Kemampuan Multibahasa Kita, Bisa Berdampak Sangat Signifikan Pada Penghasilan

Kemampuan Multibahasa Kita, Bisa Berdampak Sangat Signifikan Pada Penghasilan
info gambar utama

Siapa sangka, negara-negara yang rakyatnya punya kemampuan multibahasa, ternyata dampaknya sangat baik bagi ekonomi. Dalam sebuah studi yang diadakan pada 2018 lalu, para peneliti menemukan bahwa negara-negara yang secara aktif memelihara dan memakai berbagai bahasa, akan menuai berbagai keuntungan, mulai dari ekspor yang lebih tinggi, hingga tenaga kerja yang lebih inovatif.

“Bahasa penting pada tingkat nasional skala besar dan pada tingkat bisnis kecil,” kata Gabrielle Hogan-Brun, seorang peneliti Language Studies di Universitas Bristol, mengutip data yang menghubungkan pertumbuhan ekonomi dengan keanekaragaman bahasa.

Swiss, misalnya. Menurut studi tersebut, 10% dari PDB-nya adalah kontribusi dari rakyatnya yang mempunya sejarah panjang multibahasa. Negara ini memiliki empat bahasa nasional: Jerman, Prancis, Italia, dan bahasa berbasis Latin kuno yang disebut Romansh.

Inggris, di sisi lain, diperkirakan mengalami kerugian setara 3,5% dari PDB setiap tahun, karena kemampuan multibahasa penduduknya yang relatif rendah.

Hal ini, salah satunya dimungkinkan karena bahasa dapat membantu membangun hubungan perdagangan. Sebuah studi terhadap perusahaan kecil dan menengah di Swedia, Jerman, Denmark, dan Prancis menemukan bahwa mereka yang berinvestasi lebih banyak dalam bahasa dapat mengekspor lebih banyak barang. Perusahaan-perusahaan Jerman yang banyak menggunakan staf multibahasa menambah 10 negara tujuan ekspor produk-produk mereka. Sementara itu, perusahaan-perusahaan yang berinvestasi lebih sedikit dalam mempekerjakan staf multibahasa mengatakan mereka banyak kehilangan kontrak.

Sumber gambar: US Census Buraue

Para peneliti juga telah lama menyoroti manfaat individu-individu yang bisa berbicara lebih dari satu bahasa. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa bahasa meningkatkan daya penghasilan. Di Florida, AS, pekerja yang bisa berbicara bahasa Spanyol dan Inggris menghasilkan $ 7.000 per tahun lebih banyak daripada mereka yang hanya berbicara bahasa Inggris. Menurut sebuah penelitian di Kanada, pria yang punya kemampuan bilingual berpenghasilan 3,6% dan wanita bilingual berpenghasilan 6,6% lebih tinggi daripada rekan mereka yang hanya berbahasa Inggris. Yang menarik: mereka ini tidak menggunakan bahasa kedua mereka untuk bekerja.

Jadi?

“Sepertinya Anda tidak perlu benar-benar berbicara bahasa kedua di tempat kerja untuk mendapatkan keuntungan finansial karena menjadi bilingual,” kata profesor ekonomi Louis Christofides, salah satu penulis penelitian. Para penulis berspekulasi bahwa hal ini dikarenakan mereka yang mengetahui, memahami, dan menggunakan bahasa kedua dipandang sebagai tanda kekuatan kognitif, ketekunan, dan pendidikan yang baik.

Di luar manfaat ekonomi langsung ini, bahasa dapat membantu angkatan kerja suatu negara untuk mendapatkan manfaat berjangka panjang. Misalnya, kemampuan multibahasa telah terbukti baik untuk kesehatan otak, juga memperlambat timbulnya demensia. Kemampuan ini membuat seseorang untuk memusatkan perhatian dan memproses informasi secara lebih baik dibandingkan mereka yang hanya bisa satu bahasa.

Rakyat Indonesia perlu berbahagia dengan hasil dari studi ini, mengingkat kebanyakan dari kita mempunyai kemampuan bilingual (dwibahasa), apalagi Indonesia menjadi salah satu negara di dunia dengan jumlah bahasa daerah terbanyak di dunia. Setidaknya, kita bisa berbahasa nasional, dan satu bahasa daerah, bahkan bisa jadi kemampuan bahasa asing juga.

Jadi bagaimana memanfaatkan kondisi ini?

Seperti juga tubuh yang sehat yang memerlukan makanan yang sehat, kemampuan multibahasa kita juga akan sehat dan bermanfaat jika kita menggunakannya secara sehat. “Di setiap kesempatan, di sekolah-sekolah, kita sering mendengar: 'Makan buah dan sayur setiap hari itu baik', nah..sekolah juga seharusnya mengatakan: 'Berbicara, membaca, dan menulis dalam berbagai bahasa itu baik',” saran mereka.

Hal ini penting, mengingat di Indonesia sendiri, banyak anak-anak muda yang mulai tidak mengenal bahasa daerah, terutama di kota-kota besar, di mana arus urbanisasi dan migrasi domestik terjadi. Mengingat keragaman linguistik memiliki dampak ekonomi yang kuat, sangat mengkhawatirkan bahwa banyak bahasa menghadapi risiko kepunahan yang serius. Di Indonesia sendiri, menurut data yang dikutip dari Kompas, menyatakan bahwa 11 bahasa daerah sudah punah. Selain itu, ada empat bahasa daerah yang dinyatakan kritis dan dua bahasa daerah mengalami kemunduran. Bahasa yang punah tersebut berasal dari Maluku yaitu bahasa daerah Kajeli/Kayeli, Piru, Moksela, Palumata, Ternateno, Hukumina, Hoti, Serua dan Nila serta bahasa Papua yaitu Tandia dan Mawes. Sementara bahasa yang kritis adalah bahsa daerah Reta dari NTT, Saponi dari Papua, dan dari Maluku yaitu bahas daerah Ibo dan Meher. Menurut Kepala Bidang Perlindungan Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Bahasa Jakarta Ganjar Harimansyah, ada beberapa penyebab kepunahan bahasa antara lain penyusutan jumlah penutur, perang, bencana alam yang besar, kawin campur antarsuku, sikap bahasa penutur dan letak geografis.

Mengingat pentingnya kemampuan bahasa bagi penuturnya, rasaya agak mengerikan juga membayangkan bahwa bangsa ini akan kehilangan salah satu kekayaan terbesarnya, yakni bahasa-bahasa daerah. Perlu upaya semua pihak untuk mencegak hal ini terjadi. Harus ada pelindungan akan bahasa daerah, karena kepunahan bahasa berarti kematian kekayaan batin kelompok etnis pengguna bahasa.

Referensi:

Written by Sophie Hardach. “Speaking More than One Language Can Boost Economic Growth.” World Economic Forum, www.weforum.org/agenda/2018/02/speaking-more-languages-boost-economic-growth/.

Damanik, Caroline. “11 Bahasa Daerah Di Indonesia Dinyatakan Punah, Apa Saja?” KOMPAS.com, Kompas.com, 10 Feb. 2018, regional.kompas.com/read/2018/02/10/18293411/11-bahasa-daerah-di-indonesia-dinyatakan-punah-apa-saja.

Bel Habib Ingela. “Multilingual Skills Provide Export Benefits and Better Access to New Emerging Markets.” Sens Public, Département Des Littératures De Langue Française, 17 Oct. 2011, www.sens-public.org/articles/869/?lang=fr.

Bialystok, Ellen, et al. “Bilingualism as a Protection against the Onset of Symptoms of Dementia.” Neuropsychologia, Pergamon, 27 Nov. 2006, www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0028393206004076.

Bradley, Simon. “Languages Generate One Tenth of Swiss GDP.” SWI Swissinfo.ch, Swissinfo.ch, 30 Oct. 2017, www.swissinfo.ch/eng/languages-generate-one-tenth-of-swiss-gdp/7050488.

Dhealey. “Bilingualism Translates Into Higher Earnings, Study Finds.” Bilingualism Translates Into Higher Earnings, Study Finds | University of Guelph, 31 Aug. 2010, www.uoguelph.ca/news/2010/08/bilingualism_pa_1.html.

Written by Sophie Hardach. “Speaking More than One Language Can Boost Economic Growth.” World Economic Forum, www.weforum.org/agenda/2018/02/speaking-more-languages-boost-economic-growth/.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

AH
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini