Unik! Anting Tisu Toilet Buatan Diaspora Indonesia Ternyata Laris di Amerika Serikat

Unik! Anting Tisu Toilet Buatan Diaspora Indonesia Ternyata Laris di Amerika Serikat
info gambar utama

Keterpukulan Amerika Serikat akibat pandemi Covid-19 pernah mencapai puncaknya pada Mei 2020 silam. Kali ini datang dari sektor tingkat pengangguran. Pasalnya, Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat mengklaim total pengangguran terbaru menjadi 30,3 juta orang.

Angka ini disebut-sebut sebagai angka terburuk selama satu dekade terakhir, pun disebut merupakan angka terparah sejak era Depresi Hebat tahun 1930-an. Padahal beberapa negara bagian Amerika Serikat mulai membuka kembali sebagian bisnis dan Presiden Trump pun mendorong dijalankannya kembali roda perekonomian nasional.

Hal tersebut sebenarnya sudah diprediksi oleh Ketua Federal Reserve atau The Fed—bank sentral Amerika Serikat—Jerome powell, bahwa perekonomian Amerika Serikat paling tidak akan mengalami kontraksi ekonomi yang cukup tajam selama paruh pertama 2020. Dan hal itu terbukti secara data.

Untuk menghadapi kondisi tersebut, Kongres Amerika Serikat akhirnya meningkatkan beragam tunjangan pengangguran yang dibayarkan oleh negara-negara bagian sebesar 600 dollar AS per minggu selama empat bulan. Terbatasnya waktu pemberian tunjangan ini pada akhirnya belum cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakatnya.

Dampak pandemi Covid-19 ini juga dirasakan oleh salah satu diaspora Indonesia yang sudah berkeluarga di Amerika Serikat, Allesia Weintraub. Allesia tadinya adalah seorang barista yang bekerja di sebuah kafe di pusat kota Washington, D.C.. Namun terpaksa tutup karena kebijakan yang diberlakukan pihak berwenang untuk mencegah meluasnya penyebaran virus Covid-19.

Allesia dan suaminya pun kini memang dihadapi tantangan untuk berhemat. Namun, tidak ingin berlarut-larut dengan kondisi yang serba terbatas, serta ia pun harus terus mempersiapkan segala kemungkinan terburuk, Allesia pun memutuskan untuk mulai mencari kesibukan lain yang bisa menghasilkan.

Ia pun kembali untuk mengasah hobinya di dunia seni yang pernah ia tekuni dulu, sebelum bekerja sebagai barista. Salah satu bidang seni yang pernah ia geluti adalah membuat asesoris anting yang ia buat sendiri yang terbuat dari tanah liat sintetis atau polymer clay.

‘’Karena memang dulu sempat mulai, tapi nggak seserius sekarang. Karena pertama dulu belum punya banyak teman, belum punya banyak relasi. Jadi masih bingung bagaimana untuk memasarkan secara online,’’ akunya kepada VOA Indonesia (6/5/2020).

Dengan bermodal belajar otodidak melalui berbagai tutorial di Youtube, Allesia pun mampu membuat berbagai bentuk anting-anting yang cantik. Saat GNFI melihat galeri foto karya hasil Allesia di laman akun instagram @designsby.aw, GNFI menemukan salah satu bentuk anting yang dijual adalah berbentuk ayam jago dalam mangkok bakso yang khas digunakan di Indonesia.

Selain anting ayam jago khas Indonesia itu, ternyata Allesia mengaku ada satu bentuk anting yang justru berhasil menarik perhatian banyak pembeli. Yaitu anting berbentuk tisu toilet.

‘’Coba satu kali posting gitu anting-anting toilet paper dan ternyata responnya positif. Nggak cuman dari teman-teman Indonesia saja, tapi juga dari buyer-buyer di Amerika (Serikat). Rasanya senang aja gitu ada penghasilan sedikit, untuk membantu di masa-masa sulit sekarang karena Covid-19,’’ ungkap Allesia.

Terinspirasi dari Kelangkaan Tisu Toilet di Amerika Serikat

Kepada VOA Indonesia, Allesia menceritakan ide awal membuat anting berbentuk tisu toilet itu. Ia mengaku terinspirasi dari melihat kondisi di Amerika Serikat yang pernah dalam titik kelangkaan tisu toilet di pasaran akibat panic buying di tengah pandemi Covid-19.

Bagi warga Amerika Serikat, tisu toilet memang merupakan barang esensial, atau bahkan dapat dikatakan sebagai barang pokok yang harus tersedia di rumah. Sebagai orang Indonesia, Diana tentu mengaku tidak terlalu bergantung dengan tisu toilet.

‘’Kayak apa ya. Memberi pesan ke orang-orang yang lihat mungkin. ‘Udah setop! Jangan panik beli toilet paper,’’ jelasnya.

Salah satu diaspora Indonesia lainnya yang menjadi konsumen anting tisu toilet milik Allesia, Diana Dunham, juga melihat bahwa karya seni ini memiliki pesan tersendiri. Terutama teruntuk warga Amerika Serikat yang seolah kehidupannya bergantung oleh tisu toilet.

‘’Aku melihatnya ini cara dia seperti nyeleneh ya, seperti sarkastik, ‘Oh ini loh, saking langkanya, aku bisa buat karya ini, sebagai asesoris’. Jadi aku langsung tertarik. Aku langsung, ‘Wah! Ini nggak ada lagi yang kayak begini. Jadi langsung aku beli,’’ ungkap Diana kepada VOA Indonesia.

Tak hanya sesama diaspora Indonesia, Allesia juga kerap mendapat tanggapan positif dari konsumennya dari warga asli Amerika Serikat. Salah satunya dari seorang pekerja kesehatan.

‘’Dia sampai kayak teks langsung ke aku, dia kasih review juga (katanya), ‘Aku kerja di kantor dokter, terus teman-teman perawat semua jadi ketawa gitu’. (itu) jadi hiburan buat mereka yang melihat. ‘Kok lucu sih toilet paper!’,’’ kata Allesia.

Melihat banyak respon positif tersebut, Allesia pun terpacu untuk membuat anting-anting unik lainnya yang masih mengambil tema pandemi Covid-19. Salah satunya bentuk tangan yang memiliki pesan jangan lupa untuk mencuci tangan untuk membantu mencegah penyebaran Covid-19.

Dalam sehari, Allesia mengaku, dapat menghasilkan 10 pasang anting dengan berbagai bentuk. Sedangkan rentang harga yang ditawarkan sekitar 6-16 dolar AS atau setara dengan Rp88.000-Rp230.000. Untuk anting berbentuk tisu toilet ini, Allesia membandrol harga 16 dolar AS

Ke depan, Allesia bahkan tidak membahas atau terpikirkan untuk kembali menjadi barista dan kembali bekerja di kafe.

‘’Nanti kalau misalnya udah selesai (pandemi), berarti kan stok anting-anting, asesoris sudah banyak. Harapan aku kayak ingin ikut semacam bazaar tapi (untuk) local artist.’’

--

Sumber: VOA Indonesia | Instagram @designsby.aw | Instagram @allesiafi

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini