Bangladesh : Macan Asia Baru dari Selatan

Bangladesh : Macan Asia Baru dari Selatan
info gambar utama

Pada tanggal 26 March 1971, sebuah negara baru muncul dari Asia Selatan, terpisah dari Pakistan. Bangladesh namanya. Sebagai sebuah negara baru yang wilayahnya lama terabaikan dan minim pembangunan, Bangladesh tergolong negeri yang sangat miskin. Kala itu, pertumbuhan ekonominya minus 14%, ketidakstabilan politik tersebar luas, dan negara seolah selalu dilanda bencana banjir, kelaparan, kekeringan yang datang silih berganti.

Di Asia Selatan, tentu saja Bangladesh kalah pamor dari tetangga raksasanya, India, dan bekas negara induknya, Pakistan. Namun, kini banyak hal telah berubah. Ekonominya tumbuh kencang dan meyakinkan. Sejak 2015, negara ini tumbuh lebih cepat dibandingkan banyak negara di dunia. Pertumbuhan rata-ratanya (sebelum pandemi) adalah 8%, sedangkan di tahun 2020, di saat hampir semua negara mengalami resesi, Bangladesh tetap tumbuh positif 3.8 % (menurut estimasi IMF / Dana Moneter Internasional).

Masih menurut IMF, dalam laporan yang rilis pada Oktober 2020 bertajuk "World Economic Outlook 2020: A Long and Difficult Ascent", pendapatan perkapita Bangladesh ($ 1887.97) akan segera melampaui pendapatan perkapita India ($1876.53) tahun ini. Memang sangat tipis, tapi sepertinya, tren ini akan terus berlangsung hingga tahun-tahun mendatang dan India akan makin tertinggal. Ini tentu mengejutkan banyak orang India, karena pada tahun 2015 (lima tahun lalu), pendapatan per kapita India masih sekitar 40% lebih tinggi dari Bangladesh.

Kabar ini tentu tak mudah 'diterima' oleh publik India, yang 'masih' menganggap bahwa tetangganya tersebut (Bangladesh) adalah negara yang miskin yang selama ini mengirimkan tenaga-tenaga kerja murah dan kurang berpendidikan ke India. Bisa jadi, di India, dan di banyak negara lain di dunia, apapun yang baik dari Bangladesh kurang banyak dikabarkan, sedangkan yang buruk-buruk selalu mendapatkan tempat di media-media internasional. Keberhasilan ekonomi Bangladesh yang mengesankan beberapa tahun terakhir ini, mengagetkan banyak pihak, dan kini sontak menjadi bahan diskusi di media-media barat, India dan dan China. Resesi dan pertumbuhan negatif India dan negara-negara lain di dunia, 'dibalas' Bangladesh dengan terus mengalami pertumbuhan positif.

Negara-negara yang tetap tumbuh positif di tengah pandemi | thefinancialexpress.com.bd/
info gambar

Untuk memahami betapa hal yang terjadi di Bangladesh saat ini adalah sebuah 'keajaiban', kita benar-benar perlu melihat masa lalu negara ini. Sebelum merdeka pada tahun 1971, Bangladesh (dulu namanya Pakistan Timur) selalu dianaktirikan di berbagai bidang oleh pemerintahan Pakistan yang kebetulan ada di Pakistan barat, yang terpisah secara geografis oleh daratan India. Pendidikan, kesehatan. ekonomi, pertanian, dan semua sektor lain tertinggal dari Pakistan Barat. Selama bertahun-tahun mengalami diskriminasi ini, Bangladesh menjadi sebuah wilayah yang sangat miskin dengan populasi buta huruf yang besar.

Sebagai gambaran, antara tahun 1960 dan 1970, pendapatan tahunan per kapita adalah US $ 140-an, hampir setengah dari populasi mengalami kekurangan asupan kalori, dan tingkat melek huruf hanya 17%. Konsumsi per kapita susu, lemak, minyak, ikan dan protein lainnya sangat rendah di Bangladesh. Pada bulan Maret 1972, dala majalah ekonomi mingguan Economic and Political Weekly dilaporkan bahwa 'selama 24 tahun terakhir, ketika Bangladesh adalah bagian dari Pakistan, ekonominya mengalami stagnasi parah. Kebijakan ekonomi yang ditempuh oleh pemerintah pusat Pakistan membuatnya menjadi negara terbelakang '. Pengeluaran untuk pembangunan di Bangladesh juga sangat rendah. Dalam laporan tersebut juga dikatakan bahwa kebijakan yang diambil oleh pemerintah pusat Pakistan dalam konteks bantuan luar negeri, perdagangan, perdagangan antarwilayah memiliki dampak yang sangat merugikan bagi Bangladesh.

Akhirnya. diskriminasi parah selama beberapa dekade terhadap Pakistan Timur oleh Pakistan Barat secara ekonomi, politik dan struktural menyebabkan gerakan kemerdekaan di Pakistan Timur di bawah kepemimpinan Bangabandhu Sheikh Mujibur Rahman. Setelah sembilan bulan Perang Kemerdekaan, Bangladesh akhirnya memerdekaan dan dan resmi menjadi sebuah negara berdaulat pada pada tahun 1971. Meski merdeka, Bangladesh seolah bayi yang kurus dan kurang gizi. Perang tahun 1971 memperburuk situasi bangsa tersebut yang sebelumnya sudah parah. Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan biaya rekonstruksi pasca perang di Bangladesh mencapai US $ 938 juta, sebuah jumlah yang terlalu besar bagi negara miskin dan terbelakang yang baru merdeka seperti Bangladesh.

Belum lagi, berbagai bencana alam menyerang Bangladesh. Pada suatu titik, banyak yang kemudian mempertanyakan tentang kelangsungan hidup dan stabilitas Bangladesh sebagai sebuah negara. Bahkan, pada kunjungannya ke Dhaka pada tahun 1974, Menlu AS Henry Kissinger menyebut Bangladesh sebagai Bottomles Basket atau 'keranjang tanpa dasar' yang berarti bahwa bantuan sebensar apapun, akan tetap kurang bagi Bangladesh. Duta Besar AS Alexis Johnson mendefinisikan negara yang baru lahir tersebut sebagai Internasional Basket Case, atau 'kotak keranjang internasional'. Dua istilah tersebut kemudian lekat menjadi label negara Bangladesh yang miskin dan sulit berkembang.

Bangladesh kini

Bangladesh digolongkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai salah satu negara paling tidak berkembang atau Least Developed Countries (LDC) di dunia sejak 1975, tetapi melihat pertumbuhannya yang mengagumkan selama beberapa tahun terakhir ini, diyakini bahwa label tersebut akan lepas pada 2024. Yang artinya bahwa pendapatan nasional bruto (PDB) per kapita Bangladesh, aset sumber daya manusia, dan ketahanan terhadap guncangan ekonomi dan cukup kuat untuk memungkinkan pembangunan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Bangladesh berada di urutan ke-105 dalam The Global Competitiveness Report 2019 dari World Economic Forum dan lambat laun, posisinya terus membaik. Semakin kompetitif suatu negara, semakin besar kemungkinan negara tersebut dapat meningkatkan standar hidup.

Padma Bridge, proyek raksasa Bangladesh | United News Bangladesh
info gambar

Industri dan perdagangan produk-produk garmen Bangladesh yang aktif sejak tahun 1970-an sekarang menjadi industri raksasa senilai $ 30 miliar. Ekonominya pun kini lebih terdiversifikasi, salah satunya di sektor jasa - termasuk keuangan mikro dan komputasi - yang menyumbang 53% dari PDB negara.

Keberhasilan industri IT sangat penting bagi transformasi digital dan pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung di Bangladesh. Negara ini mengekspor hampir $ 1 miliar produk teknologi setiap tahun dan diharapkan meningkat menjadi $ 5 miliar pada tahun 2021. Negara ini juga memiliki 600.000 pekerja lepas (freelance) IT dengan kualitas dan ketrampilan yang baik.

Bangladesh juga telah mengalami peningkatan yang luar biasa dalam bidang kesehatan, pendidikan, tingkat harapan hidup, dan menurut Daniel Gay dari United Nations Department of Economic and Social Affairs , Bangladesh telahh mendorong pertumbuhan dan mengurangi kerentanan ekonomi. “Bangladesh adalah benar-benar sebuah kisah sukses,” katanya.

Industri raksasa Bangladesh, garmen | Dhaka Tribune
info gambar

Di samping mampu berswasembada, Bangladesh sekarang adalah produsen beras terbesar keempat dunia, produksi rami terbesar kedua, produksi mangga terbesar keempat, terbesar kelima dalam produksi sayuran dan keempat terbesar dalam perikanan darat di dunia. Industri farmasi yang canggih di negara tersebut juga mengekspor hampir $ 3 miliar produknya ke seluruh dunia. Bahlan perusahaan farmasi Bangladesh yang memproduksi obat anti kanker berkualitas tinggi telah diekspor ke 151 negara.

Sejak 2009, Bangladesh telah mencapai pertumbuhan lebih dari 6 persen dan lulus menjadi negara berpenghasilan menengah ke bawah pada tahun 2015. Pada tahun 2018; negara tersebut memenuhi kriteria PBB untuk lulus dari status 'negara kurang berkembang' pada tahun 2024.

Pertumbuhan luar biasa Bangladesh
info gambar

Pada tahun 2013, Bangladesh dianugerahi 'South-south Award' untuk keberhasilannya membuat kemajuan luar biasa dalam pengentasan kemiskinan. Menurut sebuah studi dari Price WaterHouse and Coopers (PwC), Bangladesh akan menjadi ekonomi dunia terbesar ke-23 pada tahun 2050. Selain itu, Goldman Sach memperkirakan Bangladesh yang masuk sebagai salah satu negara di 'N11' (Bangladesh, Mesir, Indonesia, Iran, Korea Selatan, Mexico, Nigeria, Pakistan, Filipina, Turki dan Vietnam) setelah BRIC (Brazil, Russia, India, dan China) akan mendominasi ekonomi dunia masa depan.

Kunci pertumbuhan

Para ahli ekonomi melihat, bahwa Bangladesh telah berhasil mengikuti 'buku pedoman' yang diadopsi oleh negara-negara Asia Timur (terutama China) yang memacu pertumbuhan mereka yang luar biasa selama bertahun-tahun, melalui pemanfaatan tenaga kerja yang berketerampilan rendah dan mengembangkan kompetensi ekspor pada produk seperti tekstil, yang padat karya. Vietnam juga mengikuti strategi serupa dan bersama Bangladesh berhasil mengambil alih sebagian besar industri yang pindah dari China. Keuntungan utama dari memfokuskan pada tenaga kerja berketerampilan rendah untuk negara berkembang adalah bahwa pekerjaan padat karya menyerap sebagian besar angkatan kerja yang berkembang dan mengurangi ketergantungan pada sektor pertanian.

Chittagong, kota pelabuhan penting | Youtube screenshot
info gambar

Selain itu, menurut World Economic Forum, kunci awal kesuksesan Bangladesh adalah pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang akan membantunya menggerakkan ekonomi, yakni listrik. Listrik yang merata dan stabil dengan membangkitkan industri besar dan rumah tangga negara tersebut secara mantap dan berkesinambungan. Selain itu, swasembada pangan, pembangunan infrastruktur yang masif, dan stabilitas politik telah membangun kepercayaan dunia bahwa Bangladesh kini telah berbeda, dan mampu berkompetisi dengan negara-negara saingannya.

Di sisi lain, pemerintah juga memberikan kepercayaan penuh pada sektor swasta untuk tumbuh dan berkembang. Menjelang tahun 2000, pemerintah mengakhiri monopoli industri telekomunikasi, yang kemudian membuka jalan bagi persaingan yang ketat antar perusahaan telekomunikasi. Dan hasilnya menakjubkan. Rakyat Bangladesh kini menikmati salah satu data seluler dan biaya penggunaan telepon seluler termurah di dunia, yang, antara lain, telah membantu layanan keuangan seluler Bangladesh yang terkenal itu.

Pemerintah juga kemudian membuka keran investasi yang selama ini dikuasai perusahaan-perusahaan milik pemerintah di bidang kesehatan, perbankan, pendidikan, TV dan bahkan pemrosesan ekspor dan zona-zona ekonomi khusus. Pada saat yang sama, pemerintah Bangladesh juga memperluas dan memperluas program kesejahteraan secara substansial untuk mengangkat bagian populasi yang paling miskin dan terabaikan dan meningkatkan subsidi untuk elemen ekonomi penting lainnya seperti pertanian.

Macan Asia baru

Sejak lama, dunia memandang bahwa Asia Selatan adalah "INDIA dan PAKISTAN" saja. Bangkitnya Bangladesh telah dan akan terus mengubah pandangan tersebut. Pendapatan per kapita Bangladesh kita telah melewati kedua tetangganya tersebut, dan sepertinya akan makin cepat dan jauh meninggalkan keduanya.

Banyak yang meyakini bahwa Bangladesh punya potensi besar menjadi Macan Asia baru, dengan catatan bahwa negara ini tak berhenti mendiversifikasi ekonominya, membangun infrastruktur, dan membuka keran investasi yang berkualitas dengan iklim investasi yang baik.

Referensi:

Written by Katharine Rooney, Senior Writer. “Bangladesh's Economy Is Soaring - Here's Why.” World Economic Forum, www.weforum.org/agenda/2019/11/bangladesh-gdp-economy-asia/.

Islam, Shariful. “Bangladesh: The Rising Economic Power.” Modern Diplomacy, 18 Oct. 2020, moderndiplomacy.eu/2020/10/18/bangladesh-the-rising-economic-power/

Contributors, Et. “View: Lessons for India from the Bangladesh Growth Story.” The Economic Times, Economic Times, 23 Oct. 2020, economictimes.indiatimes.com/news/economy/policy/view-lessons-for-india-from-the-bangladesh-growth-story/articleshow/78821724.cms?from=mdr.

|, Fe Report. “China Growth Helps Bangladesh Economy: Report.” The Financial Express, www.thefinancialexpress.com.bd/economy/china-growth-helps-bangladesh-economy-report-1605326039.

Written by Salman Fazlur Rahman, Private industry and investment adviser. “What Is the Secret to Bangladesh's Economic Success? .” World Economic Forum, www.weforum.org/agenda/2019/10/the-secret-to-bangladesh-s-economic-success-the-sheikh-hasina-factor/.

“Three Ways Bangladesh Could Be the next 'Asian Tiger' Economy: Corporate Finance: Business Chief APAC.” Corporate Finance | Business Chief APAC, www.businesschief.asia/corporate-finance/three-ways-bangladesh-could-be-the-next-asian-tiger-economy.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Akhyari Hananto lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Akhyari Hananto.

Terima kasih telah membaca sampai di sini