Menggapai Impian Sebagai Negara Ekonomi dan Keuangan Syariah Terbesar Dunia

Menggapai Impian Sebagai Negara Ekonomi dan Keuangan Syariah Terbesar Dunia
info gambar utama

Pada 2017 lalu Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF) dilakukan di Grand City Surabaya. Target pengunjung dan investornya hanya terbatas untuk masyarakat Indonesia saja sebelum pada tahun 2019 ISEF dilangsungkan sebagai gelaran internasional.

Namun ada hal menarik yang terjadi pada perhelatan ISEF 2017 itu. Perry Warjiyo yang kala itu masih menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) menyampaikan sebuah pernyataan terkait target bank sentral yang cukup ambisius.

Perry mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia. Target itu diharapakan dapat terealisasi tahun 2024 mendatang. Menurut Perry, selama ini Indonesia tertinggal dalam pengembangan potensi ekonomi berbasis syariah. Padahal, Indonesia memiliki modal yang sangat besar sebagai pusat pengembangan ekonomi dan keuangan syariah dunia.

Modal besar itu adalah tidak lain karena Indonesia memiliki populasi muslim yang sangat besar di dunia. Namun implementasi dan pembentukan ekosistem ekonomi dan keuangan syariahnya masih sangat tertinggal jika dibandingkan dengan negeri jiran Malaysia.

"Tapi jangan selalu bandingkan kekurangan kita terus. Jangan kekurangan kita dibandingkan dengan kelebihan orang, ya akan selalu kalah," tegas Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, M. Anwar Bashori kepada GNFI (5/11).

Sejak 2016 Anwar "ketiban sampur" mengembangkan ekonomi syariah di BI. Dia mengaku, "Saya 'mualaf' dalam ekonomi syariah."

Diawali dengan ketidaktahuan itu, lalu belajar, memahami, menganalisis, merangkai visi dan misi, sampai akhirnya Anwar sadar bahwa ambisi dan target yang pernah diumumkan Perry sebelumnya adalah sebuah upaya yang sangat ideal dijalankan di Indonesia. Target yang sangat tinggi itu adalah keniscayaan, namun memang tidak mudah.

Dalam wawancara yang intens, 70 menit baerlalu hampir tak terasa, Anwa bercerita banyak hal. Dimulai dari kisahnya harus mengemban tugas penting sebagai Kepala Departemen Ekonomi Keuangan Syariah BI, pengalamannya menemukan implementasi syariah di negeri non-muslim, sampai soal pandangannya terhadap negeri ini yang ternyata sudah sejak lama menganut ekonomi syariah yang sejatinya sejalan dengan istilah ekonomi kerakyatan.

Tahun 2016 adalah Awal Langkah Besar Menggapai Impian

Indonesia, Pusat Ekonomi dan Keuangan Syariah
info gambar

Ambisi menjadikan Indonesia menjadi negara ekonomi dan keuangan syariah terbesar di dunia ini dimulai saat Anwar pulang dari penugasan di Jepang selama tiga tahun pada 2016 lalu. Kala itu Anwar mendadak ditunjuk menjadi tokoh penting dalam pengembangan ekosistem syariah yang dicanangkan oleh BI.

"Saya bingung dipanggil Gubernur Pak Agus Martowardojo [saat itu]. Beliau bilang, 'Pak Anwar, kamu di tempat baru namanya departemen ekonomi dan keuangan syariah. Kamu memimpin.' Saya bingung toh. Saya nggak punya background [pengetahuan ekonomi dan keuangan syariah],’’ kenang Anwar.

Selama 24 tahun bekerja di BI sebagai seseorang yang mengurusi neraca pembayaran, uang beredar, dan yang lainnya, baru kali itu Anwar seolah diberikan tantangan besar yang tidak pernah ia prediksi sebelumnya. Disebut besar karena Anwar mengaku benar-benar tidak tahu sedikit pun soal ekonomi syariah.

"Meskipun saya pernah ngaji di pesantren, saya nggak tahu ekonomi syariah itu kayak apa. Apalagi mudarobah itu opo? He he..," gelaknya.

"Begitu saya ditanya [Gubernur Agus], ’Apa komentar kamu?’, saya hanya [jawab], 'Bismillah, Pak.'"

Sudah ditunjuk sebagai orang kepercayaan, Anwar tidak bekerja sendiri. Di awal pengembangan departemen baru ini, Gubernur Agus kala itu menyodorkan orang-orang terbaik dan terpilih yang berkolaborasi bersama Anwar.

Ada sekitar tujuh orang lulusan PhD dari berbagai ilmu yang relevan dan memiliki kapabilitas membersamai Anwar untuk memformulasikan, membangun visi dan misi, merancang berbagai kegiatan, agar impian besar itu dapat terwujud. Terlebih agar supaya bangsa ini tidak hanya tahu soal bank syariah saja kala membahas soal ekonomi syariah.

"Kalaulah dulu membangun tembok besar China itu, orang tidak pernah tahu kalau itu akan menjadi kebanggaan nasional, pekerjaan itu akan melelahkan karena menumpuk bata setiap pagi. Tapi kalau Sang Kreator mengatakan kita akan membangun kebanggaan bangsa, nantinya ini akan jadi luar biasa dan akan menjadi kebanggaan di mata dunia," paparnya.

Anwar memberikan penggambaran seperti itu karena ia mengakui bahwa awalnya dia merasa ragu akan pekerjaan, impian, dan ambisi besar ini.

"Saya waktu itu juga ngomong, masa sih Indonesia mau jadi salah satu pusat ekonomi syariah dunia tuh dari mana asalnya?"

Ekonomi Syariah Sudah Ada, Tapi Belum Terhubung pada Keuangan Syariahnya

Jika dibandingkan dengan 57 negara yang tergabung dalam organisasi internasional Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar. Dengan populasi muslim yang mendominasi, Anwar menegaskan bahwa mewujudkan negara ekonomi syariah di Indonesia sebenarnya sudah tercapai dan sudah dijalani.

"Pertanyaannya, apakah keuangan syariahnya paling besar di dunia? Kebetulan kita memang ada gap, antara ekonomi dan keuangan itu belum nyambung. Ekonominya sudah besar size-nya, tapi tidak semua ekonomi syariah kita dibiayai dari lembaga keuangan syariah," jelas Anwar.

Posisi Indonesia Dibandingkan Negara OKI
info gambar

Anwar mencontohkan seperti sertifikasi makanan halal di Indonesia belum dibarengi dengan pembiayaan syariah. Maka dari itu, Anwar pun sangat mengapresiasi ketika pemerintah mengambil satu kebijakan untuk mendukung dan terbentuknya kesenimbangunan atara ekonomi dan keuangan syariah.

Pada 13 Oktober lalu, langkah besar untuk menggapai impian dan target itu mulai ditapaki dari berbagai arah. Salah satunya yang tertuang pada Nota Kesepahaman atau Conditional Merger Agreement (CMA) yang ditandatangani oleh pihak PT Bank BNI Syariah, PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM).

Jagat keuangan dan perbankan syariah di Indonesia akan kedatangan pemain yang lebih gagah hasil dari "modifikasi". Bukan pemain baru, tapi lebih kepada upgrading atau peningkatan performa bank syariah yang ada di Indonesia. Tiga bank pelat merah itu pada akhirnya akan menyatukan kekuatan bersama alias merger. CNBC Indonesia menebak bahwa nama bank itu akan menjadi ‘’Bank Amanah’’, meski hal ini belum terkonfirmasi.

"Indonesia harus bisa menjadi pusat ekonomi dan keuangan syariah di dunia," begitu ungkap Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir saat menanggapi penggabungan tiga bank syariah itu.

Pernyataan Erick bukan hanya berdasar asumsi saja. Awalnya kebijakan ini juga berangkat dari pemikiran bahwa sangat disayangkan Indonesia—negeri dengan populasi muslim terbanyak di dunia—masih tertinggal dari negara muslim lainnya. Dengan penggabungan tiga bank syariah yang ditargetkan rampung pada Februari 2021 ini, total aset dari "Bank Amanah" ini diproyeksikan mencapai Rp225 triliun.

Jumlah tersebut masih berpeluang besar meningkat dan diproyeksikan mampu mencapai Rp390 triliun pada 2025 mendatang. Dengan proyeksi total nilai aset segitu, tidak hanya di skala lokal, di skala global pun Bank Amanah akan mampu unjuk gigi. Pasalnya bank ini nantinya akan masuk jajaran 10 perbankan syariah terbesar di dunia. Posisinya memang baru mampu berada di peringkat ke-10, tapi posisinya akan berada di atas Bank Rakyat asal Malaysia.

Berdasarkan data perbankan syariah yang dirilis oleh The Asian Banker, bank hasil merger ini dihitung akan memiliki total aset sebesar 26,44 miliar dolar AS. Jumlah ini lebih tinggi di atas Bank Rakyat asal Malaysia yang memiliki total aset 25,84 miliar dolar AS.

"Pas sekali Pak Jokowi mengatakan bahwa kita ingin membangun 'raksasa' yang tidur. Merger tiga bank ini [dilakukan] supaya kemampuan keuangannya besar dan ini menjadi koneksi antara ekonomi dan keuangan syariah," pungkas Anwar.

"Kalau itu sudah jadi, selesai, Indonesia jadi unggul pasti."

Meski begitu, Anwar pun mejelaskan bahwa persoalan pembiayaan syariah, Indonesia tidak hanya bisa mengacu pada bank syariah. Justru Indonesia memiliki pembiayaan yang luar biasa lebih besar, yaitu Sukuk Global.

Terakhir, berdasarkan laporan Kementerian Keuangan pada 18 Juni lalu, penerbitan Sukuk Global Indonesia kebanjiran permintaan hingga oversubscribe 6,7 kali dibandingkan dari target emisi. Total orderbook yang masuk mencapai 16,66 miliar dolar AS, sangat jauh dari target pemerintah yang hanya 2,5 miliar dolar AS.

Bahkan untuk kali pertama, Indonesia juga menerbitkan Suku Global pertama untuk tenor 30 tahun dan ini merupakan yang terbesar di Asia.

Dari tahun ke tahun, Sukuk Global Indonesia memang banyak diminati oleh investor global. Selama satu dekade terakhir, Indonesia dipandang menjadi negara penerbit Sukuk Global terbesar di dunia setelah Arab Saudi. Menurut laporan Moody’s Investors Service yang dirilis pada 26 Maret silam, total penerbitan Sukuk Global Indonesia pada 2019 saja sudah mencapai 71 miliar dolar AS.

"Sehingga syariah itu adalah segala sesuatu yang betul-betul ada keseimbangan antara ekonomi dan keuangannya. Ekonominya [di Indonesia] sudah jalan, kalau nggak di matching-kan dengan keuangannya nanti diisi gap-nya oleh keuangan dari negara asing.’’

Keuntungan Jadi Pusat Ekonomi dan Keuangan Syariah Adalah Mengurangi Defisit Neraca

Indonesia adalah negara penyumbang turis terbesar melalui ibadah umrah dan haji ke Arab Saudi. Wajar saja, rukun ibadah terakhir umat muslim memang ada di sana. Jadi seluruh umat muslim akan berbondong-bondong ke sana, termasuk umat muslim Indonesia.

Bahkan bisa dikatakan bahwa jemaah umrah dan haji Indonesia adalah "aset" terbesar Arab Saudi. Data Statista yang dirilis tahun 2017 membeberkan bahwa pemasukan terbesar Arab Saudi dari jemaah haji yang berasal dari Indonesia sudah menyumbang pendapatan sebesar 940 juta dolar AS. Sedangkan secara keseluruhan pendapatan langsung dari penyelenggaraan haji sudah mencapai 12 miliar dolar AS.

Itu artinya Indonesia adalah negara penyumbang terbesar. Disusul oleh jemaah asal India yang berkontribusi sebesar 733 juta dolar AS. Perlu diingat, jumlah tersebut belum termasuk pemasukan dari jemaah umrah.

Di satu sisi, Anwar menegaskan bahwa Indonesia jangan terlena hingga akhirnya malah menjadi korban kapitalisasi ekonomi syariah dunia. Hanya dijadikan pasar saja. Indonesia juga harus menjadi pemain dan memanfaatkan pasar itu.

"Jangan sampai kita hari ini berbondong-bondong ke Arab Saudi untuk umrah dan haji, tapi kita lupa untuk invite mereka agar berwisata halal ke tempat kita," kata Anwar.

Bagi Anwar, menjadi penting untuk menarik orang yang ingin berwisata halal ke Indonesia. Ini ada hubungannya dengan keseimbangan neraca dalam negeri.

Masterplan Bank Indonesia
info gambar

"Kalau akhirnya kita lebih sering umrah dan haji dibandingkan kita menarik orang Timur Tengah [datang ke Indonesia], itu akhirnya kita lebih banyak outflow. Neraca kita jadi defisit. Kalau neraca kita defisit, berarti lebih banyak dolar keluar dibandingkan input, ujung-ujungnya nilai tukar rupiah jumpalitan," jelasnya.

Itulah mengapa industri halal Indonesia menjadi salah satu sektor yang paling penting dimasukkan ke dalam masterplan untuk mencapai impian sebagai negara dengan ekonomi dan keuangan syariah dunia. Industri halal ini mencakup makanan, pariwisata, fesyen, industri kreatif, obat-obatan dan kosmetik, serta energi terbarukan.

Berbagai Kontribusi Indonesia Untuk Dunia

Dalam perjalanannya, kalau mau menyebutkan penghargaan dalam konteks ekonomi dan keuangan syariah, Indonesia sudah mengantongi berpuluh bahkan ratusan penghargaan. Namun, Anwar menegaskan bahwa jangan terlena dengan penghargaan, tapi "lihatlah dari progress yang sudah dicapai oleh Indonesia yang memberi pengaruh besar terhadap dunia," katanya.

Riset GNFI menemukan berbagai pencapaian Indonesia sebagai negara yang ternyata sudah memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap sektor ekonomi dan keuangan syariah di dunia.

  • Zakat Core Principles

Pada gelaran World Humanitarian Summit of United Nations di Istanbul, Turki, 23 Mei 2016, Indonesia berkontribusi dengan meluncurkan dokumen Zakat Core Principles yang isinya penjelasan keuangan sosial islam dan standarisasi pengaturan zakat di dunia. Ini adalah awal kontribusi besar Indonesia terhadap sistem keuangan syariah global.

Pasalnya dalam dokumen tersebut Indonesia memuat 18 prinsip yang mengatur aspek-aspek utama pengelolaan zakat. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas pengelolaan manajemen zakat agar semakin efektif dalam memobilisasi dana sosial publik bagi peningkatan kesejahteraan umat di berbagai belahan dunia.

Hingga kini pengelolaan zakat di seluruh dunia mengacu pada dokumen Zakat Core Principles ini.

  • Waqf Core Principles

"Oktober, 2018, di Bali, kalau ingat, ada IMF (International Monetary Fund)-World Bank Meeting. Belum pernah pertemuan di dunia seperti IMF-World Bank Meeting membahas Islamic finance. Kita lakukan itu dan kita keluarkan Waqf Core Principles sebagai acuan bagaiamana zakat, infaq, sodaqoh, itu jadi bagian sumber pembiayaan ekonomi baru di dunia,’’ kenang Anwar.

Ya, pada gelaran pertemuan tahunan terbesar dunia itu, keuangan syariah menjadi satu dari tiga isu utama yang dibawa dan dibahas oleh pihak Indonesia. Bersama Badan Wakaf Indonesia dan Islamic Development Bank (IsDB), BI meluncurkan 29 butir Waqf Core Principles yang terdiri dari aspek legal sampai tata kelolanya.

Waqf Core Principles adalah standar tentang pengaturan wakaf yang berlaku secara global. Apalagi wakaf dinilai menjadi salah satu sumber untuk pembiayaan keuangan syariah yang memenuhi Sustainable Development Goals (SDGS).

  • Indonesia Sharia Economic Festival (ISEF)

Sudah dua tahun BI mengubah konsep ISEF menjadi gelaran bertaraf internasional. Gelaran akbar ini akan dijadikan ajang silaturahmi rutin yang masuk dalam kalender acara halal taraf internasional. Bahkan gelaran ini merupakan proyek global halal pertama dan terbesar.

Pasalnya, dalam acara ini akan berkumpul investor, buyer, panelis, dan calon kolaborator yang akan menghubungkan produk halal Indonesia ke pasar global. Layaknya gelaran Mihas yang identik dengan Malaysia, ISEF digadang-gadang menjadi gelaran yang identik dengan Indonesia.

Selain fokus pada bisnis, ISEF juga dijadikan ruang untuk para cendekiawan global terkait industri halal dan keuangan syariah

  • Green Sukuk Pertama di Dunia

Pada November 2019 lalu, Direktorat Jendral Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan telah menerbitkan Green Sukuk Ritel pertama di dunia. Penerbitan Green Sukuk ini berjutuan membantu pemerintah mewujudkan komitmen untuk menurunkan emisi karbon 2030 sebesar 29 persen dengan business as usual atau sebesar 41 persen dengan bantuan luar negeri.

Hal ini membuka kesempatan bagi siapapun yang memiliki perhatian khusus pada isu-isu "hijau" di dunia. Sehingga instrumen investasi ini akan menjangkau pasar investor yang lebih luas. Dengan adanya jenis Green Sukuk ini, Anwar mengungkapkan bahwa Indonesia juga dinobatkan menjadi issuing Sukuk Global terbesar di dunia.

--

Indonesia nampaknya sedang berada di jalan untuk menggapai mimpi besar itu. Kalau kata Anwar, bukan hanya untuk membangun legacy di mata dunia, namun prinsipnya adalah bersinergi untuk membangun negeri.

"Ekonomi syariah bukan hanya untuk rahmatan lil muslimin, tapi rahmatan lil ‘alamin. Apa pun agamanya itu akan bermanfaat untuk semuanya. Jadi lebih inklusif, bukan eksklusif," tutup Anwar.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

Terima kasih telah membaca sampai di sini