Sejarah Hari Ini (20 Oktober 1677) - Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro

Sejarah Hari Ini (20 Oktober 1677) - Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro
info gambar utama

Masa kehidupan sejarah Indonesia Kuno ditandai oleh pengaruh kuat kebudayaan Hindu yang datang dari India sejak Abad I. Hingga abad ke-16, Bojonegoro termasuk wilayah kekuasaan Majapahit.

Seiring dengan berdirinya Kesultanan Demak pada abad ke-16, Bojonegoro menjadi wilayah Kerajaan Demak.

Dengan berkembangnya budaya baru yaitu Islam, pengaruh budaya Hindu terdesak dan terjadilah pergeseran nilai dan tata masyarakat dari nilai lama Hindu ke nilai baru Islam dengan disertai perang dalam upaya merebut kekuasaan Majapahit (wilwatikta).

Peralihan kekuasaan yang disertai pergolakan membawa Bojonegoro masuk dalam wilayah Kerajaan Pajang (1586), dan kemudian Mataram (1587).

Pada 20 Oktober 1677, status Jipang yang sebelumnya adalah kadipaten diubah menjadi kabupaten dengan Wedana Bupati Mancanegara Wetan, Mas Tumapel yang juga merangkap sebagai Bupati I yang berkedudukan di Jipang.

Tanggal ini hingga sekarang diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro.

Tahun 1725, ketika Pakubuwono II (Kasunanan Surakarta) naik tahta, pusat pemerintahan Kabupaten Jipang dipindahkan dari Jipang ke Rajekwesi, sekitar 10 km sebelah selatan kota Bojonegoro sekarang.

Pergantian nama Rajekwesi ke Bojonegoro sendiri disahkan oleh Komisaris Jenderal Hindia Belanda, Du Bus de Ghisignies, pada 25 September 1828.

Saat itu pemerintah Hindia Belanda mengganti nama tersebut dengan tujuan menghapus memori pemberontakan Sosrodilogo yang merepotkan mereka.

Kabupaten Bojonegoro dibangun sekitar 10 kilometer sebelah utara Kabupaten Rajekwesi, tepatnya di tepian Sungai Bengawan Solo serta jalan penghubung Bojonegoro-Surabaya.

Menjelang Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro, biasanya diadakan sejumlah upacara peringatan oleh pemerintah setempat.

Selain ke makam leluhur para pembesar Kabupaten Bojonegoro, upacara peringatan juga dilakukan di Kayangan Api, tempat dari menyalanya api abadi.

Pada masa pandemi Covid-19 misalnya, upacara di Kayangan Api, Desa Sendangharjo, Ngasem, tetap digelar oleh otoritas setempat dengan menaati protokol kesehatan.

''Api abadi ini nantinya akan dibawa ke Pendapa Malowopati untuk diserahkan kepada ibu Bupati Bojonegoro, untuk selanjutnya disemayamkan di Pendapa Malowopati,'' terang Camat Ngasem, Waji, sebagaimana dikutip dari Berita Bojonegoro.

---

Referensi: Bojonegorokab.go.id | Beritabojonegoro.com

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini