Vietnam, Kuda Hitam yang (Terus) Berlari Kencang

Vietnam, Kuda Hitam yang (Terus) Berlari Kencang
info gambar utama

Pada akhir bulan lalu, harian The Manila Times , sebuah surat kabar berbahasa Inggris tertua di Filipina, mengangkat sebuah opini yang menarik. Penulisnya bukan sembarang orang. Dia adalah Dr. Fermin D. Adriano, yang sudah bertahun-tahun menjadi penasehat presiden di bidang Kebijakan Publik, Pengurangan Kemiskinan, Pertanian, dan lainnnya. Judulnya menarik "Why are we losing in the development race?" yang artinya adalah "Mengapa Kita (Negara Filipina) Kalah (Lagi) dan Perlombaaan Pembangunan?".

Dr. Fermin punya alasan sempurna mengapa dia menulis tulisan yang populer di Filipina tersebut. Pada paruh pertama bulan Oktober 2020, Dana Moneter Internasional (IMF) melaporkan bahwa Filipina akan disusul oleh Vietnam dalam hal pendapatan per kapita tahun 2020 ini. Proyeksi pendapatan per kapita Vietnam akan menjadi $ 3.497,51, sedangkan Filipina adalah $ 3.372,53. IMF juga memproyeksikan bahwa dalam lima tahun ke depan, pendapatan per kapita Vietnam akan menjadi $ 5,5211,90, dan Filipina $ 4,805,84. Ini berarti Vietnam telah mengalahkan Filipina (untuk pertama kalinya) dalam perlombaan pembangunan bangsanya.

Tak bisa disangkal, melonjaknya Vietnam tak lepas dari pandemi yang meluluhlantakkan banyak negara, termasuk Filipina, saingan terdekatnya. Vietnam telah menjelma menjadi satu-satunya kisah sukses ekonomi Asia Tenggara di era pandemi Covid19, mempertahankan pertumbuhan positif yang stabil, di saat banyak negara lain masih harus berjuang memulihkan ekonominya.

Kompleks pabrik Samsung di Vietnam, raksasa | Nan Dhan
info gambar

Menurut data yang dihimpun oleh Nikkei Asian Review, Produk Domestik Bruto (PDB / GDP) Vietnam meningkat 2,6% di kuartal ketiga dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, menandai pertumbuhan kuartal kedua juga positif di tengah pandemi. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi pada 2020, PDB Vietnam akan menyalip Singapura dan Malaysia, juga mengalahkan Filipina.

Tidak seperti ekonomi ASEAN lainnya, Vietnam berhasil mengendalikan penyebaran Covid19, dan mengendalikan ekonomnya. Peningkatan ekspor juga membantu mendorong pertumbuhan karena banyak perusahaan mengalihkan produksi dari China, untuk menghindari tarif perdagangan mahal Amerika Serikat terhadap produk-produk made in China.

Ekspor naik 9,9% (YoY) di bulan Oktober 2020 menjadi $ 26,7 miliar dan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam memproyeksikan peningkatan 4% di kwartal selanjutnya.

Baik perusahaan multinasional maupun perusahaan China telah mengalihkan produksi ke Vietnam untuk memanfaatkan tenaga kerja terampil Vietnam yang dikenal rendah upahnya. Samsung Electronics, yang telah memproduksi smartphone di negara tersebut selama lebih dari satu dekade, dan menjadikannya global hub, juga tampaknya akan mengalihkan produksi PC-nya di sana dari pabriknya di China yang ditutup.

Baca juga: Filipina dan Vietnam, Kisah Kontras Dua Bangsa

Vietnam hanya melaporkan 1.300 atau lebih kasus virus korona sejauh ini, meminimalkan dampak ekonomi dari wabah tersebut. Negara itu memberlakukan blokade besar-besaran selama tiga minggu pada bulan April 2020 dan aktivitas manufaktur normal dilanjutkan lebih cepat daripada di tempat lain di wilayah tersebut. Kehilangan pekerjaan memang ada, namun jumlahnya terbatas, dan belanja konsumen, yang menyumbang 70% dari PDB, tetap solid.

PDB per kapita Vietnam memang masih sekitar $ 3.500, tetap jauh di bawah $ 58.500 Singapura dan Malaysia $ 10.200. Tapi pandemi kali ini akan mempercepat pergeseran tatanan ekonomi kawasan Asia Tenggara. Dan Filipina, adalah "korban" pertama. Meski pandemi memang memicu pergeseran ini, namun ada alasan struktural yang mendasari Vietnam melaju, sementara yang lain masih tertahan.

Mengapa Vietnam Bisa Begitu Cepat Bangkit?

Perlu diingat bahwa Vietnam adalah negara yang dihancurkan oleh perang berkepanjangan yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade, mulai dari Perang Dunia II pada tahun 1940-an hingga 1979, mulai dari mengusir penjajah Prancis, mengalahkan sang adikuasa Amerika Serikat, dan juga bahkan berperang melawan tetangganya Kamboja, dan si raksasa China.

Mengapa negara yang begitu hancur oleh perang kini menjelma sebagai kandidat kuat "macan Asia" berikutnya? Dr. Fermin, membandingkannya dengan Filipina (negaranya), yang menikmati proses transisi yang relatif damai selama periode pascaperang dunia II, dengan sumber daya tanah dan air yang melimpah, serta pekerja yang relatif berpendidikan dan terampil, namun lamban dalam membangun ekonominya?

Menurutnya, ada tiga hal yang membuat Vietnam seperti sekarang ini.

1. Memprioritaskan pembangunan pertanian

Vietnam memprioritaskan pengembangan sektor pertaniannya tak hanya secara retoris, namun benar-benar mencurahkan sebagian besar anggaran tahunannya untuk pertanian dan merumuskan rencana pembangunan pertanian yang dipatuhi dengan ketat. Pupuk, irigasi, bibit, dipenuhi dengan tepat, para ahli pertanian memperoleh pelatihan secara kontinyu dari pemerintah (bahkan sebagiannya disekolahkan ke luar negeri) untuk mempelajari sektor pertanian baik secara teknis maupun non teknis. Hampir 7% dari APBN Vietnam dikucurkan setiap tahun untuk membangun sektor pertaniannya.

Hamparan Sawah di Mu Chang Chai, Vietnam @ unsplash.com
info gambar

Setelah melaksanakan program reformasi agraria, seperti China dan Thailand, pemerintah Vietnam memulai konsolidasi pertanian untuk menikmati skala ekonomi dalam produksi pertanian, dan memperkenalkan peralatan dan teknologi pertanian modern. Contoh utama adalah industri kopinya. Lebih dari 15 tahun yang lalu, industri kopi Vietnam secara praktis tidak dikenal. Sekarang negara ini adalah pengekspor kopi terbesar kedua di dunia, dengan hasil lebih dari 3.000 kilo per hektar.

2. Membuka perekonomian

Dengan sektor pertanian yang efisien, Vietnam dapat mempertahankan biaya tenaga kerja yang rendah karena ketersediaan makanan yang murah. Meskipun mengetahui bahwa mereka harus mengembangkan pertaniannya karena ini adalah sektor terbesar di mana pendapatan yang dibutuhkan dapat dengan cepat dihasilkan untuk membiayai berbagai proyek pembangunannya, Vietnam juga menyadari bahwa pertanian tidak dapat menyerap angkatan kerjanya yang terus bertambah. Oleh karena itu, mereka melihat pentingnya mengembangkan sektor manufakturnya, karena dapat mempekerjakan ribuan pekerja dalam area lahan terbatas di mana sebuah pabrik berada.

Vietnam menjadi anggota WTO pada tahun 2007. Ini berarti membuka ekonomi Vietnam untuk perdagangan luar negeri, yang memungkinkan sektor pertanian yang efisien di Vietnam untuk mengekspor produknya ke pasar dunia yang besar; dan memungkinkan investor asing untuk menempatkan pabrik mereka di Vietnam untuk memanfaatkan biaya tenaga kerja yang rendah. Dengan pemerintah Vietnam berinvestasi besar-besaran dalam sistem pendidikannya untuk meningkatkan keterampilan para pekerjanya, peralihan angkatan kerja dari pertanian ke industri dimulai.

3. Pejabat pemerintah yang berkualitas dan akuntabel

Di Vietnam, seseorang tidak bisa menjadi pejabat tinggi pemerintah jika tidak kompeten secara teknis untuk menjalankan fungsinya. Ini adalah sistem meritokratis yang mirip dengan negara-negara maju. Jika seseorang ditunjuk sebagai manajer suatu perusahaan atau suatu wilayah, pemerintah Vietnam menetapkan target produksi atau pencapaian untuk dicapai pejabat tersebut dalam jangka waktu tertentu. Sumber daya yang diperlukan disediakan untuk manajer untuk memastikan pencapaian tugas. Kegagalan untuk memenuhi target tersebut akan berarti pergantian pejabat yang bersangkutan.

Polisi di Vietnam | VnExpress
info gambar

Dengan kata lain, Vietnam telah mengadopsi gaya manajemen ekonomi “korporatis”. Dalam sebuah perusahaan, seorang manajer dari cabang atau aktivitas tertentu diharapkan untuk memenuhi target tertentu yang ditetapkan oleh para petinggi perusahaan. Ketidakmampuan untuk memenuhi target tersebut akan berarti penggantinya sebagai manajer cabang atau diskualifikasinya untuk promosi di masa depan.

Rasanya, Indonesia harus menyadari bahwa ada kuda hitam di Asia Tenggara yang dengan cepat bisa menjadi kekuatan ekonomi yang mengagumkan. Tak perlu terkejut, jika di masa depan, Vietnam adalah wajah Asia Tenggara.

Dari sini, banyak yang bisa kita pelajari dari Vietnam, sebelum makin ketinggalan.

===
Referensi:

“Why Are We Losing in the Development Race?” The Manila Times, 21 Oct. 2020, www.manilatimes.net/2020/10/22/business/agribusiness/why-are-we-losing-in-the-development-race/783624/.

“Vietnam Emerges as the Sole Economic Winner in Southeast Asia.” ExBulletin, 18 Nov. 2020, exbulletin.com/world/563030/

“Vietnam: ASEAN's New De Facto Leader?” The ASEAN Post, 17 Oct. 2020, theaseanpost.com/article/vietnam-aseans-new-de-facto-leader.

“Vietnam Emerges as Sole Economic Winner in Southeast Asia.” Nikkei Asia, Nikkei Asia, 18 Nov. 2020, asia.nikkei.com/Economy/Vietnam-emerges-as-sole-economic-winner-in-Southeast-Asia.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini