Australia di Era Kemerdekaan RI : "Armada Hitam" dan Lumpuhnya Militer Belanda

Australia di Era Kemerdekaan RI : "Armada Hitam" dan Lumpuhnya Militer Belanda
info gambar utama

Hubungan Indonesia - Australia memang tidak selamanya manis-manis saja. Banyak periode pasang surut antar hubungan kedua tetangga yang berbatasan wilayah teritorial ini, dari dulu hingga sekarang. Dua tetangga dekat ini merayakan hubungan diplomatiknya yang ke-70 akhir tahun lalu. Benar, ikatan kuat antara Australia dan Indonesia sudah terjalin sejak 1945, di era perjuangan kemerdekaan RI. Jangan lupa, Australia adalah salah satu negara yang secara aktif terlibat dalam Perang Dunia II melawan Jepang di medan perang Pasifik, dan melawan Jerman di Eropa. Jadi secara politis, Australia adalah sekutu Belanda, sang penjajah Indonesia.

Namun siapa sangka, pada awal-awal kemerdekaan Indonesia, Australia adalah salah satu negara yang mendukung kemerdekaan Indonesia dengan secara terang-terangan 'memusuhi' Belanda. Australia menjadi pendukung utama kemerdekaan Indonesia dan menjadi negara pertama yang mengirimkan misi diplomatik untuk bertemu Presiden Soekarno.

Ada satu kisah yang mungkin tak banyak orang Indonesia yang tahu. Sebuah drama sejarah yang fenomenal yang dikenal sebagai Black Armada, atau Armada Hitam.

Waktu itu, para pekerja pelabuhan di Australia merupakan kelompok warga Australia pertama yang menunjukan dukungannya bagi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Mereka memboikot seluruh kapal-kapal dari Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia melalui pengerahan kapal-kapal militer yang lewat pelabuhan-pelabuhan di Australia.

Peristiwa ‘Black Armada' ini dimulai ketika sejumlah buruh pelabuhan asal Indonesia di pemukiman Woolloomooloo, Sydney mendengar kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia melalui berita yang disiarkan pada radio gelombang pendek. Awalnya, pada suatu hari di bulan Agustus, seorang pekerja kapal bernama Tukliwon mendengar berita radio yang menggembirakannya di kantor Serikat Pelaut Indonesia (Sarpelindo) di Woolloomoolloo, sebuah kawasan di Sydney. Berita penting pertama, Jepang sudah menyerah kalah. Dan yang kedua lebih penting lagi: proklamasi kemerdekaan Indonesia sudah dibacakan.

s
info gambar

Beberapa hari kemudian Tukliwon dan sejumlah rekannya sesama buruh di kapal ferry milik Belanda diminta untuk kembali berlayar menuju Jawa, Indonesia, untuk mendukung agresi militer Belanda. Namun karena mendukung kemerdekaan Indonesia, mereka menolak perintah tersebut. Tak hanya itu, Tuk, panggilan Tukliwon, menyebarkan berita kemerdekaan tersebut ke rekan-rekan mereka, juga sesama pekerja pelabuhan warga negara Australia.

s
info gambar

Beberapa minggu kemudian, ada kabar lagi.

Bahwa otoritas Belanda yang berkantor di Australia menyatakan akan mengerahkan kapal-kapalnya menuju Indonesia, dan itu berarti buruh-buruh kapal di pelabuhan-pelabuhan harus segera bersiap mengangkat sauh. Para pelaut dari Indonesia menolak bekerja dengan kapal-kapal Belanda, yang disinyalir terkait dengan Nederlandsch Indië Civil Administratie (NICA).

Pemogokan makin merajalela.

Para buruh yang mogok itu sadar bahwa kapal-kapal Belanda yang berangkat ke Indonesia nantinya akan membawa malapetaka bagi saudara-saudaranya di Indonesia. Kapal-kapal itu juga dicurigai memuat senjata dan amunisi. Membiarkannya adalah dosa besar bagi para buruh itu. Boikot ini menyebar ke seluruh pekerja pelabuhan, dan membuat puluhan kapal-kapal besar Belanda tak jadi berangkat. Kejadian ini menjadi perhatian luas, dan mendapat dukungan dari para elit Australia, para pemimpin partai, dan serikat-serikat buruh di negara tersebut.

Pada 24 September 1945, terjadilah boikot besar-besaran terhadap kapal-kapal milik Belanda di Pelabuhan Brisbane dan Sydney, sebelum akhirnya menyebar ke Melbourne dan Fremantle. Aksi boikot ini dengan cepat juga mendapat dukungan dari asosiasi pekerja pelabuhan yang lain mulai dari tukan masak, teknisi mesin, tukang cat kapal, tukang kayu, dan lain-lain.

Akibat aksi ini lebih dari 400 armada kapal milik Belanda yang berlabuh di Australia tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Indonesia, karena tidak ada pekerja pelabuhan yang membantu memasukan barang ke geladak, menyiapkan bahan bakar dan lain-lain. Dan secara signifikan melumpuhkan kekuatan militer Belanda.

Aksi boikot oleh pekerja pelabuhan Australia ini semakin meningkat dan mencapai puncaknya pada 28 September 1945. Pekerja pelabuhan di Sydney menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor kapal Belanda dan juga kantor diplomatik Belanda dan memasang spanduk besar berisi desakan agar Belanda meninggalkan Indonesia - 'hands Off Indonesia'. Dan Sebaliknya, sebulan kemudian pada Oktober 1945, Australia memfasilitasi kembalinya lebih dari 1400 para tawanan perang Belanda asal Indonesia yang berada di Australia, ke tanah air dengan menggunakan kapal kargo Australia, Esperance Bay dari pelabuhan Sydney.

Terima kasih, Australia

Sumber:

Ahsan, Ivan Aulia, and Petrik Matanasi. “Tukliwon, Pelaut Indonesia Yang Melawan Belanda Di Australia.” tirto.id. Tirto.id, January 15, 2018. https://tirto.id/tukliwon-pelaut-indonesia-yang-melawan-belanda-di-australia-cCFx.

Person. “Peristiwa 'Black Armada' Bukti Dukungan Warga Australia Di Awal Kemerdekaan RI.” Republika Online. Republika Online, August 23, 2015. https://www.republika.co.id/berita/ntj4f3/peristiwa-black-armada-bukti-dukungan-warga-australia-di-awal-kemerdekaan-ri.

Seamuseum. “Black Armada.” Australian National Maritime Museum. Accessed August 25, 2020. https://www.sea.museum/2015/08/17/black-armada.

Wibawa, Oleh Tasha. “70 Tahun Hubungan Indonesia Dan Australia Dipenuhi Banyak Kesalahpahaman.” Indonesian. Australian Broadcasting Corporation, January 3, 2020. https://www.abc.net.au/indonesian/2020-01-04/70-tahun-hubungan-diplomatik-australia-dan-indonesia/11839228.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini