Sejarah Hari Ini (2 Oktober 1945) - Penentangan Peredaran Uang NICA

Sejarah Hari Ini (2 Oktober 1945) - Penentangan Peredaran Uang NICA
info gambar utama

Pemerintah awal Republik Indonesia berupaya keras menekan ambisi Belanda untuk berkuasa lagi pasca proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Selain lewat langkah pertempuran-pertempuran kecil dari para pemuda di sejumlah daerah, pemerintah juga bergerak lewat kebijakan dan peraturan baru.

Pada 2 Oktober 1945 misalnya, pemerintah mengeluarkan maklumat yang menetapkan mata uang Netherlands Indies Civil Administration (NICA/Pemerintahan Sipil Hindia Belanda) tidak berlaku di wilayah Republik Indonesia.

Pemerintah RI sendiri sudah menerbitkan pemberlakuan mata uang bersama untuk menekan penggunaan "uang merah" (sebutan umum untuk uang NICA, karena pecahan 10 guldennya berwarna merah).

Ada empat mata uang yang sah pada waktu itu, yakni:

  • Sisa zaman kolonial Belanda yaitu uang kertas De Javasche Bank
  • Uang kertas dan logam pemerintah Hindia Belanda yang telah disiapkan Jepang sebelum menguasai Indonesia yaitu De Japansche Regering dengan satuan gulden yang dikeluarkan pada 1942
  • Uang kertas pendudukan Jepang yang menggunakan Bahasa Indonesia yaitu Dai Nippon emisi 1943 dengan pecahan bernilai 100 rupiah
  • Dai Nippon Teikoku Seibu, emisi 1943 bergambar Wayang Orang Satria Gatot Kaca bernilai 10 rupiah dan gambar Rumah Gadang Minang bernilai 5 rupiah

Maklumat itu ternyata mendapat sambutan cukup baik dan menggembirakan bagi rakyat Indonesia.

Di Yogyakarta pada hari dikeluarkannya maklumat itu, para pelajar sekolah menengah secara spontan mengumpulkan uang NICA untuk dibakar.

Pada hari-hari berikutnya, Barisan Kaum Buruh juga bergerak untuk setia kepada RI dan menentang pengedaran mata uang kertas yang bertuliskan Nederlandsch-Indie.

Upaya NICA untuk mengedarkan mata uang barunya pun menjadi sering mendapat penolakan karena rakyat - termasuk yang di daerah pendudukan - sudah menyatakan setia pada RI.

---

Referensi: Kemenkeu.go.id | Jurnal Sejarah Vol. 6, No. 1 Agustus 2004, Mohammad Iskandar, "Oeang Repoeblik dalam Kancah Revolusi" | Pramoedya Ananta Toer, Koesalah Soebagyo Toer & Ediati Kamil, "Kronik Revolusi Indonesia 2 (1946)" | Suwati Kartiwa, "Mata Uang Indonesia dan Perjuangan Pemuda" | Panitia Penyusun Naskah Buku, "20 Tahun Indonesia Merdeka, Volume 2"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini