Selain "Tilik", Ini Daftar Film Pendek Terbaik Indonesia yang Wajib Tonton

Selain "Tilik", Ini Daftar Film Pendek Terbaik Indonesia yang Wajib Tonton
info gambar utama

Kawan GNFI, sejak diunggah di kanal video Youtube pada Senin (17/8/2020), film pendek berjudul ''Tilik'' langsung mendapat respons luar biasa dari warganet dan masyarakat Indonesia. Tercatat hingga hari ini, Minggu (23/8), film berdurasi 32, menit 34 detik itu sudah ditonton sekira 7,7 juta warganet.

Film produksi Ravacana Films ini menceritakan soal perjalanan ibu-ibu dengan menggunakan sebuah truk bak terbuka untuk menjenguk ibu lurah yang masuk IGD di sebuah rumah sakit di kota. Dalam menempuh perjalanan yang cukup lama itu, sosok Bu Tejo kerap dominan membicarakan berbagai hal, terutama soal kembang desa bernama Dian.

Celoteh Bu Tejo, dan ibu-ibu lainnya pun nyatanya karib dengan obrolan masyarakat kebanyakan dalam kesehariannya, bergosip, pamer, dst. Tak heran, film pendek ini mendulang berbagai respons publik dan warganet.

''Ketika ibu-ibu di truk terlihat lebih natural daripada artis ftv,'' demikina kata penonton di kolom komentar.

Meski begitu, film ini ternyata bukan film baru, melain film yang diproduksi pada 2018. Dan yang membanggakan, film inipun telah meraih tiga penghargaan domestik maupun internasional.

Penghargan tersebut berupa;

  • Film Pendek Terpilih di Piala Maya 2018,
  • Official Selection Jogja-Netpac Asian Film Festival 2018, dan
  • Official Selection World Cinema Amsterdam tahun 2019.

Secara umum, film tersebut mengajarkan kepada kita bahwa jangan gampang menerima informasi yang belum tentu akurat, terlebih mendapatkan informasi itu dari internet. Karena seperti kita tahu, kabar bohong (hoaks) cukup mengambil porsi yang lumayan masif di dunia maya.

Prestasi film pendek

Film karya sutradara Wahyu Agung Prasetyo dan diproduseri Elena Rosmeisara ini merupakan hasil kerjasama Ravacana Films dengan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ravacana Films merupakan sebuah Production House (PH) asal Yogyakarta yang berdiri atas semangat anak-anak muda untuk menghadirkan karya-karya film maupun video yang dapat bersaing di kancah nasional maupun internasional.

Karya mereka yang berupa film pendek, film web series, iklan layanan masyarakat, company profile, dan event documentation.

Beberapa penghargaan dan prestasi yang diraih PH yang berdiri sejak 2015 itu, antara lain;

  • Pemenang film pendek favorit Moviestifal Kantor Pos Indonesia 2015,
  • Pemenang film fiksi pendek terbaik ACCFEST KPK 2015,
  • Pemenang film fiksi pendek pilihan juri ACCFEST KPK 2015,
  • Nominasi film terbaik festival film pendek Kompas TV 2016, dan
  • Pemenang film fiksi pendek terbaik komedi pilihan juri media XXI Short Film Festival 2016.

Film pendek terbaik Indonesia lainnya

Selain Tilik, banyak juga film-film pendek karya anak bangsa yang layak untuk ditonton. Film-film itu menceritakan soal kegelisahan, problematika, hingga gambaran nyata kehidupan keseharian masyarakat di Indonesia.

Beberapa di antaranya bahkan sudah mendapat penghargaan internasional. Berikut daftarnya seperti penulis sarikan dari berbagai sumber.

Anak Lanang

Sutradara: Wahyu Agung Prasetyo

Tahun produksi: 2017

Anak Lanang menceritakan empat orang anak sekolah dasar (SD) yang membahas kehidupan sehari-hari mereka di atas becak bersamaan dengan peringatan Hari Ibu.

Natalan

Sutradara: Sidharta Tata

Tahun produksi: 2015

Film ini menceritakan soal pulangnya seorang anak laki-laki bernama Resnu yang berjanji akan merayakan misa malam Natal bersama ibunya di Yogyakarta. Kegelisahan dan rindu terhadap ibu menyesaki pikiran Resnu selama perjalanan dari Jakarta bersama istrinya.

Lemantun

Sutradara: Wregas Bhanuteja

Tahun produksi: 2014

Film ini mengisahkan tentang seorang ibu yang membagikan warisan kepada lima orang anaknya. Warisan tersebut bukan berupa tanah, bukan berupa uang, tapi berupa lemari.

Tri sebagai anak tengah, tidak tahu harus membawa pulang lemari itu ke mana. Film ini memperlihatkan perbedaan sifat dari lima saudara dengan akhir yang begitu menyentuh.

Unbaedah

Sutradara: Iqbal Ariefurrahman

Tahun produksi: 2019

Prestasi: Nominasi ACCFEST KPK 2019

Dibintangi oleh Siti Fauziah--Bu Tejo dalam Film Tilik, film ini menceritakan Baedah yang terbiasa “ndobel” melakukan aksinya kembali di acara tujuh harian kematian tetangganya.

Mardiyah yang tidak mendapatkan nasi berkat karena ulah Baedah menjadi geram dan akhirnya mengajak warga untuk menakut-nakuti Baedah dengan berpura-pura menjadi arwah gentayangan.

Kisah di Hari Minggu

Sutradara: Adi Marsono

Tahun produksi: 2017

Prestasi: Nominasi SeaShort Film Festival 2017

Film berjudul Kisah di Hari Minggu mengambarkan seorang ibu rumah tangga yang diribetkan segala tugas, menyiapkan anak-anak ke sekolah, menyiapkan sarapan, namun suaminya masih tidur dan tidak peduli dengan tugas istrinya.

Bahkan ketika istri meminta suami mengantar anak ke sekolah, sang suami masih tetap tidur. Ini membuat istrinya marah, tetapi dia tetap membawa anaknya ke sekolah. Dia tidak menyadari itu adalah hari Minggu.

Something Old, New, Borrowed, and Blue

Sutradara: Mouly Surya

Tahun produksi: 2019

Prestasi: 30th SGIFF Festival Opening 2020

Film ini mengisahkan soal percakapan seorang ibu dan anak pada detik-detik sebelum upacara pernikahan Islam-Jawa. Saat itu mempelai wanita disembunyikan karena dia tidak perlu hadir dalam upacara. Hanya melalui ayahnya, dia akan dipersatukan dengan calon suaminya.

Menggambarkan polah perempuan Indonesia dan budaya patriarki Indonesia, meski berdurasi pendek, pesan film ini boleh jadi sangat mendalam.

Ji Dullah

Sutradara: Alif Septian

Tahun produksi: 2017

Prestasi:

  • Jogja-Netpac Asian Film Festival 2017,
  • 3rd Winner Festival Video Edukasi Kemdikbud 2017.

Alkisah Dullah, yang merupakan seorang haji baru ditawari tetangganya untuk menjadi kepala desa. Merasa tertarik dengan gaji dan status sosial yang akan didapat, Dullah rela merogoh kocek untuk menjadi kepala desa. Jenaka dan memotret masyarakat Indonesia kebanyakan.

Mars (Jangan Pipis Sembarangan)

Sutradara: M. Marhawi

Tahun produksi: 2019

Prestasi: Film pendek terbaik UMN Animation & Film Festival ke-8 (2019)

Film bergenre komedi ini menceritakan Ipul (12 tahun) yang ingin ikut study tour ke Planet Mars bersama teman-teman sekolahnya. Mereka pergi ke Planet Mars dengan menggunakan bus IPIG (Interplanetary Planet in Galaxy).

Ibu Ipul pun membekali Ipun dengan pispot, karena Ipul sering buang air kecil dalam perjalanan. Singkat cerita, setelah menjelajahi planet Mars, tiba-tiba Ipul ingin pipis.

Ia kemudian pipis secara sembarangan dan acak di tanah planet Mars. Lalu, Ipul pun diculik oleh alien sebagai hukumannya.

Prenjak

Sutradara: Wregas Bhanuteja

Tahun produksi: 2016

Prestasi:

  • Winner of Leica Cine Discovery Prize for Best Short Film, 55th Semaine de la Critique, Festival de Cannes 2016,
  • Winner of Cinema Nova Award for Best Short Film, Melbourne International Film Festival 2016,
  • Winner of Best Short Film at Indonesian Film Festival 2016,
  • Winner of Best Short Film at Singapore International Film Festival 2016.

Film pendek ini berkisah tentang seorang wanita bernama Diah. Karena kondisi ekonominya buruk, Diah harus mutar otak agar dapat uang. Akhirnya ia menjual korek api ke Jarwo dengan harga yang cukup fantastis.

Satu batangnya seharga Rp10.000. Mahal banget? Iya! tapi korek api itu jadi laris, sebab, sebatang korek api itu boleh dipergunakan sebagai penerangan untuk melihat bagian kewanitaan Diah.

Prenjak dianggap sebagai film pendek yang menampilkan puisi mengejutkan, gelap, dan nakal.

05.55

Sutradara: Tiara Kristiningtyas dan Mohammad Azri

Tahun produksi: 2016

Prestasi: Global Short Film Award 2016 kategori “Best Cinematography”

Pada 2006, Indonesia dikejutkan dengan bencana gempa bumi yang meluluhlantakan Yogyakarta. Provinsi yang tadinya terkenal dengan suasana nyaman itu, tiba-tiba jadi kota yang dipenuhi isak tangis.

Gempa Yogyakarta itu kemudian jadi inspirasi bagi Komunitas Film Independent Yogyakarta untuk membuat film pendek berjudul 05.55. Ditampilkan dengan format hitam putih dan tanpa dialog sama sekali, film ini cukul kuat menggambarkan situasi saat itu.

Maryam

Sutradara: Sidi Saleh

Tahun produksi: 2002

Prestasi: Venice International Film Festival 2014 kategori ''Best Short Movie''

Film ini menceritakan tentang seorang pembantu rumah tangga bernama Maryam. Meski ia muslim, ia bekerja untuk keluarga Katolik. Maryam pun harus merawat majikan laki-lakinya yang menderita autis, bahkan ia rela menemaninya berdoa di gereja dengan segala keresahan batinnya.

On the Origin of Fear

Sutradara: Bayu Prihantono

Tahun produksi: 2016

Prestasi: Festival film Venice Internasional 2016 program Orizzonti (VIFF 2016)

Film pendek yang satu ini boleh jadi tergolong rumit, yakni menceritakan sebuah masa pada era orde baru. Film ini punya pesan tersirat bahwa kekerasan jadi salah satu cara untuk bisa melanggengkan kekuasaan sebuah pemerintah. Film ini sengaja dibuat untuk memperingati 50 tahun tragedi 1965.

Nah, itulah kawan beberapa film pendek Indonesia yang meraih penghargaan domestik dan dunia internasional. Ragam cerita yang menginspirasi budaya dan kultur masyarakat Indonesia boleh jadi sebagai kekuatan cerita film-film tadi.

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman.

Terima kasih telah membaca sampai di sini