Mengulang Generasi 1928 dengan Gagasan Baru Pemuda 2020

Mengulang Generasi 1928 dengan Gagasan Baru Pemuda 2020
info gambar utama

Kawan GNFI, bagi kita yang kini sudah sangat dimudahkan dengan keberadaan internet, jaringan komunikasi kita seolah sudah tidak ada batasnya. Kapan pun, di mana pun, akses internet membuat kita seolah berada dekat dengan teman kita di Ambon, Papua, Sumba, di seluruh Nusantara.

Bayangkan dulu, pemuda dengan melabeli diri mereka sebagai Jong Ambon, butuh berbulan-bulan untuk bertemu para pemuda dari Jong lainnya untuk berkumpul bersama di Jakarta. Komunikasi itu seolah seperti ikatan batin tanpa perlu khawatir dengan keberadaan masing-masing. Yang penting adalah sampai di Jakarta dengan selamat untuk mewujudkan tujuan bersama, yaitu: Mengakhiri Kolonialisme.

Tujuan para Generasi 1928 dulu memiliki tujuan bersama yang jelas. Ketika sampai di Jakarta, berkumpul di satu rumah kos-kosan, mereka akan melepaskan kelabelannya sebagai perwakilan dari daerah. Mereka sepakat dengan satu label, yaitu: Pemuda Indonesia.

‘’Generasi ’28 itu menjadi penting sekarang ini dihayati karena mereka generasi cosmopolitan yang benar-benar memikirkan pentingnya membangun network dan jaringan. Bagaimana mereka mampu membangun suatu kesadaran berbangsa, bernegara, berbahasa satu itu? Karena mereka memiliki yang disebut kesadaran,’’ ungkap Antonius Benny Susetyo, Staf Khusus Dewan Pengaruh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Rasanya renungan itu menjadi sangat pas bagi Pemuda 2020 sekarang di tengah acara puncak Dialog Kebangsaan dalam Kongres Pemuda Indonesia 2020 yang dilaksanakan oleh Pemimpin.id dan Good News From Indonesia pada Rabu, 28 Oktober 2020.

‘’Meskipun mereka belum ada teknologi secanggih kita, belum ada internet, belum ada alat-alat komunikasi, tapi mereka ini membangun komunikasinya secara masif dan punya kemampun untuk membangun network/jaringan,’’ papar Benny lebih lanjut.

Jika Generasi 1928 bersatu untuk merebut kemerdekaan dan melepas masa kolonial, maka tidak aneh jika Benny berpendapat bahwa Pemuda-Pemudi 2020 kini harus bersatu dalam hal merebut tiga hal penting. ‘’Siapa yang menguasai teknologi, komunikasi, dan informasi, dia yang menguasai dunia.’’

Berkumpul, Nongkrong, Lahirlah Gagasan

Gagasan Kongres Sumpah Pemuda Indonesia 2020
info gambar

Perlu Kawan GNFI ketahui, budaya anak muda Indonesia sempat dilirik oleh masyarakat global. Salah satu budaya yang dianggap hanya ada di Indonesia adalah budaya nongkrong. Fenomena ini pernah masuk dalam salah satu kolom The New York Times, Amerika Serikat.

Mereka mendefinisikan ungkapan nongkrong dengan, ‘’Nongkrong is a word for sitting, talking, and generally doing nothing.’’ Hal tersebut diungkap oleh Muhammad Faisal, pendiri Youth Laboratory Indonesia, yang tertuang dalam bukunya Generasi Phi: Memahami Milenial Pengubah Indonesia (2017).

Faisal dalam bukunya mengisahkan bahwa butuh waktu dua jam untuk menjelaskan filosofi nongkrong yang ia dapat dari penelitian etnografisnya kepada salah satu peneliti dari Amerika Serikat yang bekerja di sebuah biro riset, Flamingo Group.

‘’Nongkrong adalah sebuah archetype dari perilaku anak muda Indonesia. Archetype adalah konsep yang menjelaskan dorongan bahwa sadar kolektif pada suatu generasi tertentu. Satu generasi memiliki ciri berperilaku dan berpikir yang seragam, itu karena mereka memiliki pola berpikir bawah sadar atau archetype yang sama,’’ jelas Faisal dalam bukunya.

Nongkrong juga diidentikan dengan perkumpulan yang dilakukan oleh pemuda-pemudi Indonesia. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, melihat fenomena berkumpulnya itu adalah merupakan cikal bakal dari tindakan anak muda Indonesia yang peduli akan bangsanya.

‘’Kenapa berkumpul? Karena berkumpul itu bagian dari cara demokrasi dan bagaimana mereka bisa berhimpun untuk menyatukan pikiran, pendapat, sekaligus membangun konsensus,’’ jelas Ganjar yang menjadi Keynote Speaker pada Dialog Kebangsaan Kongres Pemuda Indonesia 2020.

‘’Resolusi-resolusi yang dibuat oleh kawan-kawan menunjukkan ada kegelisahan dari anak-anak muda Indonesia, tapi sekaligus mencarikan solusi sehingga kekuatan bersama bergabung bersama dalam konteks mengingatkan kembali akan SUMPAHnya para pemuda untuk bersatu. Mari kita tunjukkan!,’’ tegas Ganjar dengan menunjukkan gawainya yang juga tengah mengamai gagasan dari 130 peserta yang mewakili 34 provinsi di Indonesia.

Namun tak hanya memberi gagasan dan solusi yang hanya ‘’panas’’ di awal. Ganjar juga menyampaikan bahwa para pemuda harus mampu bersikap, berperilaku, memberi teladan, dan menunjukkan sebuah konsistensi untuk mewujudkan gagasan yang terbagi dalam lima tema yaitu:

  • Pendidikan, Sumber Daya Manusia, Riset, dan Teknologi
  • Infrastruktur Dasar dan Lingkungan
  • Ekonomi dan Kewirausahaan
  • Kesehatan dan Kehidupan Sosial
  • Politik dan Hukum

‘’Hampir dari seluruh yang saya ikuti dari resolusinya, hebat! Itu menunjukkan anak-anak muda kita peduli. Ternyata tidak semua anak muda [termasuk] kelompok rebahan. Tidak semua anak muda suka-suka [dalam bertindak]. Tidak semua pemuda itu cuek. Ternyata sebagian yang berkumpul hari ini adalah orang-orang yang peduli,’’ kata Ganjar.

Dalam hal birokrasi, keterlibatan anak muda diakui Aries Agung Paewal juga sudah memberikan banyak pengaruh signifikan. Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Jawa Timur itu merasa bahwa di daerahnya, terutama Pemerintah Provinsi Jawa Timur, keterlibatan anak muda dengan generasi sebelumnya sudah tidak ada lagi batas.

‘’Wakil gubernur kami adalah anak muda yang sangat luar biasa dan itu potensi buat kami di pemerintah bahwa anak muda bisa berprestasi dengan luar biasa seperti wakil gubernur kami. Sebagian bupati wali kota kami juga banyak anak muda dan itu ternyata ditangkap oleh teman-teman di birokrasi bahwa ternyata kaum muda ini bisa memberikan peran yang sangat luar biasa,’’ ungkap Aries dalam acara yang sama.

Generasi 1928 kini jadi sejarah yang telah membawa dan menuntun pemuda-pemudi Indonesia untuk kembali membuat sejarah bagi Indonesia. Gagasan yang Kawan GNFI sampaikan mungkin belum terasa pengaruh besarnya sekarang. Tapi siapa yang tahu, 90 tahun kemudian, para pemuda zaman itu yang akan mengenang para Pemuda 2020 ini.

‘’Mari merangkai gagasan, membangun harapan untuk Indonesia’’.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini