Menikmati Segarnya ''Kolam Renang Pribadi'' di Gua Rangko NTT

Menikmati Segarnya ''Kolam Renang Pribadi'' di Gua Rangko NTT
info gambar utama

Kawan GNFI, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memang memiliki ragam destinasi wisata yang unik, mulai dari desa adat, pantai, hingga gua. Tak heran jika kawasan ini jadi salah satu destinasi wisata yang digenjot pembangunannya oleh pemerintah.

Jika kawan mengunjungi kawasan ini, khususnya di Pulau Flores, dan mulai bosan dengan wisata pantai dan pulau, maka kawan dapat memilih salah satu lokasi wisata alternatif, yakni Gua Rangko.

Terletak di Tanjung Boleng, Desa Rangko, Manggarai Barat, NTT, gua yang juga dikenal dengan nama Gua Buaya ini di dalamya terdapat kolam yang diibaratkan sebagai kolam renang pribadi dengan air yang cukup jernih dan dingin.

Untuk menyambangi gua ini, knda dapat melakukan perjalanan dari Labuan Bajo dengan waktu tempuh sekitar satu jam perjalanan. Karena memang Gua Rangko secara geografis tak jauh dari laut, dan rongga-rongga atau celah di dalam gua pun terhubung langsung ke laut.

Karena langsung terhubung dengan laut, maka air kolam itu merupakan perpaduan mata air dari dasar kolam dengan air laut. Rasanya payau meski cenderung asin. Meski begitu, air kolam Gua Rangko cukup tenang tak beriak. Cocok bagi kawan yang menyukai berenang dalam ketenangan.

Kawan pun jangan terlalu terlena ketika di dalam kolam, karena tajamnya ujung stalakmit yang ada di dasar kolam bisa menjadi petaka yang tak disangka.

Selain indah, di dalam gua ini tak ditemukan kelelawar seperti pada gua-gua lain pada umumnya. Jadi tak perlu was-was saat hendak masuk.

Pancaran sinar matahari yang masuk melalui rongga langit-langit gua pun membantu penerangan di dalam gua, sehingga birunya kolam pun dapat terlihat hingga ke dasar kolam. Waktu yang disarankan untuk mengunjungi gua ini adalah antara pukul 12.00 WITA hingga 14.00 WITA.

Lokasinya masih terpencil

Lokasinya yang terpencil membuat hanya sebagian wisatawan yang mengetahui dan tertarik dengan keberadaan gua ini. Para pengunjung biasanya datang dengan pemandu lokal dan menyewa kendaraan secara kolektif.

Sepengalaman penulis, untuk mencapai gua itu membutuhkan waktu kurang lebih satu jam dari Labuan bajo untuk sampai ke titik penyeberangan di Desa Rangko. Jika ingin menyewa motor, biasanya penduduk lokal atau tempat penyewaan motor di Labuan Bajo akan mematok tarif Rp150 ribu sampai Rp200 ribu per hari.

Dari titik penyeberangan Desa Rangko, kawan bisa menyewa perahu penduduk lokal menuju mulut gua. Tarifnya Rp300.000 untuk perjalanan pulang dan pergi. Butuh waktu sekitar 20 menit dalam melakukan perjalanan air itu hingga tiba di mulut gua.

Pengunjung diharuskan membayar tiket masuk Rp10.000 per orang. Namun, jangan harap ada beragam fasilitas di mulut gua tersebut.

Dari pantauan penulis, Dinas Pariwisata Manggarai Barat memang masih belum serius mengembangkan sarana dan prasarana Gua Rangko menjadi objek wisata gua potensial. Karenanya, sebelum menuju gua ini penting kiranya kawan melengkapi bawaan dengan makanan ringan atau perlengkapan pendukung perjalanan lain seperti obat-obatan dan pakaian ganti.

Wisata NTT makin populer dari tahun ke tahun

Sebagai salah satu tempat pencanangan wisata Bali Baru, kawasan Labuan Bajo memang tak pernah surut dari wisatawan, baik dari domestik maupun mancanegara. Meski belum semua potensi kawasan wisata memiliki sarana dan fasilitas yang lengkap.

Melalui data teranyar Badan Pusat Statistk (BPS) wilayah NTT, Labuan Bajo menjadi salah satu destinasi paling ramai dikunjungi ketimbang lokasi atau wilayah lainnya di NTT.

Meski terlihat fluktuatif, namun dari data yang tampak di bawah bahwa dalam kurun 12 tahun terakhir jumlahnya mencapai 734.704 wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Sedangkan untuk kawasan paling populer dikunjungi adalah Kabupaten Manggarai Barat dengan 319.142 pelancong, kemudian Ende dengan 83.093 pelancong.

Wajar saja wilayah Manggarai Barat menjadi salah satu destinasi wisata, karena Labuan Bajo menjadi salah satu destinasi wisata favorit di NTT, belum lagi dengan adanya pulau-pulau eksotik di sana, seperti Pulau Rinca dan Pulau Komodo.

data wisatawan NTT

Selain jumlah wisatawan, tentunya pemerintah daerah setempat juga terus mendorong kearifan lokal sebagai salah satu tulang punggung perkembangan ekonomi kawasan.

Jika kawan berkunjung ke wilayah NTT, maka Labuan Bajo adalah kawasan yang paling ramai dengan turis. Toko buah tangan dan merchandise yang menjual kopi dan kerajinan tangan khas Flores banyak bertebaran di sana.

Hal lain yang digenjot pemerintah daerah Provonsi NTT adalah soal jumlah hotel dan penginapan untuk menampung wisatawan yang saban tahunnya terus naik.

Statistik jumlah sebaran penginapan maupun hotel di Provinsi NTT yang terpantau oleh BPS NTT dalam dua tahun terakhir (2018-2019), menyebutkan bahwa Kabupaten Manggarai Barat tercatat memiliki jumlah penginapan dan hotel tertinggi dengan jumlah 97 hotel dan penginapan pada kurun itu.

Kemudian yang kedua ada di Kota Kupang dengan jumlah 88 hotel dan penginapan, naik 3,5 persen dari jumlah di tahun 2018 (85 hotel dan penginapan). Sementara di Kabupaten Ende menempati tempat ketiga dengan jumlah hotel dan penginapan terbanyak di NTT, yakni dengan jumlah 59 hotel dan penginapan.

Jumlah hotel dan penginapan di NTT

Meski demikian, catatan lain BPS NTT menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur tempat menginap tersebut tak hanya dilakukan pada wilayah favorit saja, melainkan pada wilayah pelosok.

Pada 2019 tercatat wilayah Kabupaten Alor yang memiliki persentasi pertumbuhan hotel dan penginapan tertinggi di NTT. Angkanya mencapai 72,7 persen, yakni dari 11 hotel dan penginapan pada 2018 menjadi 19 hotel dan penginapan pada 2019.

Kemudian yang kedua ada di wilayah Manggarai dengan pertumbuhan hotel dan penginapan sebesar 42,8 persen. Dari jumlahnya yang hanya 21 hotel dan penginapan pada 2018, menjadi 30 hotel dan penginapan pada 2019.

Lalu posisi ketiga soal pesatnya petumbuhan hotel dan penginapan ada di Kabupaten Rote Ndao, Pulau Rote, dengan pertumbuhan sebesar 24 persen. Dari 25 hotel dan penginapan pada 2018 menjadi 31 hotel dan penginapan pada 2019.

Pertumbuhan hotel dan penginapan di NTT

Nah kawan, dari data di atas sudah saatnya kita sambangi NTT dengan segala keunikan dan keterbatasannya. Justru letak keseruannya adalah ketika kita berkunjung ke lokasi wisata kurang populer dengan segala keterbatasannya. Di sanalah semua petualangan dimulai.

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman.

Terima kasih telah membaca sampai di sini