Gorontalo Berkebun, Melihat Peluang Dibalik Pandemi Covid-19

Gorontalo Berkebun, Melihat Peluang Dibalik Pandemi Covid-19
info gambar utama

Tak bisa dipungkiri, pandemi covid-19 membuat banyak usaha kolaps perlahan. Dari perusahaan besar hingga sekelas UMKM. Semua bergulat untuk bisa selamat dari masa pandemi covid-19 ini.

Namun berbeda dengan Rudy Adam (40), seorang petani sayur hidroponik yang berada di desa Boludawa, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Dalam masa pandemi ini, penjualan sayurannya cukup meningkat.

Saat ini, ia bisa memanen sayuran hidroponik lebih dari 10 kg perhari dengan keuntungan bersih sekitar Rp500 ribu per harinya.

Kebun hidroponik dengan nama Airy Green Hydro Farm ini, menjadi salah satu yang cukup dikenal di Gorontalo sebagai penghasil sayuran hidroponik, khususnya untuk berbagai jenis selada dan sawi.

Airy Green Hydro Farm yang dimiliki Rudy, bisa disebut sebagai pionir di Gorontalo untuk kebun hidroponik dengan konsep modern dan berskala cukup besar. Sukses yang diraihnya saat ini bukanlah tanpa perjuangan sebelumnya.

Kebun hidroponik yang dipenuhi sayuran yang siap panen. (sumber : facebook Rudy Adam)
info gambar

Rudy pernah mengelola kebun cabe dan tomat dengan luasan lahan kurang lebih satu hektar di lahan yang sama dengan yang digunakannya sekarang.

Namun dalam dua musim berturut-turut, sekitar tahun 2017-2018, badai harga cabe dan tomat yang dipanennya sungguh buruk. Dalam satu kantong plastik besar yang berukuran 7 kg tomat, hanya dihargai tiga hingga lima ribu rupiah. Begitu pula harga cabe yang tidak sepadan dengan usaha kerja kerasnya sejak menanam hingga panen.

Rudy tak dapat menuai untung, modalpun tak balik. Ia harus merasakan kerugian hingga tujuh puluh juta rupiah karena harga pasar yang tak sesuai. Ia geram dengan kondisi ini, sempat tak percaya diri untuk memulai hal yang sama.

Mendekati akhir tahun 2018, gempa Palu melanda, banyak korban jiwa yang berjatuhan. Rudy yang saat itu tidak bergairah untuk memulai kembali kegiatan pertanian, melangkahkan kaki menjadi seorang relawan, hal yang selama ini banyak dilakukannya di berbagai tempat sebelum menekuni bidang pertanian.

Disinilah Ia kemudian bertemu dan belajar dari orang-orang yang memberi inspirasi. Sepulang dari Palu, ia mulai mencoba hal yang baru, berkebun hidroponik. Di bulan September 2019, Rudy banting stir, melihat peluang baru dan mengambil tantangan yang ada.

Ia tak peduli dengan modal yang tidak lagi tersedia. Rudy memaksimalkan pipa bekas yang dulu dipakainya untuk mengairi lahan cabe dan tomatnya. Dengan modal lima batang pipa bekas, ia mulai mencoba.

Diakuinya, memulai usaha hidroponik bukan hal mudah. Berulangkali ia mencoba hingga bibit sayur hidroponik bisa tumbuh subur dan segar. Ia belajar dari berbagai sumber, baik dari teman maupun media sosial seperti youtube. Ia terus menambah ilmu, tak segan untuk bertanya kepada siapa saja yang ia anggap bisa menjadi tempatnya belajar. Setelah beberapa kali percobaan, sayurnya mulai menampakkan tumbuh dengan baik, pasar sayurannya mulai terlihat, panen pertama yang dihasilkan ludes terjual.

" Sekembalinya dari Palu saya mulai belajar, pengetahuan saya gali lewat Youtube, pokoknya saya maksimalkan semua media sosial. Dapat kontak teman di Jawa saya telepon, saya minta dibantu dari ilmunya, pengetahuannya, sampai saya mulai dengan uji coba 5 batang pipa, itu juga pipa pengairan tanaman lalu, supaya hemat kan,” jelas Rudy.

Permintaan yang mulai meningkat membuatnya memutar otak untuk menghasilkan jumlah sayur yang lebih banyak. Rudy kemudian menjual aset yang dimilikinya untuk menambah modal kebun hidroponiknya.

Memulai dari dua ribu lubang tanam, hingga kini yang telah mencapai tujuh ribu lubang tanam. Rudy memanfaatkan tanah seluas 400 meter persegi untuk mendirikan kebun hidroponiknya. Jauh berkurang dibanding dulu saat berkebun secara konvensional yang sekitar 1 hektar.

Ia memulai dengan bibit selada dan sawi. Dari 5 jenis hingga saat ini telah mencapai 15 jenis selada dan sawi. Tak sampai disitu. Melihat kesuksesan yang mulai direngkuh oleh Rudy, beberapa orang mulai tertarik untuk mengembangkan kebun sayur hidroponik. Mereka mulai berdatangan untuk sama-sama berbagi pengalaman.

sumber : Facebook Rudy Adam
info gambar

Rudy mengakui tak pelit untuk berbagi ilmu, karena Ia yakin itu akan menjadi jalan Tuhan untuk saling bersilaturahim dan memberikan manfaat sebagai manusia kepada orang lain.

Sayur selada dan sawi dari kebunnya saat ini telah mampu masuk di sebuah retail besar dan ternama di Kota Gorontalo. Orang-orang pun banyak yang datang langsung membeli di tempat. Kualitas sayur yang terjaga, segar dan bebas dari pestisida, menjadi kunci utama hingga banyak yang telah menjadi pelangannya. Kebun hidroponik yang dikelolanya saat ini turut melibatkan keluarganya hingga mampu menerima permintaan yang cukup banyak dari masyarakat.

Beberapa bulan terakhir di Gorontalo ramai dengan kegiatan berkebun khususnya dengan skala rumahan. Terlebih program Pemerintah Provinsi Gorontalo yang mewajibkan para penerima bantuan dari Pemprov Gorontalo untuk memanfaatkan pekarangan dengan tanaman yang bisa dinikmati keluarga. Program ini tentu saja membantu keluarga untuk mengurangi pengeluaran. Dari dinas terkait pun turut berperan untuk mengembangkan program ini dengan pembagian bibit.

Berbagai komunitas berkebun hadir, saling menginformasikan. Beberapa tahun lalu, tepatnya tahun 2016, sebuah komunitas yang berfokus pada kegiatan berkebun hadir, dan menamakan diri mereka “Gorontalo Berkebun”. Komunitas ini diisi oleh orang-orang dari berbagai latar pekerjaan namun dengan satu tujuan, menjadikan berkebun sebagai wadah untuk saling berbagi pengetahuan tanaman dan peduli dengan lingkungan sekitar.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini