Sejarah Hari Ini (20 November 1946) - Pengorbanan Pasukan Ngurah Rai di Puputan Margarana

Sejarah Hari Ini (20 November 1946) - Pengorbanan Pasukan Ngurah Rai di Puputan Margarana
info gambar utama

Pagi buta pada 20 November 1946, tentara NICA Belanda mulai mengadakan pengepungan terhadap Desa Marga, Tabanan, Bali.

Sekitar pukul 10 pagi, mulailah baku tembak antara pasukan NICA dengan pasukan Tentara Keamanan Rakyat yang dipimpin Kepala Divisi Sunda Kecil Kolonel I, I Gusti Ngurah Rai.

Pasukan Ngurah Rai yang juga disebut Ciung Wanara berhasil membuat repot dengan menembak barisan depan pihak Belanda.

Imbasnya, Belanda mendatangkan bala bantuan dari penjuru Bali ditambah pesawat pengebom yang terbang dari Makassar.

Di dalam pertempuran yang sengit itu seluruh anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak mundur sampai titik darah penghabisan atau dalam istilah orang Bali disebut "puputan".

Puputan pun dilakukan Ngurah Rai dan pasukannya di Desa Marga. Hasilnya 96 orang gugur, termasuk dirinya.

Sementara itu, Belanda mengalami kerugian karena banyak tentaranya yang tewas di mana kurang lebih 400 orang.

Demi mengenang peristiwa tersebut biasanya setiap tanggal 20 November dilakukan upacara untuk memeringati Puputan Margarana.

Upacara biasa dilakukan di Taman Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa, bekas arena tempat pertempuran para pejuang Bali melawan Belanda pada masa perang revolusi kala itu.

Selain taman, di kompleks seluas sembilan hektare ini terdapat Candi/Monumen Pahlawan Margarana, pelataran upacara, Patung Panca Bakti, dan gedung sejarah yang menyimpan benda-benda masa perjuangan.

Monumen Pahlawan Margarana sendiri memiliki tinggi 17 meter, dengan tingkatan sebanyak 8 tingkat, anak tangga sebanyak 4 buah, dan berbentuk segi lima yang melambangkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945.

---

Referensi: Dayat Suryana, "Bali: Bali dan Sekitarnya" | Dirjen Kebudayaan, "Sejarah Kebangkitan Nasional Daerah Bali"

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Artikel ini dibuat oleh Kawan GNFI, dengan mematuhi aturan menulis di GNFI. Isi artikel ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis. Laporkan tulisan.

Terima kasih telah membaca sampai di sini