Kongres Pemuda 2020: Merajut Ekonomi Indonesia yang Lebih Baik dengan Berkolaborasi

Kongres Pemuda 2020: Merajut Ekonomi Indonesia yang Lebih Baik dengan Berkolaborasi
info gambar utama

Kolaborasi adalah tindakan kerja sama dengan seorang atau beberapa orang dalam upaya mencapai suatu tujuan. Orang-orang yang berkolaborasi, biasa disebut kolaborator, sejatinya akan memperlihatkan kemampuan dan keahlian demi melahirkan suatu perencanaan, eksekusi, dengan hasil yang mumpuni dibandingkan kerja mandiri.

Sumpah Pemuda pada 1928 menjadi contoh dari sebuah kolaborasi yang melahirkan hasil yang megah dan berpengaruh bagi banyak orang. Ketika itu, para pemuda dari daerah dan disiplin ilmu yang berbeda-beda berembuk mencari jalan untuk mempersatukan Indonesia.

Kini Indonesia sudah menjadi kesatuan setelah 75 tahun merdeka. Namun, masalah yang dihadapi menjadi kian beragam, salah satunya sektor ekonomi.

Kaya akan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM), tetapi nyatanya rakyat Indonesia belum sepenuhnya merasa kemakmuran yang luhur. Tak jarang aspek kesejahteraan ekonomi menjadi bahan perbincangan tiada akhir di Tanah Air kita ini.

Oleh karena itu, kolaborasi dengan pemerintah dan masyarakat - terutama dari kalangan pemuda -sangat patut diwujudkan. Diharapkan pihak pemerintah sebagai pemegang otoritas tertinggi bisa bersinergi dangan pemuda-pemudi Indonesia yang kaya akan ide tetapi masih buntu bagaimana proses untuk mewujudkannya.

Demi melaraskan kolaborasi dari pemerintah dan para pemuda, Pemimpin.id dan GoodNews From Indonesia (GNFI) menggelar forum segala aspek yang ada di Indonesia dalam Kongres Pemuda Indonesia (KPI) 2020. Forum ini merupakan pengejawantahan dari Sumpah Pemuda 1928, forum para pemuda-pemudi Indonesia menyatukan mimpi-mimpinya dalam berbangsa dan bernegara. KPI 2020 sendiri digelar pada menjelang dan Hari Sumpah Pemuda yakni pada 26-28 Oktober 2020.

Mendorong Start-up Naik Kelas

Dalam hasil Indeks Optimisme yang dihimpun GNFI dan DataMixr menunjukkan, masyarakat masih optimistis sektor ekonomi di Indonesia akan baik pada masa yang akan datang. Hasil survey mengatakan masyarakat 60 persen optimis, 32 persen netral, dan 8 persen pesimis dalam menanggapi isu “Kemajuan Ekonomi Indonesia”.

Mengenai perkembangan ekonomi memang patut dilihat kini di mana gejolak Usaha Mikro Kecil Menenangah (UMKM) sedang mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Menurut laporan Kementerian Koperasi dan UMKM, pada 2018 terdapat jumlah pelaku UMKM sebanyak 64,2 juta atau 99,99 persen dari jumlah pelaku usaha di Indonesia. Daya serap tenaga kerja UMKM adalah sebanyak 117 juta pekerja atau 97 persen dari daya serap tenaga kerja dunia usaha. Sementara itu kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional (PDB) sebesar 61,1 persen, dan sisanya yaitu 38,9% disumbangkan oleh pelaku usaha besar yang jumlahnya hanya sebesar 5.550 atau 0,01 persen dari jumlah pelaku usaha.

Pada masa pandemi Covid-19, ketika adanya penerapan pembatasan sosial dan fisik, UMKM terus bergerak lewat kecanggihan transaksi jual beli elektronik (e-commerce). Berdasarkan data dari McKinsey pada Juni 2020, sejak awal pandemi setidaknya terjadi kenaikan penjualan e-commerce sebesar 26 persen dan mencapai 3,1 juta transaksi per hari.

Webinar Pemimpin.id dengan tema Kolaborasi Lintas Sektor untuk Indonesia Kuat
info gambar

Namun hal itu belum menjadi acuan para pelaku UMKM di Indonesia seluruhnya belum produktif. Pasalnya, para 98 persennya lebih banyak bergerak sebagai pengusaha mikro yang hidupnya bergantung dari pendapatan kegiatan usahanya.

“Untuk menjadi negara maju, kita harus menambah jumlah wirausahawan. Sekarang baru 3,7 persen, sementara Singapura sudah hampir 9 persen, Malaysia dan Thailand hampir 5 persen. Prasyarat untuk negara maju 4 persen. Target kita sekarang adalah menambah wirausahawan,’’ terang Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, dalam webinar bertajuk Kolaborasi Lintas Sektor untuk Indonesia Kuat pada Senin (26/10/2020).

Tren milenial lebih memilih menjadi pengusaha ketimbang jadi pegawai dinilai baik oleh Teten. Selaku MenkopUKM, Teten menjelaskan start-up atau usaha rintisan yang tengah menjamur bisa membuat perekonomian Indonesia lebih maju.

“Saya rasa pemerintah tidak bisa sendiri. Kami di Kementerian Koperasi dan UKM punya prioritas mendorong startup-startup, usaha-usaha rintisan, yang melibatkan anak-anak muda yang pendidikannya lebih baik dibandingkan generasi lama UMKM untuk naik kelas dengan inkubasi bisnis,’’ kata Teten.

Keberagaman dan Kesempatan bagi Anak Muda agar Ekonomi Indonesia Lebih Baik

Teten Masduki menyinggung “keripik, akik, batik” sebagai produk Indonesia yang sering dipasarkan oleh pelaku usaha UMKM. Hanya saja, ketiga hasil para pengusaha yang banyak di pasaran itu masih stagnan, tidak naik-naik kelas.

CEO General Electric Indonesia, Handry Satriago, memandang butuh adanya kenaikan kelas, kualitas, inovasi dari pengusaha di Indonesia untuk bisa berkolaborasi secara terbuka dengan perusahaan multinasional. Menurut Handry, anak-anak muda Indonesia sudah sanggup membuat produk-produk di luar hasil kerajinan tangan semisal mesin CNC.

Lain daripada itu, dalam kaitannya Kongres Pemuda Indonesia, Handry juga menuturkan semua orang terutama dalam berwirausaha harus bisa membuang perbedaan yang membuyarkan keberagaman agar negara maju kembali.

Selain Handry, CEO Paragon Technology and Innovation, Salman Subakat mempunyai pandangan terhadap perekonomian Indonesia saat ini. Ia melihat anak-anak muda sudah punya inisiatif mengabdi di perusahaan lokal/nasional. Memberikan kesempatan pada anak-anak muda untuk ikut berkolaborasi dianggapnya bisa memberikan perubahan besar ke depannya.

“Anak-anak muda sangat jago sangat maju dalam teknologi, sangat inovatif, sangat passionate. Kami yang berada di industri komestik yang geraknya sangat cepat ini sangat diuntungkan dengan anak muda yang tambah lama tambah pinter, tambah mandiri. Menurut saya jangan ragu-ragu untuk maju karena anak muda ada di balik ini semua,” ucap Salman.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini