Fenomena Awan Topi yang Kompak Muncul pada 7 Gunung di Jawa

Fenomena Awan Topi yang Kompak Muncul pada 7 Gunung di Jawa
info gambar utama

Kawan GNFi, beberapa hari lalu heboh di dunia maya soal gunung-gunung di Jawa yang kompak berselimut awan topi (cap cloud/lenticularis). Wajar saja heboh, sebab fenomena alam awan berbentuk topi caping itu munculnya secara serentak di 7 gunung yang ada di Jawa.

7 gunung itu adalah:

  • Gunung Arjuno,
  • Gunung Welirang,
  • Gunung Merapi,
  • Gunung Merbabu,
  • Gunung Sindoro,
  • Gunung Sumbing, dan
  • Gunung Lawu.

Kemunculan awan dengan nama ilmiah Lenticularis cloud itu ramai diperbincangkan di sosial media, baik di twitter maupun instagram. Seperti yang diunggah akun instagram @GunungIndonesia misalnya, terlihat foto-foto dan video awan topi itu terekam begitu indah.

Dalam unggahannya, akun itu menulis, "Gunung Jateng (Jawa Tengah) dan Jatim (Jawa Timur) pagi tadi kompak sekali. Awan lenticular yang menyelimuti terlihat indah dari bawah, namun badai menerjangmu diatas gunung,"

Apa itu awan lenticularis?

Dari sudut pandang ilmiah atau ilmu meteor dan iklim, awan topi sudah biasa tumbuh di puncak-puncak gunung yang ada di Indonesia. Demikian kata Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Teguh Tri Susanto, dalam Pikiran Rakyat, (5/11/2020).

"Awan jenis itu memang sudah biasa muncul di sekitar pegunungan. Secara umum tidak berbahaya. Namun bagi dunia penerbangan cukup berbahaya. Sebab pesawat akan mengalami turbulensi atau guncangan."

Teguh menyebut, awan lenticularis terbentuk akibat adanya gelombang gunung atau angin lapisan atas yang cukup kuat dari suatu sisi gunung dan membentur dinding pegunungan. Sehingga, hal itu menimbulkan turbulensi di sisi gunung lainnya dan membentuk awan-awan bertingkat yang berputar seperti lensa.

”Awan-awan ini mengindikasikan adanya turbulensi atau putaran angin secara vertikal yang cukup kuat. Sehingga berbahaya bagi penerbangan rendah seperti helikopter di sekitar awan itu," ungkapnya.

Selain itu, kata Teguh, munculnya awan topi secara serentak di 7 gunung ini tidak mengindikasikan adanya fenomena alam hingga menimbukan bencana besar laiannya.

Sementara, dalam buku Essential of Meteorology menggolongkan awan lenticularis sebagai subklas awan khusus. Hal ini karena bentuk awan yang tergolong unik ini bisa terbentuk pada level awan rendah, awan menengah dan awan tinggi.

Berdasarkan hal tersebut maka awan lenticularis dibedakan menjadi:

  • Stratocumulus standing Lenticular (SCSL), merupakan awan Lenticularis yang terbentuk pada ketinggian kurang dari 2.000 meter.
  • Altocumulus standing Lenticular (ACSL), jika awan Lenticularis tersebut terbentuk pada ketinggiannya antara 2.000-7.000 meter.
  • Cirrocumulus standing Lenticular (CCSL), adalah awan Lenticularis yang berada pada ketinggian di atas 7.000 meter.

Awan dengan bahaya tersembunyi

Dalam buku tersebut juga dijelaskan bahwa di balik keindahan awan lenticularis, terdapat bahaya tersembunyi. Seperti dijelaskan di atas, kemunculan awan lenticularis ini merupakan pertanda keberadaan gelombang gunung.

Gelombang gunung ini akan dapat menyebabkan terbentuknya turbulensi yang berbahaya bagi penerbangan. Menurut para ahli meteorologi, juga mmenyebut bahwa pembentukan awan lenticularis pada puncak gunung tersebut tak hanya dari hasil efek gelombang gunung, tetapi lebih dari kecepatan angin yang berfluktuasi karena adanya ubahan lapisan atmosfer.

Mekanisme terbentuknya awan lenticularis

Cloudatlas.WMO menjelaskan bahwa awan lenticularis merupakan awan atau kelompok awan yang berbentuk seperti piring atau lensa yang terperangkap dalam lapisan atmosfer bawah. Disebut terperangkap karena awan ini terlihat diam pada tempat terbentuknya. bahkan, ada juga yang menyebut awan ini sebagai awan piring terbang/UFO.

Secara umum, awan Lenticularis mulai terbentuk ketika arus angin yang mengalir sejajar permukaan bumi mendapat hambatan dari objek tertentu seperti pegunungan. Akibat hambatan tersebut, arus udara tersebut bergerak naik secara vertikal menuju puncak awan.

terbentuknya awan lenticularis
info gambar

Jika udara naik tersebut mengandung banyak uap air dan bersifat stabil, maka saat mencapai suhu titik embun di puncak gunung uap air tersebut mulai berkondensasi menjadi awan mengikuti kontur puncak gunung.

Saat udara tersebut melewati puncak gunung dan bergerak turun, maka proses kondensasi pun terhenti. Inilah mengapa awan Lenticularis terlihat diam karena awan mulai terbentuk dari sisi arah datangnya angin (windward side) di puncak gunung kemudian menghilang di sisi turunnya angin (leeward side).

Gelombang udara gunung dan dampaknya

Pada dasarnya udara yang bergerak melewati pegunungan kemudian membentuk awan lenticularis tak hanya terjadi pada lapisan dekat permukaan bumi saja, namun ketebalan arus udara yang bergerak horizontal tersebut mencapai lapisan beberapa kilometer di atas permukaan bumi.

Hal ini yang menjawab mengapa jenis awan lenticularis dapat terbentuk pada beberapa lapis ketinggian di atmosfer. Pendek kata, bentuknya yang menyerupai piring terbalik itu tak hanya erjadi pada puncak gunung saja, namun pada lapisan awan yang lebih tinggi lagi.

Pada gelombang udara yang terjadi puncak gunung, maka secara langsung akan membentuk turbulensi atau golakan udara, arus udara vertikal yang kuat, serta pembentukan es. Gelombang gunung tersebut dapat terbentuk jika terdapat kondisi sebagai berikut:

  • Arah angin berkisar 30 derajat terhadap pada garis tegak lurus terhadap punggung gunung.
  • Kecepata angin mencapai 15 knot dan akan meningkat terhadap ketinggian.
  • Lapisan udara stabil terdapat di puncak gunung dengan udara tidak stabil pada bagian punggung gunung.


Nah, kombinasi arus vertikal yang kuat dan gesekan terhadap permukaan itu yang kemudian dapat menyebabkan terbentuknya arus berputar di bawah gelombang gunung. Arus inilah inilah yang menyebabkan terjadinya turbulensi hebat. Arus berputar inilah yang dikatakan sangat berbahaya untuk dunia penerbangan.

Adapun pada lapisan atas gelombang gunung akan terbentuk "breaking wave" yang sama juga bahayanya bagi aktivitas penerbangan. Rotor dan breaking wave ini dapat terbentuk hingga puluhan kilometer dari awan Lenticularis di puncak gunung.

Ilustrasi terbentuknya arus turbulensi
info gambar

Pilot pesawat terbang yang melihat awan lenticularis ini, lazimnya akan berusaha menjauhinya. Seperti pada ilustrasi di atas, di sekitar awan cantik ini pesawat akan terhempas oleh turbulensi baik oleh putaran angin karna "rotor" juga hempasan dari "breaking wave" pada ketinggian 2.000-7.000 meter dari permukaan tanah.

SElain bagi dunia penerbangan, awan ini cukup menjadi momok bagi pendaki yang kebetulan berada pada area awan tersebut. Karena umumnya, mereka akan menghadapi badai besar yang bisa menimbulkan petaka.

Nah kawan, dari penjelasan di atas, kiranya bisa diambil kesimpulan bahaya-bahaya yang tersimpan dibalik keindahan gunung-gunung, terutama pada gunung-gunung yabg menjadi favorit para pendaki.

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman.

Terima kasih telah membaca sampai di sini