Rekomendasi Buah Tangan Unik Khas Mentawai

Rekomendasi Buah Tangan Unik Khas Mentawai
info gambar utama

Mentawai merupakan daerah kepulauan yang masih termasuk dalam wilayah Provinsi Sumatera Barat. Dikenal sebagai salah satu tempat wisata alam yang sangat indah, Mentawai memiliki banyak buah tangan atau oleh-oleh unik yang hanya bisa Kawan temui di sana saja.

Mulai dari kerajinan tangan hingga kuliner, semua tersedia ketika Kawan berkunjung ke Mentawai. Apa saja ya oleh-oleh yang bisa dibawa pulang? Yuk, disimak.

Gelang Letcu

Gelang letcu Mentawai | Foto: gpswisataindonesia.info
info gambar

Gelang letcu adalah salah satu kerajinan anyaman unik dari Mentawai. Kerajinan tangan ini terbuat dari perpaduan rotan dan pakis hutan yang dianyam menjadi gelang. Sebenarnya, anyaman ini awalnya bukan berfungsi sebagai aksesoris, melainkan sebagai pengikat anak panah.

Namun saat ini, gelang letcu lebih dikenal sebagai aksesoris dan banyak pula wisatawan yang suka dengan kerajinan tangan khas Mentawai ini. Gelang letcu juga mulai dipasarkan di daerah Indonesia yang cukup banyak tempat wisata, seperti Yogyakarta dan Bali.

Gelang Osap

Masih dengan gelang, sesuai namanya gelang osap ini terbuat dari tumbuhan menjalar yang dikenal orang Mentawai dengan sebutan “osap”. Walau terbuat dari tumbuhan, namun gelang ini memiliki warna yang mencolok sehingga sangat menarik untuk dilihat.

Gelang osap memiliki keunggulan, yaitu daya tahannya yang terbilang awet. Proses pembuatan gelang osap ini terbilang cukup rumit. Di pasaran gelang osap dijual dengan harga yang terjangkau, padahal untuk membuat gelang ini membutuhkan keterampilan tangan yang cukup tinggi.

Kerajinan Rotan

Mentawai juga terkenal dengan kekayaan sumber daya alamnya, termasuk rotan. Maka dari itu oleh-oleh khas Mentawai tidak bisa jauh dari kerajinan rotan. Umumnya, banyak orang yang tertarik membeli keranjang rotan yang dikenal masyarakat Mentawai dengan sebutan oorek (keranjang rotan).

Bahan baku rotan untuk membuat berbagai kerajinan rotan khas Mentawai ini biasanya diambil langsung dari hutan yang ada di sekitar kawasan Sirilanggai. Membuat kerajinan rotan khas Mentawai juga diperlukan keterampilan tangan yang cekatan dan juga waktu yang tidak sebentar.

Keranjang rotan | Foto: kerajinanindonesia.id
info gambar

Meskipun begitu, harga dari kerajinan rotan terbilang cukup terjangkau. Sebut saja contohnnya keranjang rotan berukuran besar yang hanya dibanderol dengan harga sekitar Rp100.000. Sedangkan untuk yang berukuran kecil hanya sekitar Rp35.000-Rp50.000 saja.

Proses membuat keranjang rotan biasanya membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari meliputi meraut rotan hingga menganyamnya. Sedangkan untuk pembuatan roigen (long ayam) hanya membutuhkan waktu sekitar sehari.

Kerajinan rotan tidak langsung dipasarkan dalam bentuk yang sudah jadi, melainkan harus melalui proses pemesanan terlebih dahulu. Menurut para pengrajin keranjang rotan di Mentawai, apabila ada wisatawan yang tertarik membeli kerajinan rotan maka warga lokal Mentawai akan langsung mengarahkan ke rumah pengrajin rotan terdekat.

Ikan Asin Bose

Ikan asin bose merupakan jenis ikan asin yang berasal dari salah satu kecamatan di Kepulauan Mentawai, yaitu Kecamatan Siberut Utara. Wisatawan yang berkunjung ke Mentawai biasanya akan menyempatkan untuk membeli ikan asin khas Kepulauan Mentawai ini.

Dikenal sebagai salah satu oleh-oleh khas Mentawai yang paling banyak diburu oleh para wisatawan, ikan asin bose memang terkenal berkualitas unggul apalagi jika dibanding dengan ikan asin dari luar daerah Mentawai.

Berbicara mengenai rasa, ikan asin bose memang tidak terlalu asin namun rasanya lebih segar daripada jenis ikan asin pada umumnya. Harga ikan asin bose di pasaran terbilang cukup mahal. Biasanya ikan asin bose dikemas dalam kantong plastik kemasan 500 gr dan dijual dengan harga sekitar Rp55.000.

Obuk

Obuk merupakan salah satu jenis makanan khas masyarakat Mentawai yang sangat unik. Obuk ini terbuat dari sagu yang kemudian dimasak dalam bambu. Mengolah sagu untuk menjadi obuk diawali dengan memarut tepung sagu yang masih basah.

Alat parut yang digunakan juga cukup unik, sebab memakai parutan yang terbuat dari bilah bambu. Proses pemarutan gumpalan tepung sagu basah itu akan menghasilkan tepung sagu yang halus. Pengolahan sagu menjadi obuk berlanjut dengan memasukkan tepung sagu ke dalam ruas bambu yang berdiameter sekitar 3 cm.

Ruas bambu yang sudah berisi tepung sagu tersebut kemudian dibakar di atas bara api. Proses pembakaran membutuhkan waktu sekitar 10 menit. Obuk ini berfungsi sebagai pengganti nasi sebab setelah matang dan bambu dibelah, maka obuk akan dimakan bersama dengan lauk.

Lauk yang dijadikan sebagai teman makan obuk ini biasanya dalam bentuk makanan berkuah, seperti sup ikan yang masih panas. Hal tersebut disebabkan karena obuk yang sudah dingin akan mengeras, sehingga makanan berkuah panas akan bisa melembutkan kembali tekstur obuk tersebut.

Subbet

Subbet juga termasuk kuliner khas Mentawai yang berperan sebagai pengganti nasi. Makanan ini terbuat dari campuran talas dengan pisang kepok yang teksturnya tidak terlalu lunak, namun sudah matang. Masyarakat Mentawai memang suka mengkonsumsi berbagai olahan yang terbuat dari talas.

Subbet makanan unik Mentawai | Foto: indonesiadestinations.com
info gambar

Cara membuatnya cukup mudah. Rebus hingga matang talas dan pisang kepok yang menjadi bahan utama makanan ini. Tumbuk atau ulek hingga halus kemudian campur dengan garam dan gula. Adonan yang sudah halus dan tercampur bumbu tersebut lalu dibentuk menjadi bulatan-bulatan berukuran sedang.

Balur semua bagian adonan yang sudah dibentuk menjadi bulatan-bulatan berukuran sedang itu dengan kelapa parut. Subbet pun siap untuk dihidangkan. Makanan ini memang terkesan sangat sederhana, namun cita rasanya sangat unik, enak, dan tentu saja mengenyangkan.

Kapurut

Kapurut merupakan salah satu olahan tepung sagu khas Mentawai yang dimasak dengan cara yang unik. Proses pembuatan Kapurut mirip dengan Obuk, namun jenis kuliner yang satu ini bukan dimasak dalam ruas bambu melainkan daun sagu.

Membuat kapurut diawali dengan mencampur tepung sagu dengan parutan kelapa. Adonan tepung sagu dan parutan kelapa yang sudah tercampur rata itu kemudian dibungkus dengan daun sagu, dan dibakar dekat perapian selama beberapa menit.

Tekstur kapurut ini lebih keras daripada obuk. Parutan kelapa yang dicampurkan ke dalam tepung sagu juga membuat rasa kapurut lebih gurih, sehingga biasanya makanan ini langsung bisa dijadikan sebagai kudapan dan dimakan bersama secangkir kopi atau teh.

Batra

Batra si ulat sagu | Foto: covesia.com
info gambar

Oleh-oleh khas Mentawai yang dikenal dengan sebutan batra ini termasuk kuliner ekstrim. Bahan utama untuk membuat batra adalah ulat sagu berwarna putih. Walau terlihat menjijikkan, namun sebenarnya ulat sagu kaya protein.

Membuat batra terbilang cukup mudah. Ulat sagu dimasak dengan cara digoreng tanpa minyak, atau dibakar dalam ruas bambu. Ulat sagu juga ada yang dikeringkan, sehingga bisa dijadikan sebagai buah tangan dari Mentawai yang sangat unik.

Rasa ulat sagu atau batra ini mirip dengan jagung rebus. Batra bisa tumbuh alami di dalam batang sagu, namun tidak jarang masyarakat Mentawai membelah batang pohon sagu.

Salah satu sisi batangnya dibiarkan saja terbuka agar tawon besar jenis Rynchoporus Ferrungineus bertelur di dalam batang sagu tersebut. Telur tawon besar tersebut lama kelamaan akan berkembang dalam batang sagu dan selama 7-12 minggu telur akan berubah menjadi ulat sagu berukuran 3-4 cm.

Nah, itulah 8 oleh-oleh khas Mentawai yang bisa Kawan GNFI bawa pulang jika berkunjung ke sana. Unik-unik, ya?*

Referensi: Minangku.com | Sumber gambar cover: Getty Images

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

WP
KO
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini