Meski Surga Bagi Paus, Ada Bahaya Mengintai di Laut Sawu. Apa Itu?

Meski Surga Bagi Paus, Ada Bahaya Mengintai di Laut Sawu. Apa Itu?
info gambar utama

Indonesia sebagai negara kepulauan, tentunya memiliki pelbagai struktur kawasan perairan yang cukup luas. Salah satu laut yang menjadi surga bagi mamalia laut, Cetacea--ragam paus dan lumba-lumba, adalah Laut Sawu yang terletak di wilayah NTT.

Secara umum, Cetacea dibagi menjadi tiga grup, yakni Cetacea besar dengan ukuran tubuh lebih dari 9 meter--lazim disebut Paus Sejati (paus baleen dan paus sperma), Cetacea denganl ukuran 4-9 meter (paus pembunuh, paus pilot, paus putih, paus pedang/Nawrhal, dan paus hidung botol/Beaked Whale), dan grup ketiga yakni Cetacea kecil dengan panjang 1,5-4 meter (lumba-lumba dan Porpois).

Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang, Ikram Sangadji, menyebut wilayah Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu memang menjadi surga bagi para mamalia laut tersebut.

''Perairan NTT, khususnya Laut Sawu, itu menjadi perairan yang subur dan dijadikan tempat mencari makan dan beristirahat bagi lumba-lumba, paus, dan jenis Cetacea lainnya," katanya dalam Republika.co.id (23/7/2020).

Ikram menyebut, kawasan perairan dengan 3,35 juta hektare itu merupakan wilayah yang kaya dengan sumber makanan bagi para paus dan dan mamalia laut lain. Bahkan menurutnya, laut tersebut merupakan rute perjalanan mamalia laut yang melakukan perjalanan dari Australia menuju Laut seram, Laut Banda, dan masuk ke Laut Sawu untuk mencari makan dan beristirahat.

Secara umum, TNP Laut Sawu dan sekitarnya di NTT meliputi dua bagian. Wilayah perairan Selat Sumba dan sekitarnya seluas 557,8 ribu hektare dan wilayah perairan Pulau Sabu-Rote-Timor-Batek dan sekitarnya seluas 2,8 juta hektare.

Santapan lezat yang berlimpah

Kepada Mongabay Indonesia (23/7), Ikram menjelaskan bahwa ada empat koridor utama di Laut Sawu. Dua koridor dengan frekuensi tinggi penampakkan paus yakni di Laut Timor bagian utara dan koridor kedua berada di laut utara Pulau Sumba. Sementara untuk koridor dengan frekuensi rendah terdapat di Perairan Pulau Rote dan Sabu.

Dari monitoring distribusi dan kemunculan Cetasea, yang dilakukan pada Oktober 2019, ditemukan kemunculan 3 paus biru (Balaenoptera musculus) di bagian utara Pulau Timor. Ia menyebut, lazimnya di perairan lain paus muncul 2-3 tahun sekali, tetapi di Laut Sawu sepajang tahun pasti ditemukan paus.

Laut Sawu yang menjadi surga para Cetasea ini karena banyak terdapat ikan-ikan kecil yang menjadi makanan utama mereka.

''Laut Sawu berdasarkan hasil survey BKKPN dan ITB tahun 2016 ditemukan 54 larva ikan ekonomis penting di regional Sumba dan Timor,'' jelasnya.

Itu artinya, sambung Ikram, penyebaran larva ikan ekonomis menjadi sangat penting dan berkorelasi dengan perlintasan paus di Laut Sawu pada dua koridor utama. Dengan berlimpahnya makanan saban bulannya di dua koridor itu, menjadi alasan frekuensi kemunculan paus di koridor itu menjadi sangat tinggi.

Sementara Kepala Perwakilan Misool Flores Timur, Maria Yosefa Ojan, mengatakan bahwa perairan Solor merupakan salah satu perairan yang memiliki keanekaragaman yang tinggi. Berdasarkan penelitian Misool Baseftin tahun 2016-2017 dan studi Benjamin Kahn, setidaknya ada 32 spesies megafauna laut yang berkumpul di perairan ini.

peta sebaran fauna laut sawu
info gambar

Bahaya mengintai

Selain memiliki sumber makanan yang berlimpah, Laut Sawu juga menjadi zona paling berbahaya bagi para paus. Dalam kurun waktu sembilan bulan terakhir, gerombolan paus pilot kembali terdampar dan mati di perairan Kabupaten Sabu Raijua, NTT.

Bahkan pada awal Agustus 2020, sekitar 11 Paus Pilot (Globicephala macrorhynchus) ditemukan terdampar di Pantai Lie Jaka, Kelurahan Ledeunu, Kecamatan Raijua, Kabupaten Sabu Raijua.

Hanya satu dari 11 paus tersebut yang berhasil diselamatkan oleh tim gabungan BBKSDA NTT dan BKKPN Kupang. 10 ekor sisanya ditemukan warga pesisir dalam kondisi mati lemas.

Timbul Batubara, Kepala BBKSDA NTT, mengatakan penyebab kematian hewan satwa tersebut belum dapat dipastikan dan diperlukan kajian yang lebih mendalam dan konprehensif soal itu.

“Hasil koordinasi dengan BKKPN Kupang dan Camat Raijua, Titus Duri, yang berada di lokasi TKP, terhadap paus yang sudah mati karena kendala kesulitan alat berat, maka penguburan akan dilaksanakan secara manual di Pantai Lie Jaka pada hari Jumat tanggal 31 Juli 2020 yang didahului dengan upacara adat,” bebernya pada awak media.

Meski begitu, Timbul memprediksi penyebab sering terdamparnya paus pilot di perairan pantai diduga karena disorientasi arah.

''Sifat dari paus ini hidup berkelompok dalam jumlah yang banyak sehingga jika salah satu terdampar, maka kemungkinan besar anggota lainnya akan ikut terdampar. Sebagai informasi bahwa perairan Laut Sawu merupakan jalur migrasi paus dan setiap tahun pada periode yang sama sering terjadi peristiwa terdamparnya mamalia laut,'' bebernya.

Pada pekan terakhir Juli 2020 juga ditemukan seekor Paus Biru sepanjang 23 meter dengan tinggi sekitar 4 meter dan berat lebih dari 1 ton terdampar di Pantai Batu Kapala, Kelurahan Nunhila, Kecamatan Alak, Kupang.

paus pilot yang terdampar
info gambar

Penjelasan ahli

Pakar kelautan dan perikanan dari Universitas Nusa Cendana (Undana), Chaterina Agusta Paulus, menjelaskan bahwa wilayah perairan Laut Sawu sangat dinamis, sehingga menyebabkan paus sering terdampar di perairan itu.

''Paus sering terdampar di Sabu Raijua karena di wilayah perairan Laut Sawu sangat dinamis merupakan pertemuan dua massa arus besar, massa air dari Samudera Hindia dan Laut Banda,'' jelas Chaterina, mengutip Antara.

Penyataan tersebut merespons penyebab paus sering terdampar di pantai Sabu Raijua NTT. Selama bulan Juli dan awal Agustus 2020 lalu misalnya.

Sementara Lektor Kepala Bidang Keahlian Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Pulau-pulau Kecil itu, menyebut bahwa kawasan ini secara oseanografi termasuk laut dengan arus yang cukup kuat di Indonesia.

''Laut yang dalam menjadikan Laut Sawu bagaikan kolam raksasa yang sangat dinamis akibat pergerakan massa air laut,'' tambahnya.

Fenomena upwelling atau pengadukan massa air laut dalam yang dingin dan air permukaan yang hangat, menjadikan daerah perairan ini merupakan kawasan dengan produktivitas perairan yang sangat tinggi. Kedalaman perairan yang mencapai 4.000 meter dan tebing palung yang curam merupakan ciri dominan bentangan Laut Sawu.

Meski begitu, ia juga menyebut bahwa Laut Sawu selain merupakan daerah dengan upwelling tinggi, juga merupakan daerah dengan upwelling rendah.

Upwelling tertinggi merupakan laut dalam yang sesuai untuk jalur raya paus. Selain sebagai tempat mencari makan paus, kondisi kedalaman laut juga zona ideal para paus berkomunikasi satu sama lainnya melalui saluran SOFAR (Sonar Fixing and Ranging Channel).

Sementara daerah Upwelling rendah yang juga merupakan tempat berkumpulnya santapan paus kerap menggiring mamalia laut itu ke arah perairan yang lebih dangkal, hingga menyebabkan mereka terdampar karena terdorong arus laut dan ombak.

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman.

Terima kasih telah membaca sampai di sini