Kota Angkatan Laut itu Adalah Surabaya

Kota Angkatan Laut itu Adalah Surabaya
info gambar utama

*Penulis senior GNFI


Kota Surabaya sejak jaman Belanda dulu sudah menjadi kota angkatan laut karena ada pangkalan utama angkatan laut yang terletak di daerah Ujung, Surabaya utara. Menurut sejarahnya pangkalan ini dibangun Belanda pada tahun 1878. Dan sekarang menjadi pangkalan angkatan laut terbesar di Indonesia, dari 14 pangkalan TNI AL, hanya pangkalan di Surabaya yang terbesar. Hal ini juga ditunjukkan dengan hampir semua kekuatan TNI AL di Indonesia itu berada di Surabaya. Pangkalan yang sekarang bernama Pangkalan Utama TNI AL atau Lantamal itu lengkap fasilitasnya, ada tempat pendidikan pasukan katak, pendidikan elektronik dsb. Mungkin hampir sama dengan pangkalan utama Angkatan Laut Amerika Serikat, Norfolk di Virginia yang menjadi basis Armada Atlantik Amerika Serikat.

Tidak hanya adanya Pangkalan Utama ini yang menyebabkan Surabaya menjadi kota Angkatan Laut, tapi juga ditunjukkan dengan beberapa fasilitas yang berserakan di kota. Misalkan rumah dinas para panglima TNI AL berada di pusat kota Surabaya, dan pada tahu 1950-1960an saya menyaksikan ada gedung khusus untuk perwira AL di Pasar Besar dekat Tugu Pahlawan dan kalau tidak salah ingat, di tikungan jalan Pemuda sebelum gedung Gubernur Grahadi, ada bangunan seperti restaurant yang khusus untuk perwira AL (sekarang menjadi hotel). Selain itu gedung besar yang berada didekat stasiun Kereta Api Gubeng dulu adalah gedung pendidikan Angkatan Laut (sekarang menjadi Mall besar).

Karena itu pemandangan kota Surabaya disamping hiruk pikuk dinamika kota seperti lalu lalangnya kendaraan, juga terlihat banyaknya personel TNI AL yang lalu lalang menuju pangkalan utama, atau pada saat liburan dihari saptu atau minggu. Karena rumah saya di kampung Kapasari itu jalan besarnya adalah jalan utama menuju Pangkalan Utama TNI AL (di daerah Ujung) maka saya hampir setiap hari menyaksikan para “Matros” atau Kelasi TNI AL yang sedang menuju pangkalan dengan diangkut bis – bis milik AL. Para Matros dengan seragamnya yang putih-putih, berdasi dan dengan peci khas Kelasi mendominasi pemandangan di Taman Hiburan Rakyat pada waktu liburan. Di THR ini saya juga sering menyaksikan anggota TNI AL yang di “adili” ditempat oleh DP AL aatau Dinas Provost (sekarang POMAL) karena pelanggaran disiplin, misalkan memakai peci yang tidak sesuai aturan.

Tidak hanya para Matros yang saya lihat berseliweran di kota Surabaya, tapi juga para anggota TNI AL dari satuan KKO atau Korps Komando (sekarang bernama Marinir) mendominasi pemandangan di kota. Saya ingat seragam KKO yang doreng kecil-kecil dan seragam warna coklat tua dan muda dengan dasi kalau pas lagi liburan. Belum lagi kita disuguhi drum band para taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) ditengah-tengah kota Surabaya menambah pemandangan bahwa kota Surabaya itu kota Angkatan Laut.

Saya dan teman-teman sekampung saking kagumnya melihat cara berjalan yang rancak dua taruna AAL dengan seragam putih-putih yang anggun dengan pedang kecil berwarna kuning emas yang digantung di pinggangnya sampai berbunyi “kricik-kricik”—kami sering menirunya dengan cara berjalan berdua dengan teman kampung diatas bantalan rel Kereta Api di sebelah timur kampung. Dengan melangkahkan kaki di bantalan rel itu langkah kami bisa rancak seperti taruna AAL. Kalau saya ingat kenangan itu saya tersenyum dalam hati sambil mengelus dada – kok berani-beraninya kami dulu berjalan diatas rel KA tanpa memperdulikan bahaya bila datang KA dengan kecepatan tinggi. Padahal kami sering menyaksikan orang mati terlindas KA didekat kampung kami itu.

Kami juga saking kagumnya dengan TNI AL, maka kami ramai-ramai “nggandol” truk yang lewat di jalan besar di kampung kami agar dapat melihat Hari Armada Angkatan Laut di Pangkalan Utama Ujung. Hari Armada ini menjadi even hiburan yang berkesan bagi warga Surabaya. Ribuan orang berjalan, naik kendaraan umum atau pribadi, atau naik truk dari belakang (nggandol) seperti kami lakukan menuju Pangkalan untuk melihat berjajar-jajar kapal perang dan tank milik TNI AL buatan Uni Sovyet. Selain itu pada Hari Armada itu TNI AL juga memamerkan Alutsista mereka di THR.

Pada suatu acara seminar di Perguruan Tinggi di Surabaya dimana para taruna AAL diundang, saya sempat berbicara dengan komandan pendamping taruna ini, seorang Kolonel, saya cerita tentang kenangan saya tentang Surabaya menjadi kota Angkatan Laut ini dan usul pada dia agar TNI AL harus membuat aktifitas untuk publik seperti yang saya lihat dulu agar icon Surabaya sebagai kota Angkatan Laut masih terjaga.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Ahmad Cholis Hamzah lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Ahmad Cholis Hamzah.

AH
AH
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini