Voluntourism, Tren Wisata Baru yang Potensial Untuk New Normal di Indonesia

Voluntourism, Tren Wisata Baru yang Potensial Untuk New Normal di Indonesia
info gambar utama

Jika ditilik dari siapa pelopornya, maka Nila Tanzil adalah wanita di balik yang berusaha untuk terus mempopulerkan konsep wisata ini, yaitu voluntourism. Sebuah konsep wisata yang mengawinkan antara volunteer dengan tourism.

Dikisahkan Tempo pada tahun 2016, kala itu Nila masih berusaha untuk mengenalkan konsep wisata ini khusus untuk pelancong dari dalam negeri. Sedikitnya sudah satu dekade konsep volutourism sebenarnya sudah mulai terdengar di Indonesia, hanya saja kurang populer. Justru ini masih lebih populer di kalangan pelancong asing yang datang ke Indonesia.

Menurut Nila, voluntourism adalah sebuah konsep pelesiran yang tak melulu buang-buang uang mengisi waktu senggang. Di sela-sela kegiatan memanjakan diri, turis akan diajak memanjakan masyarakat lokalnya dengan menjadi relawan. Apalagi Indonesia memiliki banyak ‘’surga’’ tersembunyi yang dikelilingi oleh masyarakat dan anak-anak yang ‘’kurang’’ beruntung.

Pertama Kali Dikenalkan ke Dunia oleh Amerika Serikat

Sejarah Voluntourism
info gambar

Terdapat laman khusus yang menjelaskan tentang voluntourism, yaitu di www.volutourism.org. Namun, jika GNFI bisa meringkas, sebenarnya konsep wisata ini mulanya berkembang di Amerika Serikat berkat keberadaan Peace Corps, sebuah lembaga independen di sana yang rajin mengirimkan relawannya ke negara-negara berkembang.

Konsep wisata-relawan ala Peace Corps ini kemudian dikemas dalam bentuk wisata oleh Earthwatch sekitar 1971. Uniknya, meski konsep wisatanya sudah digunakan puluhan tahun silam, kata voluntourism ini populer setelah digunakan oleh Nevada Board of Tourism tahun 1998.

Popularitasnya berada di puncak saat tahun 2012 dan berhasil menggaet sedikitnya 1,6 juta pelancong yang berangkat menggunakan konsep hingga 2014. Total uang yang dikeluarkan para pelancong itu tercatat sampai 2 milyar dolar AS.

Hingga akhirnya para pelancong voluntourism ini ‘’menemukan’’ Indonesia sebagai destinasi baru mereka. Dan Nila Tanzil melalui Travel Sparks-nya tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Meski awalnya dia menyayangkan bahwa hampir 90 persen kliennya adalah wisatawan asing.

‘’Rata-rata dari Eropa, Amerika (Serikat), yang memang well prepared untuk liburan,’’ ungkapnya dikutip Tempo (20/07/2016).

Kala itu, Nila membawa konsep voluntourism ini untuk fokus pada pendidikan anak-anak di Indonesia Timur, khususnya di Flores. Cara kegiatan yang dia tawarkan adalah dengan menyisipkan agenda volunteer di Taman Bacaan Pelangi di tengah-tengah agenda wisata.

Setelah puas diving, trekking, snorkelling, para turis akan berbagi ilmu yang dia miliki di Taman Bacaan Pelangi. Bahkan tak hanya berbagi ilmu, Nila juga menawarkan kepada para turis asing itu untuk menginap di rumah-rumah penduduk dan berinteraksi langsung dengan penduduk lokal.

Faktanya, sebagian besar dari kliennya selalu kembali lagi bahkan memboyong keluarga beserta anak-anaknya. Tentu saja ini menjadi salah satu kegiatan alternatif mendidik anak-anak sehingga mereka juga merasakan liburan yang lebih berkesan.

‘’Mereka belajar untuk berempati, menghargai keberagaman, menghormati alam, dan budaya lokal,’’ kata dia.

Tren Baru Untuk New Normal Berwisata di Indonesia

Wisata Ala New Normal
info gambar

Seiring berjalannya waktu, meski belum begitu populer di kalangan para pelancong lokal Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) rupanya optimis bahwa konsep voluntourism akan menjadi salah satu tren wisata yang akan naik daun. Terutama pasca pandemi Covid-19 berlalu dan kehidupan new normal akan terbentuk.

‘’Jadi, sekarang trennya adalah anak-anak muda datang sebagai voluntourism dalam rangka menciptakan rasa kepedulian terhadap alam dan budaya destinasi wisata Indonesia. Voluntourism mengandung makna wisata yang bertanggungjawab, dengan melakukan kegiatan pariwisata sambil menjadi sukarelawan,’’ ungkap Rizki Handayani, Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan, saat melakukan seminar daring bertajuk ‘’New Normal Stage’’, Jumat (28/08/2020).

Di samping itu dalam rilis Indeks Optimisme Generasi Muda Indonesia 2020 yang dilakukan oleh Good News From Indonesia (GNFI) bersama DataMixr dan Fieldwork Indonesia juga memperlihatkan bahwa sektor Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan memperoleh angka net indeks tertinggi sebesar 68 persen.

Secara rinci rilis indeks tersebut melihat bahwa sektor ini dipandang paling optimis oleh para generasi muda terutama soal perkembangan pariwisata nasional. Mudahnya akses informasi melalui internet semakin membuka pengetahuan generasi muda terkait pengenalan-pengenalan tempat-tempat wisata baru yang bisa didapatkan dengan mudah dan cepat.

Tak heran jika tren berwisata nantinya diprediksi akan menjadi salah satu sektor yang masih dan paling banyak popular di kalangan generasi muda. Dan hal ini juga tentu diharapkan bisa menguatkan konsep wisata voluntourism di Indonesia di kalangan para pelancong lokal.

Terkait dengan kebiasaan baru pasca pandemi Covid-19 nanti, konsep voluntourism juga dinilai Rizki sangat lekat dengan penerapan protokol kesehatan berbasis cleanliness, health, safety, and environmental sustainability (CHSE). Sehingga ini dapat meningkatkan kembali kepercayaan wisatawan yang ingin berkunjung ke sebuah destinasi wisata di Indonesia.

Jadi, sudah siap-siap kemana nih liburannya? Tetap jalankan protokoler kesehatan ya..

--

Sumber: Kemenparekraf/Baparekraf | Voluntourism.org | Tempo

--

Baca Juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini