Bangga! Netflix Teken Kontrak Akan Adaptasi Karya Novelis Indonesia

Bangga! Netflix Teken Kontrak Akan Adaptasi Karya Novelis Indonesia
info gambar utama

Meddelin Chan, perempuan Indonesia keturunan China tanpa sengaja membunuh teman kencan butanya. Situasi kacau yang menimpanya ini terdengar oleh sang ibu dan para tantenya yang suka ikut campur segala urusan Meddelin. Lantas mereka pun membantunya melenyapkan mayat pria itu.

‘’Mungkin kita harus membawanya ke gurun dan menguburnya di sana,’’ kata salah satu tantenya.

Cara gila akan ditempuh oleh para tante Meddelin untuk melenyapkan mayat pria itu di tengah pesta pernikahan mewah khas Indonesia. Pesta itu dihadiri ribuan tamu undangan yang digelar di sebuah pulau di dekat California, Amerika Serikat.

Pada saat bersamaan, Meddelin tambah dibuat galau ketika mantan kekasinya muncul kembali di tengah kekacauan itu.

Itulah awal kisah dari novel berjudul Dial A for Aunties yang akan menceritakan sekelumit penyelesaian permasalahan Meddelin yang tak sengaja menghilangkan nyawa teman pria dari kencan butanya. Sang penulis, Jesse Q. Sutanto, sebisa mungkin menampilkan kekhasan Indonesia pada kisah yang telah menarik perhatian Netflix.

Ya, novelnya itu dikabarkan sudah teken kontrak dengan rumah produksi sekaligus penyedia layanan streaming film dunia, Netflix. Jesse tak menyangka novelnya yang kesembilan ini akan langsung diadaptasi menjadi sebuah film oleh Netflix. Padahal bukunya ini baru akan terbit April 2021 mendatang.

‘’Sampai sekarang saya masih tidak percaya,’’ ungkap Jesse saat diwawancara VOA Indonesia melalui Skype pada 16 November 2020.

‘’Semua ini sungguh misterius. Agen saya mengirim novel saya ke penerbit dan dalam sepekan pertama sejak ia melakukannya, ia terus mendapat telepon dari agen perfilman,’’ lanjutnya.

Hingga kini Jesse bahkan tidak pernah tahu bagaimana para agen perfilman itu mengetahui soal novel karyanya yang belum resmi terbit dipasaran itu. Saat Jesse bertanya, para agen perfilman itu tidak mau memberitahukan sumber mereka.

Ada empat agen perfilman dari rumah produksi yang kala itu menghubungi Jesse. Bukan hanya Netflix. Namun, setelah melalui pelelangan, ia menjatuhkan pilihan pada Netflix yang ia anggap menjadi platform yang tepat untuk menggarap kisah Meddelin dan usaha para tantenya untuk menyembunyikan perbuatannya.

Usaha Jesse Mengenalkan Budaya Indonesia

Kepada VOA Indonesia, Jesse mengaku bahwa di bagian tertentu kisah Meddelin akan mirip dengan dua kombinasi film Netflix sebelumnya. ‘’Ceritanya seperti Crazy Rick Asians dipertemukan dengan Weekend at Bernie’s,’’ ungkapnya.

Meski begitu, ide awal kisah Meddelin dengan para tantenya itu sebenarnya tak jauh dari penggambaran kehidupan keluarga besarnya di Jakarta yang ia akui memiliki kedekatan yang lekat.

‘’Kami selalu mengobrol. Kami punya grup WhatsApp. Kami kerap berdebat dan bertengkar, tapi pada dasarnya kami saling menyayangi dan sangat peduli dengan satu sama lain. Dan bila salah satu di antara kami sedang kesulitan, yang lain pasti akan datang membantu, seperti halnya cerita dalam buku saya,’’ papar peraih gelar master dalam bidang penulisan kreatif dari Universitas Oxford pada tahun 2009 itu.

Akan tetapi, Jesse mengaku bukan perkara mudah untuk menjual kisah berlatar Indonesia kepada penerbit asing, khususnya penerbit di Amerika Serikat di mana Ia berhasil menjual sampai buku kesembilaannya ini. Ketidaktahuan mereka akan Indonesia kerap menjadi rintangan dan hambatan bagi Jesse untuk tembus pihak penerbit.

‘’Salah satu buku saya, buku ketujuh, itu berlatar di Indonesia. Mantan agen saya mengirimkannya ke penerbit, lalu mereka mengatakan, ‘Bolehkah kamu mengubah latarnya menjadi Amerika? Karena ini agak terlalu asing,’ ‘’ungkap Jesse yang mengaku sakit hati saat mendengar permintaan penerbit itu.

‘’Saya rasa bagi kita, khususnya orang Asia Tenggara, kita perlu sangat bersabar dan bekerja lebih keras dari pada yang lainnya, bahkan hanya demi mempertahankan identitas kita sendiri,’’ kata Jesse yang juga tidak bermaksud menjelekkan penerbit di Amerika Serikat.

Atas kegigihannya itu, selain novel Dial A for Aunties dan The Obsession, sudah ada empat buku lain karyanya yang sudah mengantre untuk diterbitkan dalam tiga tahun ke depan. Empat buku itu adalah satu buku bergenre dewasa muda, sekuel kisah Dial A for Aunties, novel berjudul Theo Tan and the Fox Spirit, serta sekuel dari Theo Tan.

‘’Saya sebetulnya baru saja menyelesaikan satu buku baru yang kali ini latarnya benar-benar di Indonesia, [yaitu] di Jakarta dan Bali. Saya senang sekali. Saya baru mengirimkannya ke agen saya. Mudah-mudahan mereka cukup senang untuk mau mengirimkannya ke penerbit,’’ ungkap Jesse.

Akan Digarap Sutradara Film Always Be My Maybe

Dalam proyek film dari novelnya ini, Jesse akan menjadi produser eksekutif. Sedangkan sutradara yang akan menggarapnya adalah Nahnatcha Khan yang sebelumnya sudah menyutradarai serial televisi Fresh Off the Boat dan film Always Be My Maybe.

Khan sebelumnya sudah membuat terkesan para penikmat film. Seperti yang diwartakan The Hollywood Reporter, karya hasil garapan Khan dipuji dan berhasil memberikan warna baru dengan menghadirkan sisi kehidupan seorang Amerika-Asia. Pada serial Fresh Off the Boat, Khan dengan apik memperlihatkan kehidupan keluarga Taiwan-Amerika.

Lalu pada film Always Be My Maybe yang ditayangkan pada Netflix, Khan dengan mulus memperlihatkan alur komedi romantic melalui fenomen keluarga Asia-Amerika. Kini Khan tentu saja diharapkan mampu menceritakan kisah seorang gadis keturunan Indonesia-China, yang diramu untuk tidak terlalu menghilangkan ke-Amerika-annya.

‘’Dial A for Aunties adalah [karya] brilian dan penuh dengan alur cerita yang luar biasa. Kencan buta yang berakhir tragis, para tante yang bermasuk baik tapi ikut campur, adalah tipe sosok ‘pahlawan’ wanita yang benar-benar segar dan sangat romantic,’’ ungkap Lisa Nishimura, VP film dokumenter dan fitur independen Netflix, dikutip The Hollywood Reporter (18/6/2020).

‘’Dengan bakat yang dimiliki Nahnatchka Khan sebagai pimpinan utama, kami menemukan pasangan yang sempurna untuk kisah yang luar biasa ini,’’ lanjutnya.

Meski tidak akan ikut menulis skenario film Dial A for Aunties, Jesse mengaku sudah bicara pada penulis skenario filmnya. ‘’Ia meminta saya mengirimkan daftar kata dan istilah dalam bahasa Indonesia yang biasa kita ucapkan, seperti ‘Aduh’. Atau ketika makan, orang biasanya akan bilang ‘Ayo makan, makan..’ ‘’ ungkap Jesse.

Jesse juga mengatakan bahwa dia tidak punya wewenang untuk melakukan casting, sehingga dia tidak bisa memastikan apakah akan ada wajah aktor atau aktris Indonesia yang muncul pada filmnya. Meski begitu, dia menyampaikan secara langsung bahwa dia ingin lebih banyak orang Indonesia terlibat dalam film ini.

Hingga artikel ini GNFI tulis, belum diketahui secara pasti kapan film Dial A for Aunties akan dirilis dan dinikmati oleh para pecinta film. Kita nantikan saja ya, Kawan GNFI.

Cek berita, artikel, dan konten yang lain di Google News

Jika Anda tertarik untuk membaca tulisan Dini Nurhadi Yasyi lainnya, silakan klik tautan ini arsip artikel Dini Nurhadi Yasyi.

DY
MI
Tim Editor arrow

Terima kasih telah membaca sampai di sini