Mi Arang, Boga Khas Aceh yang Harum Lagi Nikmat

Mi Arang, Boga Khas Aceh yang Harum Lagi Nikmat
info gambar utama

Kawan GNFI, boleh jadi tak ada yang menampik kelezatan Mi Aceh, kuliner khas Aceh yang telah tersebar di seluruh Nusantara. Tapi, tahukah kawan, bahwa di Aceh sana juga ada sajian Mi Aceh dengan teknik memasak berbeda? Hasilnya seporsi mi dengan aroma khas mengundang selera, namanya Mi Arang, kawan.

Ya, karena untuk memasak mi ini memang menggunakan arang, sebagai bahan bakarnya. Tradisi memasak dengan arang memang sudah ada jauh sebelum kita masak dengan kompor gas dan kompor listrik. Karena memang masyarakat zaman dulu telah lebih dahulu mengenal anglo (tungku tanah liat) dan arang.

Di Aceh, boga unik ini bisa kawan jumpai di warung Mie Arang, yang berlokasi di Desa Teupok Barat, Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireuen, Aceh. Lain itu, kawan juga bisa menemukan gerai Mi Aceh Arang di Pasar Bawah, Takengon.

Lazimnya Mi Aceh, seporsi sajian ini terdiri dari irisan daging sapi, daging kambing, udang, dan cumi, yang disajikan dengan kuah kari gurih dan pedas, emping, dan acar. Selain mie kuah, tersedia juga mi goreng yang bisa dipesan.

Tentunya menikmati masakan dengan arang, kita tak hanya berbicara soal rasa, tapi tentang makanan yang sekaligus mengingatkan kita pada tradisi dan budaya boga Indonesia.

Kaya rempah Nusantara

Secara umum, Mi Aceh disajikan dengan kuah yang kental, bumbu yang menyengat, dan hidangan yang hangat. Ketimbang mi pada umumnya, Mi Aceh memang memiliki keunikan tersendiri.

Hal itu dikarenakan perbedaannya mendasarnya ada pada bahan mi yang yang terbuat dari tepung dan berwarna kuning ini diolah tanpa bahan pengawet. Hal itu juga yang menyebabkan Mi Aceh tidak tahan lama. Secara kontur dan fisik, ukuran Mi Aceh memang lebih besar dari mi biasa dengan tekstur lembut.

Soal rasa, perbedaan Mi Aceh dari hidangan mi dari daerah-daerah lain di Indonesia terletak pada racikan bumbu yang lebih tajam. Racikan bumbu inilah yang memberikan sensasi kuat di dalam mulut ketika mi disantap.

Komposisi utama dari bumbu halus di Mi Aceh adalah cabai merah, kunyit, jintan, kapulaga, merica, dan bawang putih. Tak heran jika Mi Aceh terkenal sebagai hidangan mi dengan pemakaian rempah yang cukup banyak.

Sementara soal citarasa lainya, selain dari bumbu rempah yang berlimpah sajian mi ini juga ditambahkan irisan daging sapi atau aneka hidangan laut, misal kepiting atau cumi-cumi hingga membuat rasa Mi Aceh semakin spesial.

Perbedaan lain yang cukup menyolok adalah, sajian Mi Aceh tak menggunakan telur dan diganti dengan tumisan bumbu halus dan pelengkap, seperti emping goreng dan acar segar serta cabai rawit.

Kawan juga bisa menambahkan perasan jeruk nipis yang akan memberikan sensasi segar serta mengurangi aroma yang kuat dari rempah. Nah, tentunya sebagai teman untuk menyantap Mi Aceh disarankan untuk memean lagi segelas jus mentimun.

Jika kawan GNFI sedang berada di Banda Aceh, maka nampaknya kurang sedap jika tak mencicipi Mi Aceh paling legendaris di sana. Namanya gerai Mi Razali, yang terletak di Jalan Panglima Polem, Simpang Lima.

Mi ini sudah terkenal dan memiliki banyak penggemar. Terlebih jika malam hari, banyak pelanggan yang mengantri untuk meikmati seporsi mi Razali yang legendaris itu. Menukil laman TripAdvisor, gerai ini sudah ada sejak 1976 untuk menyajikan hidangan mi khas Serambi Mekkah tersebut.

Baca juga:

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Mustafa Iman lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Mustafa Iman.

Terima kasih telah membaca sampai di sini