Mengembalikan Tonggak Sejarah Melalui Kongres Pemuda

Mengembalikan Tonggak Sejarah Melalui Kongres Pemuda
info gambar utama

Penyampaian pendapat sebebas-bebasnya tentang rasa kebangsaan disampaikan dalam Kongres Pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda. Latar belakang adanya Kongres Pemuda berawal dari adanya organisasi-organisasi pemuda yang kemudian merumuskan Kongres Pemuda. Pada saat berdirinya organisasi-organisasi pergerakan nasional, belum jelas batas-batas wilayah negara nasional yang dimaksudkan. Kalau mengacu dengan bangkitnya pergerakan nasional sejak Budi Utomo (1908), tampak adanya rasa senasib dan sepenanggungan hidup dalam suasana penjajahan, yang sama-sama tertekan dan diperlakukan pihak penjajah sebagai orang bodoh dan selalu diperintah mengikuti kemauan yang memerintah (Belanda).

Adapun pergerakan pemuda saat itu muncul dalam bentuk kedaerahan. Misalnya seperti Jong Java yang berdiri pada 1915. Perkumpulan ini terdiri dari antara pemuda Jawa berpendidikan Belanda yang berusaha menjaga kesadaran atas warisan budaya jawa. Pendirian Jong Java diikuti dengan Jong Sumantranen Bond (1917), Jong Celebes (1918), Jong Minahasa (1918), Sekar Roekoen (1919) dan Jong Bataks Bond (1925). Anggota semua perkumpulan ini adalah dari laki-laki dan perempuan muda dari keluarga dengan status sosial tinggi. Umumnya mereka dikirim dari kampung halamannya untuk memperoleh pendidikan lanjutan di pulau Jawa.

Barulah sejak tahun 1920-an mereka merasakan akibat dari agitasi politik yang telah dimulai sejak tahun 1910-an serta hubungannya dengan pergerakan kesatuan nasional. Sejak pertengahan tahun 1920-an, mereka mulai mendiskusikan kemungkinan adanya gabungan atau federasi dalam kerangka kepentingan persatuan Indonesia. Maka dari itulah dibutuhkan campur tangan organisasi pemuda PNI (sebelumnya bernama Jong Indonesia, tetapi sejak 28 Desember 1927 menjadi Pemuda Indonesia). Campur tangan ini membuahkan hasil keputusan untuk mendorong terbentuknya satu wadah gerakan kesatuan pemuda pada bulan Desember 1930, yaitu Indonesia Muda (ejaan lama: Indonesia Moeda).

Tokoh kunci yang menjembatani kedua aliran nasionalis pemuda tahun 1920-an adalah Mohammad Yamin, tokoh yang kelak menjadi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada masa pemerintahan Presiden Republik Indonesia, Sukarno. Mohammad Yamin adalah seorang yang digambarkan oleh Herbert Feith sebagai seseorang yang ideologis nasionalis berada di belakang presiden.

Pelaksanaan Kongres Pemuda I dan II

Untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan antar organisasi pemuda yang ada, para tokoh pemuda sudah berkali-kali mencoba mengadakan pertemuan sejak tahun 1920. Usaha ini sulit dilaksanakan karena berusaha untuk menyatukan organisasi yang berbeda-beda landasannya. Selain itu, organisasi-organisasi itu harus bergulat untuk memilih wadah yang cocok bagi organisasinya. Setelah itu, masih harus disesuaikan dengan organisasi lainnya.

Kongres Pemuda I
info gambar

Pada 15 November 1925, organisasi-organisasi pemuda berkumpul dan menyepakati dibentuknya panitia untuk mempersiapkan kesepakatan besar pemuda. Kesepakatan besar bersama dari para pemuda ini memunculkan paham persatuan kebangsaan dan berusaha merekatkan tali persatuan di antara organisasi pemuda. Akhirnya kongres Pemuda dapat dilaksanakan diadakan dua kali.

Rapat besar pemuda yang kemudian dikenal dengan nama Kongres Pemuda I diadakan pada 30 April 1926 dan menghasilkan kesepakatan bersama mengenai kegiatan pemuda pada segi sosial, ekonomi, dan budaya. Kongres ini diikuti oleh seluruh organisasi pemuda saat itu seperti jong Java, Jong Sumatra, dan Jong Betawi.

Kongres Pemuda I berhasil merumuskan dasar-dasar pemikiran bersama. Kesepakatan itu meliputi:

  • Cita-cita Indonesia merdeka menjadi cita-cita semua pemuda Indonesia
  • Semua perkumpulan pemuda berdaya upaya menggalang persatuan organisasi pemuda dalam suatu wadah. Hasil kesepakatan ini, mampu meningkatkan kemajuan yang mendukung arti pentingnya kesatuan dan persatuan antar mereka. Ini merupakan prestasi besar pada saat itu

Sementara itu Kongres Pemuda digelar lagi pada 27-28 Oktober 1928. Kongres Pemuda ll atau Kongres Pemuda 28 Oktober 1928 kemudian dikenal dengan sebutan Sumpah Pemuda. Kongres ini dipimpin secara langsung oleh pemuda Sugondo dari PPI (Persatuan Pemuda Indonesia). Saat itu Kongres Pemuda II menghasilkan Trilogi Pemuda: Satu NUSA, Satu BANGSA, Satu BAHASA INDONESIA. Selain itu juga ditetapkan Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman sebagai lagu kebangsaan.

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh Indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat, sehingga menghasilkan Sumpah Pemuda yang menjadi tonggak perjuangan pemuda menuju Indonesia Merdeka.

Para peserta Kongres Pemuda ll ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong lslamieten Bond, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Di antara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, john Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie serta Kwee Thiam Hong sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond. Adapun tujuan kongres pemuda II sebagai berikut:

  • Melahirkan cita-cita semua perkumpulan pemuda pemuda Indonesia
  • Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia
  • Memperkuat kesadaran kebangsaan Indonesia dan memperteguh persatuan Indonesia

Dalam Kongres Pemuda II hari pertama, diuraikan sejarah pergerakan bangsa Indonesia, mulai dari timbulnya Budi Utomo, berdirinya perkumpulan pemuda yang bersifat kedaerahan. Pada hari kedua, masalah pendidikan menjadi bahasannya. Peserta kongres menekankan bahwa pendidikan Indonesia masih harus diperbaiki dan pendidikan di Indonesia harus mempunyai sistem sendiri. Tempat pendidikan yang baik adalah internaat (asrama), karena anak-anak tiap hari dapat bergaul satu sama lain, belajar dan bekerja sama.

Foto memperlihatkan suasana Kongres Pemuda II di Batavia pada 1928.
info gambar

''Pendidikan adalah suatu pekerjaan untuk membangunkan dan menambah kebiasaan anak, lahir dan batin. Anak-anak harus diberi pendidikan kebangsaan (nasional). Pendidikan nasional ditujukan bukan karena membenci bangsa lain, tetapi menumbuhkan kecintaan kepada tanah air,'' kata tokoh Taman Siswa, Ki Sarmidi Mangunsarkoro.

Selain pendidikan bahasan lain yang diutarakan ialah nasionalisme, demokrasi, dan gerakan kepanduan. Ramelan dari Sarekat Islam mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan mendidik anak-anak disiplin dan mandiri, hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Kongres Pemuda Indonesia 2020 oleh GoodNews From Indonesia & Pemimpin.id

Sudah 75 tahun Indonesia merdeka, tetapi semangat menjadikan Indonesia lebih baik belumlah luntur. Masih banyak persoalan di negeri kita ini yang menjadi perhatian dan perlu diperbaiki untuk generasi penerus.

Untuk memeringati Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2020, GoodNews From Indonesia (GNFI) bersama Pemimpin.id mengajak penduduk Indonesia, berusia 16 - 35 tahun yang memiliki semangat perubahan untuk terlibat dan memberikan kontribusi pada Kongres Pemuda Indonesia (KPI) 2020.

Tidak hanya soal kebangsaan dan pendidikan seperti masa lalu, tetapi banyak aspek lainnya yang akan dibahas. Mulai dari Sumber Daya Manusia, Riset dan Teknologi sampai politik dan hukum.

Acara KPI 2020 berlangsung pada tanggal 26-28 Oktober 2020. Berhubung sedang masa pandemi Covid-19, acara digelar secara daring menggunakan aplikasi Zoom. Untuk acara Stadium General & Dialog Kebangsaan, acara akan disiarkan secara live melalui kanal Facebook GNFI, Twitter GNFI, serta YouTube GNFI & Pemimpin.id. Untuk lebih jelasnya, silakan cek laman resmi KPI 2020 di sini.

----

Referensi: Fajriudin Muttaqin, dkk, "Sejarah Pergerakan Nasional"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini