyediakan lahan dan izin pembangunan, serta perusahaan swasta yang menanggung biaya pembangunannya. Adapun Harvey Center yang mengelola perpustakaan ini agar dapat digunakan oleh masyarakat tanpa dipungut biaya,'' kata Direktur & Founder SHAU Indonesia, Florina Henzelman, dikutip GNFI dari laman Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).

— Hendi (Hendrar P) (@hendrarprihadi) January 1, 2020

Florina menegaskan, tujuan utama didirikannya perpustakaan ini untuk meningkatkan minat baca masyarakat, terutama anak-anak di lingkungan berpenghasilan rendah.

''Kami melihat minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Oleh karena itu, kami berupaya untuk meningkatkannya dengan membuat microlibraries yang menjangkau masyarakat dengan strategi merangkul ruang-ruang komunitas. Tidak hanya perpustakaan saja, tetapi ada unsur bermain dan berkumpul bersama,” jelas Florina.

Arsitektur Terbaik Level Internasional

Perpustakaan Mikro Warak Kayu terpilih menjadi Popular Choice Winner pada kategori arsitektur perpustakaan menurut Architizer A+ Awards 2020 yang kemudian diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata baru di Semarang, Jawa Tengah. Kemenangan itu diumumkan pada 4 Agustus 2020 lalu di New York, Amerika Serikat. Tahun ini, panitia penghargaan menerima 5 ribu karya dari lebih 100 negara dalam berbagai kategori.

''Saya berharap dengan memanfaatkan kayu sebagai bahan ramah lingkungan dan teknik konstruksi dapat memberikan motivasi bagi pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia untuk bisa menghasilkan karya-karya yang kreatif dan inovatif. Sehingga dapat mendorong potensi pariwisata di Semarang agar semakin meningkat dan menciptakan sustainable tourism,'' kata Wishnutama Subandio selaku Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf).

Nilai tambah dari perpustakaan ini adalah lokasinya yang terletak di pusat kota, tepatnya di Taman Kasmaran. Destinasi ini juga memiliki pemandangan yang indah ke Kampung Pelangi sehingga mampu mencuri perhatian voters dunia.

Konsep Warak Kayu memakai teknik desain ala rumah panggung tradisional yang biasa dipakai di sejumlah daerah Indonesia. Teknik ini mengatur alur ventilasi udara, pencahayaan, dan konsep multifungsi suatu ruangan. Ruang atas tersedia, begitu juga ruang bagian bawah. Pada ruang bagian bawah bisa difungsikan untuk berbagai kegiatan yang bisa dilakukan warga.

''Ada elemen seating tribune yang bisa dipakai untuk duduk, aktivitas workshop, atau berkumpul. Ada ayunan kayu untuk anak-anak, serta di dalam perpustakaan ada jaring atau net yang dapat digunakan untuk membaca,'' ujar Florina.

Direktur & Founder SHAU Indonesia, Daliana Suryawinata, menjelaskan Microlibrary Warak Kayu adalah perpustakaan pertama di Semarang yang 100 persen terbuat dari bahan kayu bersertifikat SVLK dan 98 persen FSC yang diprefabrikasi oleh PT Kayu Lapis Indonesia. Prinsip desainnya tropis, passive energy dan multi-programmatic.

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, desain dinding Warak Kayu menyerupai sisik kulit Warak yang berbentuk wajik. Diharapkan desain ini bisa menfilter cahaya matahari langsung agar panasnya tidak masuk. Selain itu, penghawaan silang bisa mendinginkan interior bangunan tanpa ac. ''Terdapat juga secondary layer untuk menghalangi hujan masuk,” jelas Daliana.

Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, mengatakan antusiasme masyarakat terhadap Perpustakaan Micro Warak Kayu sangat tinggi pada bangunan yang dibangun pada akhir 2019 itu. Ia sendiri mengaku terkejut salah satu bangunan di Semarang diakui dunia internasional.

''Konsep rumah panggung sebagai perpustakaan mikro ini sangat menarik perhatian warga untuk datang. Selain itu, microlibrary ini akan menjadi bagian dari rute baru pariwisata kota, di mana akan ada bus tur gratis, yang diharapkan akan menarik minat wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara,'' ujar Hendrar.

---

Referensi: kemenparekraf.co.id | Voaindonesia.com | Akbar Pratama, "Kisah 1001 Mitos-Mitos Unik di Dunia"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini