Berdasarkan data Opus Creative Economy Outlook 2020, sektor ekonomi kreatif Indonesia diperkirakan mampu menyumbang hingga Rp1.100 triliun ke Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Sumbangan terbesarnya berasal dari tiga subsektor industri ekonomi kreatif, yaitu kuliner, fesyen, dan kriya (kerajian).
‘’Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) yang dikeluarkan Bekraf (Badan Ekonomi Kreatif), tiga kontributor terbesar PDB ekonomi kreatif Indonesia pada tahun 2017 adalah subsektor fesyen sebanyak 41,4 persen, lalu kuliner 17,6 persen, dan kriya hampir 15 persen.’’
‘’Ketiga subsektor ini juga merupakan penyumbang ekspor Indonesia teratas. Yang pertama adalah fesyen sebesar 11.964 juta dolar Amerika Serikat, lalu kriya sebanyak 6.000 juta dolar Amerika Serikat, baru kuliner (menyumbang sebesar) 1.300 juta dolar Amerika Serikat,’’ jelas Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Wishnutama Kusubandio, dikutip Detik (28/8/2020).
Sejak tahun 2017 itu hingga saat ini Indonesia masih mampu bertengger di urutan ketiga dunia sebagai negara dengan kontribusi ekonomi kreatif terbesar ke PDB nasionalnya, setelah Amerika Serikat dan Korea Selatan. Total kontribusinya mencapai 7,28 persen terhadap PDB.
Sedangkan Amerika Serikat mencapai 11,36 persen dan Korea Selatan menyumbang 8,9 persen.
Opus Creative Economy Outlook juga memperkirakan bahwa kontribusi ekonomi kreatif Indonesia terhadap perekonomian nasional bisa saja meningkat menjadi 7,44 persen.
‘’Pekerjaan Rumah’’ Sektor Ekonomi Kreatif Tanah Air
Meski mendapat outlook yang menggembirakan dan menjanjikan, tidak serta merta bahwa hal ini terbebas dari rintangan dan tantangan. Ditambah sepanjang tahun 2020, dampak pandemi Covid-19 terbukti mengguncang sektor ekonomi dalam segala bidang, termasuk ekonomi kreatif.
Wishnutama pernah bilang bahwa yang terpenting adalah membangun ekosistem yang kondusif agar produk lokal dapat menjadi pemimpin di pasar sendiri. Bahkan bukan tak mungkin bisa memimpin di pasar dunia.
Untuk diketahui, perbandingan jumlah produk kreatif lokal dengan produk impor di berbagai market place di Indonesia tercatat tidak seimbang. Di layanan e-commerce Indonesia saat ini, 70 persen masih diisi oleh produk ekonomi kreatif dari luar negeri. Sedangkan produk ekonomi kreatif lokal baru mampu mengisi tidak lebih dari 10 persen.
Untuk itu pihak Kemenparekraf diketahui akan melahirkan peraturan atau regulasi yang melindungi perkembangan ekonomi kreatif domestik. Terutama mengenai transfer ilmu pengetahuan dan kemampuan untuk pelaku kreatif di Indonesia kepada generasi milenial yang dinilai menjadi bibit unggul entrepreneur ekonomi digital di sektor ekonomi kreatif.
Selain itu, Indonesia juga sebenarnya punya potensi di 14 subsektor ekonomi kreatif lainnya, yaitu arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, desain produk, film-animasi-video, fotografi periklanan, musik, aplikasi, pengembangan permainan, penerbitan, periklanan, televisi dan radio, seni pertunjukkan, dan seni rupa.
Meski hanya memilih tiga subsektor prioritas (fesyen, kuliner, dan kriya), namun Wishnutama mengungkapkan bahwa tiga subsektor ini memiliki daya ungkit yang besar, yang mampu mendorong subsektor lainnya untuk bergerak.
‘’Subsektor ini mungkin sekarang masih kecil, tapi mereka bisa mendorong subsektor lain. Ketika kita bicara film, kita bisa promosikan baju Indonesia, destinasi Indonesia, dan banyak hal lagi. Jadi tiga subsektor ini juga perlu jadi perhatian kita untuk terus didorong,’’ ungkap Wishnutapa dikutip Alinea (30/8/2020).
Meski begitu ada tiga subsektor yang menjadi ‘’calon’’ potensial yang dapat bersaing secara internasional, yaitu film, musik, dan aplikasi gim.
Menurut Kawan GNFI, mana yang kira-kira bakal paling diunggulkan dari Indonesia? Jangan lupa kalau lawan kita adalah K-pop dari Korea Selatan, loh.
Indonesia Jadi Inisiator Resolusi Ekonomi Kreatif Dunia 2021
Indonesia patut berbangga! Meski masih berada di posisi ketiga sebagai negara dengan kontribusi ekonomi kreatif terbesar di dunia, namun Indonesia mampu menjadi ‘’pemimpin’’ dalam sebuah tajuk ekonomi kreatif tingkat dunia. Bahkan hal ini sudah disetujui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pada 2021 mendatang, Indonesia akan menjadi inisiator International Year of Creative Economy for Sustainable Development. Inisiatif ini merupakan salah satu resolusi dalam upaya mendorong pentingnya ekonomi kreatif dalam mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 mendatang.
Ini adalah kali pertama Indonesia memprakarsai keputusan di PBB dalam bentuk resolusi ekonomi kreatif. Bahkan Amerika Serikat dan Korea Selatan yang merupakan dua negara ekonomi kreatif terbesar di dunia belum pernah menjadi inisiator resolusi sejenis.
Inisiasi ini semakin menunjukan bahwa Indonesia semakin diperhitungkan di tingkat dunia dalam sektor bisnis ekonomi kreatifnya. Bahkan Indonesia justru lebih unggul dari Amerika Serikat dalam serapan tenaga kerja ekonomi kreatifnya.
Hal ini pernah disampaikan oleh Wishnutama bahwa pada 2019 serapan tenaga kerja ekonomi kreatif Indonesia mampu mencapai angka 17 juta orang. Sedangkan Amerika Serikat baru mampu menyerap 4,7 juta pekerja ekonomi kreatif pada periode tahun yang sama.
--
Sumber: Finance Detik | Alinea | Samudranesia | Bisnis
--
Baca Juga:
- Indonesia Jadi Inisiator Resolusi Ekonomi Kreatif Dunia 2021
- Konon, Indonesia Punya Siklus Masa Kejayaan Setiap 7 Abad. Ini Penjelasannya!
- Kelak Jabodetabek-Punjur Jadi Wilayah Metropolitan Terbesar Pertama Dunia
- Turut Mendukung Perkembangan UMKM, Ridwan Kamil Buka Kesempatan Kolaborasi
Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News